Perjalanan saya sebagai seorang guru dimulai pada tahun 2009, ketika pertama kali diterima sebagai guru di SD Negeri Dayuharjo, saya menyadari bahwa menjadi guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan hati untuk mengabdi dan membentuk karakter generasi penerus bangsa.
Dengan latar belakang pendidikan di bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), saya datang dengan semangat tinggi untuk menerapkan ilmu yang telah saya peroleh demi kemajuan siswa-siswi di sekolah tempat saya mengabdi. Di sanalah saya belajar, bukan hanya tentang bagaimana mengajar, tetapi juga bagaimana memahami arti pengabdian yang sesungguhnya.
Tahun-tahun pertama tentu bukan hal yang mudah. Dengan fasilitas yang terbatas dan kondisi siswa yang beragam, saya sering merasa ditantang untuk terus berinovasi. Saya belajar membuat alat peraga sederhana dari bahan bekas, memodifikasi metode mengajar agar anak-anak tidak bosan, dan mencoba berbagai cara untuk menumbuhkan semangat belajar mereka. Rasanya luar biasa ketika melihat mata anak-anak berbinar karena akhirnya mereka memahami pelajaran yang sulit. Saat itulah saya merasa, semua perjuangan terbayarkan.
Seiring waktu, saya semakin memahami bahwa menjadi guru bukan hanya tentang menyampaikan ilmu, tetapi juga tentang menyentuh hati. Saya belajar mendengarkan cerita-cerita kecil mereka, memahami kesulitan yang mereka hadapi di rumah, dan menjadi tempat mereka berkeluh kesah. Terkadang, saya bukan hanya guru, tapi juga teman, kakak, bahkan orang tua bagi mereka di sekolah. Hubungan seperti inilah yang membuat saya semakin mencintai profesi ini.
Selama 15 tahun mengajar, saya telah mendampingi ratusan siswa dengan karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang pendiam, ada yang aktif, ada pula yang penuh rasa ingin tahu. Dari mereka, saya belajar banyak hal: tentang kesabaran, ketulusan, dan arti keteguhan hati.
Setiap anak mengajarkan pelajaran baru bagi saya bahwa pendidikan sejati adalah tentang membangun manusia, bukan sekadar mengajarkan mata pelajaran. Saya juga aktif dalam berbagai kegiatan sekolah, seperti menjadi pembimbing ekstrakurikuler, panitia lomba antar-sekolah, dan turut berperan dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar.
Saya percaya bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga melalui kegiatan di luar sekolah yang dapat mengembangkan nilai-nilai kerja sama, tanggung jawab, dan kepemimpinan pada siswa.
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika beberapa murid saya berhasil meraih prestasi di tingkat kecamatan dan kabupaten. Melihat mereka berdiri di atas panggung membawa nama sekolah membuat hati saya menjadi terharu.
Saya sadar, mungkin saya bukan guru yang sempurna, tetapi melalui mereka, saya tahu bahwa kerja keras dan kasih sayang yang tulus tidak pernah sia-sia.
Kini, setelah 15 tahun mengabdi di SD Negeri Dayuharjo, saya merasa seperti bagian dari keluarga besar yang tumbuh bersama. Sekolah ini bukan hanya tempat saya bekerja, tetapi juga rumah kedua yang penuh kenangan dan makna.
Dari pengalaman itulah saya belajar bahwa setiap anak memiliki keunikan, potensi, dan gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk mengenal setiap siswa secara pribadi, memahami karakter mereka, serta memberikan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Menjadi guru telah mengajarkan saya arti hidup yang sebenarnya bahwa kebahagiaan sejati bukan datang dari apa yang kita dapatkan, tetapi dari apa yang kita berikan. Selama masih diberi kesempatan, saya akan terus mengabdi, menebarkan ilmu, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan di hati setiap anak didik saya.
Bagi saya, menjadi guru bukan hanya tentang mengajar membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai kehidupan yang akan mereka bawa sepanjang hayat. Saya berharap dapat terus memberikan kontribusi terbaik bagi pendidikan di SD Negeri Dayuharjo dan menjadi bagian dari perjalanan panjang dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.