Bullying atau perundungan kerap dianggap sebagai tindakan yang identik dengan perilaku kenakalan anak-anak dan remaja. Tak sedikit yang memandang perilaku ini hanya terjadi di luar rumah, seperti sekolah dan tempat kerja, sebab orang-orang memandang rumah adalah tempat aman yang jauh dari tindak pem-bully-an. Padahal, perundungan bisa terjadi di dalam rumah dan dilakukan oleh orang terdekat, seperti orang tua.
Meski kata "bully" sudah umum di telinga masyarakat, perilaku ini masih mendapat stereotipe yang membatasi aksinya hanya sebatas kekerasan fisik dan caci maki saja. Padahal, sebenarnya ada beberapa jenis perundungan yang kerap kali diabaikan, seperti perundungan siber, perundungan seksual, perundungan verbal, penindasan, hingga berprasangka pada seseorang. Dari sekian banyak jenis perundungan ini, orang tua kadang abai pada tindakannya sehingga tanpa sadar mereka telah merundung anak sendiri.
Peran orang tua sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu, banyak sekali metode parenting atau pola asuh yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah menerapkan pola asuh yang keras dengan dalih membentuk mental dan karakter anak yang kuat. Sayangnya, jika tindakan tersebut dilakukan secara berlebihan, anak justru akan mendapat perundungan dari orang-orang terdekatnya sendiri.
Lalu, seperti apa perilaku orang tua yang berpotensi merundung anak?
Perilaku Bullying oleh Orang Tua
Seringnya, orang tua memiliki ekspektasi pada anak mereka. Harapan inilah yang membuat orang tua memiliki standar tersendiri dalam mendidik anak-anak, sedangkan mereka juga memiliki hak untuk mengkritik anak jika bertingkah tidak sesuai standar yang diterapkan. Dari hal ini, orang tua kadang abai pada fakta bahwa ekspektasinya pada anak adalah proyeksi dari keinginan yang tidak dapat dicapai sendiri.
Namun, perilaku tersebut perlu diperhatikan lebih dalam agar orang tua menyadari apakah tindakannya benar-benar dibutuhkan anak atau hanya sekadar keinginan pribadi semata. Standar dan harapan yang berlebihan pada anak secara tanpa sadar bisa menjadi tindak pem-bully-an karena orang tua seolah melimpahkan kegagalannya pada buah hati. Bahkan jika anak tidak memenuhi ekspektasi, mereka kadang membandingkannya dengan anak-anak lain yang dianggap berhasil.
Perilaku membandingkan anak sendiri dengan orang lain mungkin dimaksudkan agar anak bisa lebih termotivasi. Sesungguhnya tindakan ini bukan pilihan yang tepat karena hal tersebut jelas membuat anak kehilangan rasa percaya diri dan merasa tidak dihargai oleh orang tua sendiri. Perilaku ini juga berisiko membuat anak enggan bersosialisasi dan mengucilkan diri dari pergaulan.
Bentuk perundungan lain yang bisa dilakukan orang tua pada anaknya adalah mengomentari penampilan fisik. Proses tumbuh kembang anak membuat fisik dan psikis mereka mengalami perubahan.
Orang tua memiliki hak untuk membimbing anak mereka agar memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang terjaga dengan baik. Namun, perlu diperhatikan pula cara dalam memberi edukasi agar orang tua tidak sampai body shaming pada anak.
Perkara tubuh adalah hal yang sensitif bagi anak, sehingga orang tua harus melakukan pendekatan khusus agar anak tidak tersinggung saat diingatkan untuk menjaga kesehatan dan proporsi tubuh yang ideal. Mengomentari anak terlalu gemuk atau kurus secara terus-menerus dapat membuat mereka tersinggung. Dampaknya tidak hanya memperburuk kondiis mental, tetapi membuat mereka merasa tidak diterima oleh orang lain.
Dampak Bullying oleh Orang Tua
Perundungan yang dilakukan pada anak berpotensi menimbulkan dampak negatif di kemudian hari. Anak yang mendapat kekerasan fisik dan verbal di rumah cenderung akan memiliki low self esteem atau rendah diri. Hal tersebut dapat memberi pengaruh negatif pada kemampuan anak dalam bersosialisasi, bahkan dikhawatirkan anak akan membatasi pergaulannya dari lingkungan sosial.
Bagi orang tua yang kerap berkata kasar dan membentak anak, efek lebih parah dari tindakan tersebut adalah bisa menyebabkan kerusakan struktur otak. Tindakan ini berpotensi memengaruhi area otak yang berhubungan dengan emosi dan perhatian. Dampak negatifnya akan terasa saat anak beranjak dewasa, seperti terkena gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan kepribadian, bahkan meningkatkan risiko bunuh diri.
Selain berpengaruh pada kepribadian anak, tindakan bullying orang tua dikhawatirkan bisa menjadi contoh bagi anak untuk melakukan tindakan yang sama pada teman-temannya dan orang lain.
Hal ini terjadi karena mereka akan memproyeksikan perilaku yang dicontohkan orang tua di rumah pada kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya, siklus perundungan ini sulit diputuskan karena berhubungan dengan relasi yang lebih kompleks.
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
Untuk menghindari tindakan perundungan dan dampak negatifnya, orang tua harus menjamin ruang aman bagi anak di rumah. Langkah paling awal yang dapat dilakukan orang tua adalah melakukan refleksi dan evaluasi diri untuk memahami sistem pola asuh yang diterapkan dan efeknya pada anak. Orang tua harus memahami karakter anak dengan baik agar bisa memilih cara parenting yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Di samping itu, orang tua harus lebih peka terhadap perilaku anak. Jika menyadari anak-anak mengalami perubahan perilaku, misalnya anak jadi lebih pendiam atau malah memberontak, orang tua harus tahu duduk permasalahan yang tengah dihadapi oleh sang buah hati agar bisa menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi situasi anak. Orang tua juga diharapkan memiliki kesadaran lebih untuk melindungi anak dari ancaman bullying di dalam dan luar rumah.
Sumber
- Juniawati, D., & Zaly, N. W. (2021). Hubungan Kekerasan Verbal Orang Tua Terhadap Kepercayaan Diri Pada Remaja. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang Kesehatan, 5(2).
- Stein, S. (2021). Four Types of Bullying Every Parent Should Know About. Today's Parent.
- https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/sering-tidak-disadari-orangtua-bully-anak-sendiri?srsltid=AfmBOopPgKKwz2h3AeLONlHWMekx4Ot2wx9b7jjE-axQL0N0POeYYKXD