Sebuah berita baru saja mencuat di akun media sosial Instagram saya. Saya begitu terkejut ketika membaca ada seorang guru di Banjarmasin ditangkap setelah diduga mencabuli tiga muridnya dalam sebuah kegiatan Pramuka yang digelar di sekolah.
Sebagai seorang yang mengandalkan media sosial untuk mencari informasi, saya tentu tidak bisa melewatkan kabar ini. Saya cukup terkejut ketika mengetahui bahwa guru berinisial RMS, seorang guru SMPN di kota tersebut, kini menjadi tersangka dalam kasus yang sangat mengerikan ini.
Bagaimana bisa seorang guru yang seharusnya menjadi panutan bagi murid-muridnya, justru melakukan tindakan yang sangat tidak termaafkan?
Dilansir dari akun Instagram @suaradotcom, kejadian tersebut terjadi pada Minggu, (15/12/2024) 1 dini hari. Dalam kegiatan Persami yang seharusnya menjadi ajang pembelajaran, persahabatan, dan keakraban, RMS malah melakukan perbuatan cabul terhadap tiga anak didiknya sekitar pukul 02.30 WITA.
Kegiatan yang diharapkan dapat mendekatkan siswa dengan alam dan mengajarkan mereka nilai-nilai kepemimpinan, justru berakhir dengan sebuah tragedi yang menghancurkan kepercayaan publik terhadap dunia pendidikan. Ini bukan sekadar masalah hukum, melainkan sebuah pengkhianatan terhadap amanah yang diberikan kepada seorang pendidik.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Mengapa seorang guru yang dipercaya untuk mendidik dan menjaga para siswa, malah tergelincir ke dalam tindakan yang sangat tercela?
Sejujurnya, kejadian ini bukan hanya menyisakan rasa heran, tapi juga menggugah kesadaran kita untuk menilai lebih jauh tentang bagaimana sistem pendidikan kita bekerja.
Ini bukan hanya soal satu guru yang melakukan kesalahan, tapi juga soal bagaimana sistem pengawasan di sekolah, khususnya dalam kegiatan ekstrakurikuler, masih sangat lemah. Saat kejadian ini terjadi pada malam hari, seharusnya ada pengawasan ketat dari pihak sekolah, bahkan di luar jam pelajaran.
Pendidikan adalah pondasi dari masa depan bangsa. Guru seharusnya menjadi penjaga moralitas dan pemimpin yang baik bagi anak didiknya. Namun, dalam kasus RMS, kita justru melihat bagaimana pengaruh buruk bisa datang dari pihak yang seharusnya paling kita percayai.
Bagaimana bisa seorang guru tega melakukan perbuatan cabul kepada murid yang jauh lebih muda darinya? Di sinilah kita harus mulai merenung. Kepercayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dibangun dalam semalam. Tapi, sekali kepercayaan itu rusak, akan sulit untuk diperbaiki, dan inilah yang kini terjadi di Banjarmasin.
Yang lebih mengerikan adalah kenyataan bahwa kejadian ini bukanlah yang pertama kalinya. Dari laporan yang ada, RMS telah melakukan tindakan cabul ini terhadap tiga muridnya, yang semuanya masih di bawah umur. Tentu saja, hal ini membuat kita bertanya-tanya, di mana pengawasan sekolah selama ini?
Apakah ada sistem yang cukup ketat untuk mencegah perilaku seperti ini? Kita semua tahu bahwa dunia pendidikan, termasuk sekolah-sekolah di Indonesia, seharusnya menjadi tempat yang aman untuk belajar, bukan malah menjadi tempat yang mengancam keselamatan anak-anak.
Keluarga korban, yang tentunya sangat terluka dan kecewa, kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa anak-anak mereka telah dikhianati oleh sosok yang seharusnya menjaga mereka. Ini adalah saat yang sangat sulit, terutama bagi anak-anak yang masih berusia muda dan harus mengalami trauma yang tidak seharusnya mereka alami.
Kejadian seperti ini mengingatkan kita pada pentingnya peran orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi perkembangan anak-anak.
Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari kasus ini? Kita harus lebih kritis dalam menilai dan mengawasi setiap elemen yang ada di dunia pendidikan kita. Bagaimana mungkin seorang guru yang dipercayakan untuk mendidik, justru merusak masa depan murid-muridnya?
Pihak sekolah harus lebih sigap dalam mengawasi setiap kegiatan, terutama yang melibatkan anak-anak di luar jam sekolah. Kita juga harus memperkuat sistem perlindungan anak di sekolah, supaya kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa depan.
Terlepas dari hukuman yang nantinya akan dijatuhkan kepada RMS, yang pasti kita semua berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
Sebagai masyarakat, kita harus lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan terus memperjuangkan pendidikan yang aman, bebas dari kekerasan, dan penuh dengan nilai-nilai positif. Dunia pendidikan harus tetap menjadi tempat yang aman bagi anak-anak, dan bukan menjadi lahan bagi predator untuk berkembang.