Flash Sale, Untung atau Konsumtif?

Tri Apriyani
Flash Sale, Untung atau Konsumtif?
Ilustrasi belanja. [freedigitalphotos/renjith krishnan]

Menjelang akhir tahun, hampir seluruh mal membanjiri pelanggannya dengan diskon besar-besaran, seperti midnight sale dan garage sale. Seiring perkembangan zaman pun, tidak hanya mal-mal konvensional yang mengadakan sale besar-besaran.

Banyak dari kita khususnya remaja yang kini lebih memilih untuk berbelanja online, karna satu dan lain hal contohnya seperti, kita tidak harus menginjakan kaki diluar rumah dan harus bersusah payah untuk sampai di toko atau pusat perbelanjaan yang kita tuju.

Kita hanya perlu gadget serta koneksi internet dan dapat langsung mencari barang yang kita butuhkan di beberapa E-Commerce hanya dalam sekejap. Berbicara mengenai E-Commerce pun sudah tidak asing dengan istilah Flash Sale, dengan iklan-iklanya yang menawarkan sale dengan rentang 30% bahkan bisa mencapai 80-90%, cukup besar bukan?

Tidak hanya itu flash sale di beberapa E-Commerce juga memberikan beberapa voucher yang cukup menguntungkan seperti, voucher gratis ongkir atau voucher diskon 50 persen dengan minimal belanja 20.000.

Tidak selesai disitu, dengan perkembangan teknologi pun tidak hanya kartu kredit konvensional, namun masa kini ada yang dimakan paylater, tersedia dalam beberapa e-commerce seperti traveloka, shopee, tokopedia yang bekerja sama dengan ovo. Mereka membuat paylater yang bersyarat sangat mudah yang dimana para remaja yang sudah memiliki ktp sudah bisa menggunakan kredit online tersebut.

Namun hal ini nampaknya justru meningkatkan tingkat konsumtifitas remaja, dengan sale di e-commerce serta kemudahan mereka memakai 'kredit online' tersebut. Dengan sangat tertarik serta menanti flash sale tersebut secara tidak langsung para remaja, akan membeli beberapa hal yang sebenarnya tidak mereka butuhkan, dikaitkan dengan psikologis manusia sendiri jika melihat sale akan lebih cepat tertarik dan membeli.

Padahal jika kita teliti lagi sale tidak sepenuhnya menguntungkan kita, justru bisa membuat kita lebih boros dan tidak bijaksana menggunakan uang kita. Mungkin jika kita lihat di flash sale barang yang awalnya mempunyai harga Rp80.000 sale menjadi 40.000.

Namun jika lebih telaah lebih dalam, ternyata 40.000 adalah harga yang normal, hanya tertera harga awal 80.000. Disitu lah kita tidak berfikir panjang dan langsung membeli barang tersebut serta didukung kemudahan paylater yang ternyata membuat kita kurang bijak mengelola keuangan kita.

Dari situ kita harus lebih bijaksana lagi terhadap uang kita, serta kita harus mengetahui pokok prioritas kita itu apa sih? Sehingga kita tidak mudah tergoda dengan flash sale yang ternyata tidak terlalu menguntungkan, namun membuat kita jadi orang yang sangat konsumtif.

Pengirim: Syandhika Ingkan Lestari / Mahasiswi Hubungan Masyarakat, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak