suara hijau

Konservasi Penyu di Pantai Sukamade Banyuwangi yang Menginspirasi

Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Konservasi Penyu di Pantai Sukamade Banyuwangi yang Menginspirasi
Ilustrasi seseorang yang hendak melepaskan penyu kecil ke laut (pexels.com/Los Muertos)

Pantai Sukamade terletak di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Di sini, pengunjung tidak hanya menikmati keindahan alam dengan pasir putih yang lembut dan ombak Samudra Hindia yang ganas, tetapi juga melihat simbol perjuangan konservasi penyu yang sangat menginspirasi banyak orang. Sebagai bagian dari Taman Nasional Meru Betiri, pantai ini sudah lama menjadi tempat tinggal empat spesies penyu langka yang datang bertelur setiap malam. Upaya pelestarian di sini tidak hanya membantu menyelamatkan populasi penyu, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut. CeritaDariPesisir menggambarkan kisah heroik para petugas kehutanan dan komunitas lokal yang berdedikasi untuk melindungi makhluk purba ini dari ancaman kepunahan.

Sejarah konservasi penyu di Pantai Sukamade dimulai sejak masa kolonial Belanda pada tahun 1927, ketika pantai ini ditemukan sebagai lokasi berburu. Namun, pada tahun 1972, daerah tersebut dijadikan hutan lindung untuk menangkal perburuan telur dan penyu yang semakin meresahkan. Meski demikian, praktik ilegal tersebut masih terjadi hingga 1979, hingga akhirnya dilarang secara ketat. Pada tahun 2009, masyarakat lokal mulai berusaha menyelamatkan telur penyu dari ancaman predator dan pemburu. Upaya ini berkembang menjadi pendirian Banyuwangi Sea Turtle Foundation pada bulan Juli 2011. Tahun 2010, Unit Pengelolaan Konservasi Penyu (UPKP) dibentuk untuk mengawasi seluruh proses mulai dari pemantauan sarang hingga pelepasan tukik. SuaraHijau dari Pantai Sukamade semakin dikenal, mengajak lebih banyak orang untuk terlibat dalam gerakan pelestarian.

Empat spesies penyu yang bertelur di Sukamade termasuk dalam tujuh spesies langka di dunia, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Indonesia menjadi tempat tinggal bagi enam dari tujuh spesies penyu global, dan Sukamade menjadi salah satu pantai utama yang sering dikunjungi oleh betina penyu dewasa. Penyu-penyu ini bisa memiliki berat sampai ratusan kilogram, dan setiap malam minimal dua ekor mendarat untuk bertelur, masing-masing menghasilkan 100 hingga 150 butir telur. Namun, tanpa bantuan manusia, hanya sekitar satu dari 1.000 tukik yang bisa bertahan hidup hingga dewasa dan kembali bertelur.

Metode konservasi di Sukamade dilakukan secara teratur dan melibatkan kerja sama dari banyak pihak. Para ranger mengawasi pantai setiap malam mulai pukul 19.00, mengumpulkan telur setelah penyu bertelur, lalu memindahkan telur ke area penangkaran semi-alami. Telur dibiarkan berkembang selama sekitar dua bulan hingga menetas, dan setelah itu tukik dilepas ke laut di pagi hari. Pengunjung turut diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses ini, yang juga menjadi pengalaman belajar. Dilarang keras mengumpulkan telur, menangkap penyu, atau memindahkan tukik tanpa izin. Selain itu, pelestarian habitat dilakukan secara rutin, seperti membersihkan sampah plastik di sepanjang pantai. Akses ke Sukamade juga cukup sulit, karena perjalanan off-road selama 4 sampai 5 jam dengan mobil 4x4 yang melewati hutan, sungai, dan jalan berbatu, yang justru membantu menjaga suasana alami dan mengurangi gangguan.

Tantangan dalam menjaga keberlanjutan penyu masih banyak. Predator seperti biawak dan monyet ekor panjang sering memangsa telur, sementara pemburu ilegal menjual telur sebagai sumber penghasilan. Sampah plastik di laut menjadi ancaman serius karena penyu sering mengira kantong plastik sebagai ubur-ubur yang menjadi makanan favorit mereka. Erosi pantai akibat aktivitas manusia, perubahan iklim, dan kerusakan ekosistem laut makin membatasi ruang hidup penyu. Lokasi Sukamade yang terpencil juga membuat pengawasan sulit, dengan fasilitas yang masih terbatas dan bangunan penangkaran yang mulai usang. Namun, komunitas lokal berhasil berubah dari pemburu menjadi pelindung, membuktikan bahwa perubahan bisa terjadi melalui edukasi dan keterlibatan masyarakat.

Keberhasilan konservasi di Sukamade sungguh menginspirasi. Ribuan penyu telah berhasil diselamatkan dan dilepaskan kembali ke laut, menjaga keseimbangan ekosistem laut. Pantai ini kini menjadi simbol penting bagi konservasi penyu di Indonesia, menarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk menyaksikan proses bertelur penyu di malam hari serta pelepasan tukik. CeritaDariPesisir seperti kisah keluarga dari Depok yang melakukan perjalanan road trip bersama komunitas Madlifers pada Juli 2025, melewati tantangan off-road dan menginap di resor Sukamade, menjadi contoh bagaimana pengalaman ini mampu membangun rasa hormat terhadap alam pada anak-anak. Mereka belajar bahwa setiap tukik yang dilepas adalah harapan untuk kelangsungan hidup spesies tersebut. SuaraHijau dari para relawan fondasi penyu Banyuwangi juga terdengar: mulai dari tindakan kecil seperti pengumpulan telur, kini telah menyelamatkan ribuan nyawa dan mengubah pandangan masyarakat yang sebelumnya melihat penyu sebagai sumber penghasilan.

Konservasi di Sukamade mengajarkan bahwa pelestarian alam bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama. Dengan partisipasi wisatawan melalui ecotourism, dana yang terkumpul membantu memperbaiki fasilitas dan pendidikan lingkungan. Kisah ini juga menginspirasi gerakan serupa di pantai-pantai lain di Banyuwangi, seperti Pantai Boom yang juga aktif dalam upaya konservasi. Di tengah ancaman global terhadap keanekaragaman hayati, Sukamade membuktikan bahwa dedikasi kecil bisa menjadi perubahan besar. Mari kita mendukung upaya ini, karena setiap penyu yang bertahan adalah kemenangan bagi bumi kita.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak