Dari Sepeda ke Dapur: Peran Tukang Sayur dalam Kehidupan Ibu-ibu

Hikmawan Firdaus | Sherly Azizah
Dari Sepeda ke Dapur: Peran Tukang Sayur dalam Kehidupan Ibu-ibu
Ilustrasi Tukang Sayur Keliling (Pexels/Thuan Pham)

Setiap pagi, suara lonceng kecil atau panggilan khas terdengar di gang-gang sempit dan jalanan perumahan. Bukan berita besar, bukan juga pengumuman penting, melainkan tanda bahwa tukang sayur keliling telah tiba. Sosok sederhana ini sering kali terabaikan, tetapi perannya sangat berarti dalam roda kehidupan masyarakat, terkhusus Ibu-ibu.

Mereka adalah penyedia kesegaran bagi dapur-dapur warga setempat. Dari tomat merah, bayam segar, hingga ikan yang masih layak santap, semuanya ada di gerobak sederhana yang mereka dorong atau sepeda motor yang mereka bawa. Tanpa mereka, ibu-ibu rumah tangga, pekerja rumahan, hingga lansia yang sulit bepergian akan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pernahkah kita berpikir tentang usaha yang mereka lakukan setiap hari? Pagi-pagi buta mereka sudah pergi ke pasar untuk mengambil dagangan, lalu menempuh jarak jauh di bawah terik matahari atau hujan deras. Mereka berjalan dari rumah ke rumah, melayani pelanggan yang kadang hanya membeli satu atau dua jenis barang. Meski keuntungannya tipis, semangat mereka untuk menyediakan kebutuhan masyarakat tak pernah surut.

Namun, jasa besar mereka sering terlupakan. Di era modern ini, ketika aplikasi belanja online dan supermarket besar semakin populer, tukang sayur keliling seperti perlahan kehilangan tempat. Padahal, mereka adalah simbol ekonomi kerakyatan yang penuh dengan nilai-nilai lokal. Mereka menjual sayur, tetapi juga membawa keramahan dan kehangatan yang sulit kita temukan di aplikasi.

Tukang sayur keliling juga membantu menggerakkan ekonomi lokal. Banyak dari mereka mengambil barang dagangan langsung dari petani atau pasar tradisional, yang artinya setiap transaksi kecil yang kita lakukan turut mendukung rantai pasokan yang lebih luas. Dengan membeli dari mereka, kita bukan hanya mendapatkan bahan makanan segar, tetapi juga ikut menjaga keberlangsungan pekerjaan mereka.

Sayangnya, apresiasi terhadap tukang sayur sering kali tidak sebanding dengan jerih payah mereka. Harga yang mereka tetapkan kerap ditawar hingga sangat rendah, tanpa memikirkan bahwa margin keuntungan mereka sudah sangat tipis. Mungkin inilah saatnya kita memandang mereka dengan lebih manusiawi. Membeli tanpa menawar terlalu keras, membayar tepat waktu, atau sekadar menyapa dengan ramah bisa menjadi cara sederhana untuk menunjukkan penghargaan.

Tukang sayur keliling adalah pahlawan kecil di kehidupan kita. Mereka bukan hanya pedagang, tetapi juga bagian dari komunitas yang menghidupkan lingkungan tempat kita tinggal. Tanpa mereka, mungkin dapur kita tak sehangat biasanya. Jadi, mari belajar menghargai kehadiran mereka, karena apa yang mereka bawa lebih dari sekadar sayur-mayur, mereka membawa kehidupan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak