Tugas kuliah udah menumpuk, tapi masih belum juga disentuh, nanggung, ini nonton drama korea tinggal sebentar lagi. Merasa familiar?
Boleh dibilang, semua orang pernah atau malah sering menunda tugas atau pekerjaan. Padahal dengan menunda pekerjaan (procastinating), jadi banyak waktu terbuang, dan seringnya sih, pekerjaan jadi gak maksimal karena dikerjakan dengan tergesa-gesa.
Ternyata, perilaku ini ada tipe-tipenya lho, jadi gak semua sama. Penasaran apa aja? Yuk, ah dibaca sampai selesai.
1. Tipe perfeksionis
Tipe perfeksionis biasanya menunda pekerjaan bukan karena rasa malas, tapi karena ingin hasil pekerjaannya sempurna. Akibatnya, bukannya langsung memulai, tapi menunggu dulu waktu yang tepat saat mood bagus, supaya hasilnya maksimal. Masalahnya, terkadang mood bagus itu tak kunjung datang, sementara pekerjaan harus diselesaikan.
Ada kalanya, orang perfeksionis ini sudah memulai, tapi karena terlalu memperhatikan detail, akhirnya gak selesai-selesai. Yang dilakukan gak jauh-jauh dari proses mengedit, disebabkan adanya keraguan apakah ini sudah tepat.
Bagi mereka yang begitu memperhatikan detail, cobalah sebelum mengerjakan tugas, perhatikan dulu tujuannya. Misalnya, tugas membuat laporan penjualan, tujuannya untuk melihat perubahan tingkat penjualan per bulan. Alih-alih memusingkan diri dengan penggunaan kata-kata yang tepat atau desain yang bagus, fokuskan saja pada pembuatan diagram atau gambar supaya tujuan dari laporan penjualan tersebut terpenuhi.
Dan bagi perfeksionis yang sulit memulai, usahakan tiap mengerjakan sesuatu dibuatkan deadline atau batas waktu sehingga, mau mood bagus atau jelek, tetap harus selesai. Toh, biasanya yang sulit itu memulainya, nanti pas udah dijalani akan asyik dengan sendirinya.
2. Tipe pemimpi
Tipe ini biasanya memiliki target yang besar dan ambisius. Saking besarnya, sampai-sampai ia merasa kewalahan karena tidak siap dengan ‘harga’ yang harus dibayar untuk mewujudkan targetnya itu. Ujung-ujungnya, ia hanya pintar berencana tapi minim aksi.
Untuk tipe pemimpi, memang sih kita harus berani punya mimpi besar. Tapi, harus disadari, hal-hal besar itu lahir dari yang kecil. Jadi, coba targetkan hal yang kecil dulu, yang realistis dan tidak memberatkan untuk dilakukan.
Jika ini sudah dilakukan, apresiasi diri karena telah berhasil memulai dan menyelesaikan. Baru deh secara bertahap, buat target yang lebih lagi. Jika ini konsisten dilakukan, maka target yang ambisius bukan hanya sekedar wacana, tapi berhasil diwujudkan.
3. Tipe penghindar
Tipe yang ketiga, menunda pekerjaan karena khawatir kalau hasilnya nanti akan gagal atau jika nanti melakukan kesalahan. Prinsipnya, daripada dikerjakan gagal atau salah, mending gak usah aja sekalian.
Padahal, pekerjaan tak akan selesai dengan menghindarinya. Daripada lari dari tanggung jawab, mending selesaikan walaupun ada salah. Setidaknya kamu sudah mencoba.
Hal lain yang dapat dilakukan bagi tipe penghindar adalah, coba selesaikan tugas dengan cara yang menurutmu paling nyaman. Misalnya, mengerjakan tugas yang sulit dulu baru yang mudah, atau sebaliknya. Intinya, yang penting selesai, gak usah mikir yang macam-macam. Kalau ternyata ada salah, atau gagal, toh bisa jadi pembelajaran.
4. Tipe crisis maker
Tipe ini baru gerak kalau ada ‘krisis’ atau pendorongnya dulu, istilah yang sudah kita kenal, sistem kebut semalam atau SKS. Harus dikejar deadline dulu, baru deh bisa fokus dan konsentrasi penuh.
Cara kerja seperti ini menjadi pilihan, karena tipe ini meyakini, kalau sesuatu yang dikerjakan mepet, hasilnya justru maksimal karena seseorang jadi benar-benar bisa fokus.
Justru pendapat ini keliru, mengerjakan tugas dengan mepet membuat seseorang tidak bisa mengoreksi atau mengulas lagi hasil pekerjaannya. Iya, kalau hasilnya emang gak ada yang salah. Nah kalau ada? Udah gak ada waktu untuk memperbaiki.
Jika kamu termasuk tipe ini, baru semangat ketika mengerjakan tugas di menit-menit terakhir, coba bagi pengerjaan tugas ke dalam beberapa waktu. Selama sesi pengerjaan tugas, jauhkan semua hal yang bisa mengganggu, sehingga kamu menciptakan situasi ‘genting’ sendiri.
Saat waktunya istirahat, benar-benar dipakai untuk melakukan hal yang kamu senang dan tak ada sama sekali tentang tugas. Pengotak-ngotakan ini bisa membuatmu jadi fokus dan tugas selesai tapi tetap memberi waktu untuk koreksi.
5. Tipe multitasker
Ini biasa terjadi pada orang yang gak enakan. Beban kerjanya berat karena harus menyelesaikan tugas orang lain juga. Akhirnya, ia kebingungan menentukan mana yang prioritas, dan berdampak pada bertumpukan tugas yang tak kunjung selesai.
Coba latih untuk memprioritaskan diri sendiri. Jika memang tugas sendiri sudah selesai, baru deh terserah ingin membantu tugas orang lain atau nggak. Tapi jika memang kamu sudah kewalahan dengan tugasmu, gak perlu merasa bersalah atau nggak enak ketika menolak permintaan tolong orang lain.
Kalau kamu perhatikan, ternyata tipe-tipe di atas sebagian besar berhubungan dengan mindset atau pola pikir seseorang. Jika mindset-nya negatif, maka tugas yang sebenarnya mudah bisa terlihat sangat sulit. Untuk itu, coba latih mindset agar berusaha berpikir positif, dan biasakan untuk membagi tugas ke dalam tahapan-tahapan kecil, supaya tidak merasa kewalahan.