Di tengah dunia yang semakin dipenuhi drama mulai dari perang dagang dan ketegangan geopolitik hingga isu perubahan iklim yang terus meningkat Indonesia dan negara-negara ASEAN memainkan peran penting di panggung ekonomi global.
Alih-alih hanya menjadi penonton, kawasan ini melangkah maju dengan inisiatif yang lebih strategis. Terutama karena negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok masih berselisih, ASEAN muncul sebagai "zona perdamaian" yang menjanjikan bagi masa depan perdagangan global.
Jadi, di mana posisi Indonesia dalam semua ini? Akankah kita hanya mengikuti arus, atau dapatkah kita menjadi kekuatan pendorong untuk kerja sama yang lebih kuat dan lebih visioner?
ASEAN sebagai Alternatif Stabil di Tengah Ketidakpastian
Salah satu kekuatan ASEAN yang sering kali diabaikan adalah kemampuannya untuk menjaga stabilitas regional. Sementara Eropa bergulat dengan krisis dan konflik energi, dan negara-negara Barat disibukkan dengan gangguan rantai pasokan dari Tiongkok, ASEAN menonjol sebagai kawasan yang stabil secara politik dan ekonomi.
Ini menghadirkan peluang emas. Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya dapat menjadi pusat baru perdagangan global. Namun, ini membutuhkan lebih dari sekadar perjanjian seremonial dan Nota Kesepahaman yang akhirnya hanya menjadi debu di laci.
Kita membutuhkan kolaborasi yang tulus dan progresif yang mengatasi tantangan kontemporer alih-alih mengenang masa lalu.
Indonesia: Dari Pasar Besar ke Pemain Besar
Indonesia selama ini dipandang sebagai “pasar besar” karena jumlah penduduknya yang besar, tingkat konsumsi yang tinggi, dan ekonomi yang terus tumbuh.
Namun, sudah saatnya kita beralih dari sekadar pasar menjadi pemain utama. Kita perlu mengambil inisiatif dalam memimpin diskusi tentang integrasi ekonomi ASEAN, daripada hanya menunggu investasi masuk.
Misalnya, Indonesia dapat mendorong kerja sama perdagangan digital di kawasan ini. Hal ini penting, karena dunia tengah bergerak cepat menuju digitalisasi besar-besaran.
Inisiatif seperti e-commerce lintas batas, sistem pembayaran digital antarnegara ASEAN, dan standarisasi keamanan siber dapat menjadi langkah konkret untuk memperkuat jaringan perdagangan ASEAN sekaligus mengurangi ketergantungan pada pasar eksternal.
Menjawab Tantangan Perdagangan dengan Kolaborasi, Bukan Kompetisi
Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan negara-negara ASEAN adalah terjebak dalam pola pikir kompetitif. Misalnya, mereka mungkin bersaing untuk mendapatkan investor asing atau berlomba-lomba menjadi pusat logistik regional. Namun, dengan berkolaborasi, ASEAN dapat menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih menarik bagi dunia luar.
Indonesia berpotensi menjadi jembatan antara negara-negara dengan kekuatan yang berbeda. Singapura unggul dalam layanan keuangan, Vietnam dalam manufaktur, Thailand dalam otomotif, dan Indonesia memiliki kekuatan dalam pertanian, pertambangan, dan pasar domestik.
Bayangkan kemungkinan jika kekuatan-kekuatan ini digabungkan menjadi rantai pasokan regional yang terintegrasi.
Isu Global dan Diplomasi Ekonomi yang Adaptif
Di tengah ketegangan global, banyak negara mulai terlibat dalam reshoring atau friendshoring merelokasi pabrik dari negara yang dianggap “tidak aman secara politik” ke kawasan yang lebih stabil. ASEAN, termasuk Indonesia, dapat menjadi bagian dari pergeseran ini. Namun, mengandalkan insentif pajak saja tidak akan cukup. Kita juga harus memperkuat diplomasi ekonomi.
Diplomasi ekonomi Indonesia perlu lebih gesit, kreatif, dan adaptif. Ini bukan hanya tentang berpartisipasi dalam forum internasional; kita harus secara aktif mempromosikan narasi bahwa ASEAN adalah mitra dagang yang aman, andal, dan fleksibel.
Pendekatan yang lebih berorientasi pada solusi sangat penting, bergerak melampaui sekadar keterlibatan seremonial.
Mengubah Tantangan Jadi Momentum
Di tengah ketegangan global saat ini, ASEAN dan Indonesia khususnya berada pada momen krusial. Saat dunia mencari rute perdagangan yang lebih stabil, ini adalah kesempatan kita untuk tidak hanya menjadi bagian dari solusi tetapi juga membentuk arah solusi tersebut.
Indonesia memiliki potensi untuk memperjuangkan agenda inovatif di ASEAN, seperti perdagangan hijau, kolaborasi di pasar karbon, dan penguatan standar ESG (Lingkungan, Sosial, Tata Kelola) dalam perdagangan. Inisiatif ini bukan sekadar tren; ini penting untuk masa depan.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat mengubah citranya dari negara berkembang dengan "potensi" menjadi pemimpin regional yang benar-benar visioner.
Penutup: Saatnya Berani Melangkah Lebih Besar
Kolaborasi antara Indonesia dan ASEAN di tengah ketegangan global bukan hanya tentang bertahan hidup; tetapi tentang bagaimana kita dapat maju.
Sementara negara-negara besar terkunci dalam konflik, kita memiliki kesempatan untuk menjadi kawasan yang memberikan stabilitas, kerja sama, dan masa depan yang menjanjikan.
Sudah saatnya bagi Indonesia untuk melangkah lebih jauh dari sekadar peserta pertemuan dan mengambil peran utama dalam membentuk arsitektur perdagangan ASEAN yang lebih kompetitif dan berorientasi ke masa depan.
Dunia sedang mencari pusat ekonomi baru dan ASEAN, bersama dengan Indonesia, memiliki semua sumber daya untuk menjadi solusi itu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS