Ketika Kebutuhan Dasar Menjadi Pemicu Kejahatan

Hayuning Ratri Hapsari | Christina Natalia Setyawati
Ketika Kebutuhan Dasar Menjadi Pemicu Kejahatan
Ilustrasi tindak kriminal (Pexels/Tima Miroshnicl)

Tahun 2024 menyajikan beragam kasus kriminal yang menghebohkan publik. Di balik setiap kasus, tersimpan kompleksitas motif yang sering kali sulit dipahami. Di Lampung, setidaknya ada beberapa kasus populer belakangan ini.

Kasus korupsi yang melibatkan Bupati Lampung Timur, Dawam Rahardjo, terkait dengan pengelolaan dana Participating Interest (PI) PT Lampung Energi Berjaya (LEB).

Dalam kasus ini, Bupati diduga menerima sejumlah uang dari total kerugian negara yang mencapai ratusan miliar rupiah. Meskipun uang tersebut telah dikembalikan, proses hukum tetap berjalan. Tindakan korupsi ini tentu merugikan masyarakat Lampung Timur dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintahan. 

Ada juga berita yang menyoroti mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pesisir Barat, Jalaludin yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan jalan. Kasus ini terungkap setelah dilakukan penyelidikan oleh Kejaksaan Tinggi Lampung.

Jalaludin diduga melakukan sejumlah penyimpangan dalam pelaksanaan proyek tersebut, seperti penggunaan material yang tidak sesuai spesifikasi dan pembayaran yang tidak sesuai dengan volume pekerjaan. Akibat perbuatannya, negara mengalami kerugian miliaran rupiah.

Seorang ibu rumah tangga (IRT) di Lampung Utara menjadi korban penganiayaan brutal oleh dua perempuan lainnya di hadapan anaknya sendiri. Peristiwa yang menghebohkan ini terjadi pada awal Desember 2024 dan videonya viral di media sosial.

Pelaku dengan tega menganiaya korban secara fisik, bahkan sampai melumuri wajah dan bagian sensitif korban dengan cabai. Motif dari tindakan keji ini diduga karena adanya masalah perselingkuhan.

Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka-luka serius dan trauma mendalam. Salah satu pelaku telah berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian, sementara pelaku lainnya masih dalam pengejaran. 

Kasus lain, seorang pria berinisial FM berhasil ditangkap setelah kepergok mencuri dompet dari jok sepeda motor milik pengunjung di area Universitas Lampung (Unila).

Pelaku yang kerap beraksi bersama rekannya ini mengincar motor-motor matic yang diparkir di sekitar lokasi. Modusnya cukup sederhana, yakni berpura-pura berolahraga sambil mencari target. Namun, aksinya tercium oleh warga yang langsung mengamankannya. Polisi berhasil mengamankan pelaku dan barang bukti.

Namun, jika kita telaah lebih dalam dengan menggunakan lensa teori hierarki kebutuhan Maslow, kita mungkin dapat menemukan benang merah yang menghubungkan beragam tindakan kriminal tersebut.

Teori Maslow menggarisbawahi bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang harus terpenuhi secara berurutan. Mulai dari kebutuhan fisiologis (makan, minum, tempat tinggal), keamanan, rasa memiliki dan cinta, penghargaan, hingga aktualisasi diri.

Ketika salah satu atau beberapa kebutuhan dasar tidak terpenuhi, individu cenderung mengambil tindakan yang tidak konvensional, termasuk tindakan kriminal, untuk memenuhinya.

Kasus-kasus kriminal yang sering kita dengar, seperti pencurian, perampokan, bahkan pembunuhan, sering kali dilatarbelakangi oleh ketidakmampuan individu memenuhi kebutuhan dasar.

Misalnya, seseorang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem mungkin melakukan pencurian untuk mendapatkan makanan atau uang untuk keluarganya. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan fisiologis yang tidak terpenuhi menjadi pemicu tindakan kriminal.

Selain itu, kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga juga dapat dikaitkan dengan teori Maslow. Pelaku kekerasan sering kali merasa tidak aman atau tidak dicintai, sehingga mereka berusaha mengendalikan orang lain untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan memiliki.

Korban kekerasan, di sisi lain, mungkin mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan akan rasa aman dan harga diri.

Kasus-kasus korupsi juga menarik untuk dikaji dari perspektif Maslow. Koruptor sering kali termotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan kekayaan dan kekuasaan yang tak terbatas.

Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri yang tidak terkendali dapat mendorong seseorang melakukan tindakan yang merugikan banyak orang.

Teori Maslow adalah salah satu dari banyak teori yang mencoba menjelaskan perilaku manusia. Faktor-faktor lain seperti lingkungan sosial, budaya, dan psikologis individu juga memainkan peran penting dalam mendorong seseorang melakukan tindakan kriminal.

Dengan memahami akar penyebab tindakan kriminal, kita dapat merancang strategi pencegahan yang lebih efektif.

Misalnya, dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memperkuat sistem perlindungan sosial, kita dapat mengurangi jumlah orang yang merasa terdorong untuk melakukan kejahatan karena kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi.

Selain itu, pendidikan tentang nilai-nilai moral dan sosial juga sangat penting. Dengan menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan tanggung jawab sejak dini, kita dapat membentuk generasi muda yang lebih berkarakter dan kurang cenderung melakukan tindakan kriminal.

Kasus-kasus kriminal yang terjadi di Indonesia merupakan cerminan dari kompleksitas masalah sosial yang kita hadapi. Dengan memahami teori kebutuhan Maslow, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang akar penyebab tindakan kriminal.

Namun, untuk mengatasi masalah ini secara efektif, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga individu.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak