Tidak dapat dipungkiri bahwa perang dunia membawa dampak buruk bagi kedua belah pihak yang berperang, bahkan secara tidak langsung juga membawa dampak buruk bagi negara yang tidak turut andil dalam perang dunia.
Tapi pada faktanya, banyak penemuan penting yang membawa manfaat bagi kehidupan manusia dari berbagai bidang yang ditemukan pada saat perang dunia berlangsung. Penasaran?
Mari kita simak ulasan 5 penemuan penting yang lahir saat perang dunia berlangsung.
1.Drone
Penggunaan drone saat ini banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pemantauan lalu lintas dan cuaca, pencarian dan penyelamatan, fotografi, bahkan hanya ada yang digunakan sebagai hiburan semata. Tapi tahukah kalian, siapa, kapan, dan untuk apa drone pertama kali dibuat?
Dilansir owlcation.com, drone pertama kali digunakan pada perang dunia kedua, saat Jerman menyerang Inggris dengan V-1 flying bom, yaitu bom yang diterbangkan dengan sejenis pesawat tanpa awak.
Meskipun demikian, drone pertama kali dibuat oleh Inggris pada saat perang dunia pertama.Drone pertama dikembangkan pada April 1917, di Dayton, Ohio. Nama resmi drone ini adalah Kettering Serial Torpedo.
Drone ini dibuat atas permintaan Angkatan Darat Amerika Serikat, dan dirancang oleh Charles F. Kettering bersama tim, termasuk Orville Wright yang kini dikenal sebagai penemu pesawat terbang.
Bentuk dan cara kerja awal drone yang dirancang Kettering jauh dari drone yang ada saat ini. Tidak ada remote control untuk mengendalikan gerakan drone.
Melainkan perhitungan kecepatan angin, arah angin, jarak target, dan putaran mesin untuk mengarahkan drone ke target yang ditentukan. Drone pertama ini memiliki kecepatan 50 mph dengan jarak tempuh maksimal 120 km dan bobot kurang lebih 272 kg.
2. Paspor
Bagi treveler manca negara, pasti sangat akrab dengan yang namanya paspor. Yup, selain visa, dokumen ini menjadi syarat seseorang untuk dapat memasuki suatu negara tertentu. Fungsi paspor adalah sebagai identitas diri saat berada di luar negeri. Tapi tahukah kalian? Kapan sih paspor mulai diberlakukan?
Dilansir graphics.wsj.com, pada tahun 1920 di kota Paris, dilaksanakan Paris Conference on Passports & Customs Formalities and Through Tickets. Acara tersebut diadakan oleh Liga Bangsa-Bangsa (sebelum berganti nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa), yang salah satu hasilnya adalah disepakati untuk pembutan standar paspor.
Dengan kata lain, isi dan bentuk paspor dibakukan untuk semua negara anggota Liga Bangsa-Bangsa. Yang pada akhirnya standar paspor ini diterapkan oleh semua negara.
Latar belakang diadakannya konferensi ini adalah sebelum perang dunia pertama berkobar, seseorang dapat dengan bebas keluar masuk suatu negara tanpa paspor.
Setelah perang dunia pertama berlangsung, pemerintah negara-negara Eropa mulai memperkuat keamanan dan mengontrol keluar masuk seseorang dari perbatasan negara.
3. Blue Scrub
Baju scrub atau baju OK adalah baju seragam yang biasa dikenakan oleh tim medis saat tindakan operasi. Saat ini baju scrub paling banyak menggunaakan warna biru (blue scrub) dan hijau.
Darah dan organ tubuh bagian dalam saat tindakan operasi membuat mata tim medis terlalu lama fokus dengan warna merah yang berdampak pada melemahnya kemampuan membedakan variasi warna merah.
Hal ini akan sangat berbahaya karena darah dan semua organ bagian dalam berwarna merah. Resiko terburuk adalah terjadi kesalahan tindakan operasi karena salah melihat organ tubuh.
Oleh karena itu, digunakan warna hijau pada baju scrub karena warna hijau dianggap memberikan efek menyegarkan mata, dan dapat menjaga fokus penglihatan dokter pada warna merah.
Tapi tahukah kalian kapan pertama kali ide blue scrub atau baju OK dengan warna biru atau hijau mulai digunakan. Dilansir graphics.wsj.com, blue scrub pertama kali dicetuskan oleh René Leriche pada tahun 1914, saat perang dunia pertama. René Leriche, seorang dokter berkebangsaan Prancis mengabdikan dirinya untuk membantu tentara dalam medan perang.
Selama perang dunia pertama René Leriche telah melakukan banyak tindakan operasi. Pada saat itu antibiotik belum ditemukan, sehingga resiko infeksi saat operasi sangat besar.
René Leriche memiliki ide sederhana untuk mengurangi resiko tersebut, yaitu dengan membuat pakaian khusus operasi yang dibedakan berdasarkan warna biru.
Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kontak langsung pakaian kotor yang membawa bakteri dengan pasien. Ternyata ide sederhana ini banyak diikuti oleh dokter diberbagai negara sampai hari ini.
4. Pembalut wanita
Perang dunia pertama tidak terlepas dari luka dan darah. Tim medis membalut luka tentara dengan perban adalah pemandangan sehari-hari saat perang dunia berlangsung, sehingga konsumsi perban meningkat dan persediaan kapas sebagai bahan baku perban menipis.
Dilansir dari graphics.wsj.com, menanggapi kondisi ini, perusahaan asal Amerika Serikat, Kimberly-Clark berhasil menciptakan bahan yang disebut cellucotton. Bahan ini terbuat dari bubur kertas dan memiliki daya serap yang sangat baik. Cellucotton menjadi alternatif pengganti perban kapas dan diproduksi secara massal untuk memenuhi kebutuhan di medan perang.
Cellucotton buatan Kimberly-Clark akhirnya digunakan di medan perang sebagai pengganti perban kapas. Pada aktualnya, bukan hanya tentara yang menggunakan cellucotton ini untuk membalut luka, tetapi juga digunakan oleh para tenaga medis wanita.
Berbeda dengan tentara yang terluka, karena berada dalam kondisi yang mendesak, tenaga medis wanita menggunakan cellucotton ini selama masa menstruasi sebagai pembalut, yaitu dengan cara menjahit cellucotton dengan tangan pada kain katun.
Singkat cerita, Kimberly-Clark mengetahui penggunaan cellucotton ini oleh tenaga medis wanita di medan perang selama perang berlangsung. Terinspirasi akan hal tersebut, Kimberly-Clark membuat dan memasarkan pembalut wanita pertama yang diberi nama kotex pada tahun 1920.
5. Triase
Mungkin masih banyak yang awam dengan istilah triase. Triase adalah istilah yang digunakan dalam dunia medis untuk manajemen penanganan pasien. Pada prinsipnya, dibuatkan urutan prioritas untuk pasien mana yang akan ditangani terlebih dahulu. Prioritas yang dimaksud didasarkan pada tingkat kegawatdaruratan pasien.
Pada tahap selanjutnya dibuat ketentuan-ketentuan yang dibakukan untuk menunjang sistem ini, sebagai contoh adalah penggunaan kode warna untuk menentukan kategori kondisi pasien.
Warna merah untuk pasien prioritas pertama, yaitu pasien yang butuh penanganan segera atau dalam kondisi kritis, Warna kuning untuk pasien prioritas kedua, yaitu pasien yang butuh penanganan segera namun tidak dalam kondisi kritis. Warna berikutnya adalah hijau dan hitam.
Dilansir graphics.wsj.com, triase pertama kali diterapkan pada saat perang dunia pertama. Jumlah tentara yang terluka sangat banyak dan jumlah tenaga medis serta fasilitas pengobatan yang terbatas mengharuskan diterapkannya manajemen penanganan pasien yang baik. Hal ini juga dimaksudkan untuk menjaga kekuatan milliter agar tetap terjaga, yaitu dengan menyelamatkan nyawa tentara sebanyak mungkin.
Itulah 5 penemuan penting yang lahir saat perang dunia berlangsung. Ternyata banyak juga penemuan saat perang dunia yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan masih digunakan sampai saat ini.