6 Kebiasaan Ampuh Membentuk Mental Kuat

Munirah | Ares
6 Kebiasaan Ampuh Membentuk Mental Kuat
Ilustrasi Laki-laki Bermental Kuat. (istockphoto)

Kau bisa patahkan kakiku
Tapi tidak mimpi-mimpiku
Kau bisa lumpuhkan tanganku
Tapi tidak mimpi-mimpiku
Kau bisa merebut senyumku
Tapi sungguh tak akan lama
Kau bisa merobek hatiku
Tapi aku tahu obatnya
Manusia-manusia kuat itu kita
Jiwa-jiwa yang kuat itu kita
Manusia-manusia kuat itu kita
Jiwa-jiwa yang kuat itu kita

Lirik tersebut tentu tidak asing di telinga generasi milenial ya. Yup, lirik lagu berjudul “Manusia Kuat” yang dipopulerkan penyanyi Tulus ini cocok menjadi moodbooster saat diri kita butuh penyemangat.

Selain melalui musik, kita juga bisa membangun  diri sendiri untuk menjadi pribadi penuh semangat dan mental yang kuat. Dibutuhkan pembiasaan dan niat yang kuat untuk mencapainya. Berikut beberapa sikap yang bisa dibiasakan untuk membentuk mental yang kuat:

1. Menghargai pencapaian orang lain dengan tulus, tanpa merasa iri

Era digital ini, mudah bagi kita membagikan momen bahagia yang kita alami. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengunggah keberhasilan kita di media sosial. Motif membagikan momen tersebut beragam.

Jika keberhasilan yang kita bagikan, ada niat untuk memotivasi orang lain agar bisa melakukan sesuatu yang lebih dari kita. Ketika kita melihat unggahan-unggahan keberhasilan orang lain, logikanya kita turut merasa bahagia karena unggahan tersebut memuat kabar baik.

Apalagi jika orang tersebut adalah keluarga maupun teman dekat kita. Tapi kenyataannya, tidak selamanya pikiran positif yang selalu melintas di kepala kita. Tidak jarang kita beranggapan motif unggahan tersebut sebagai ajang pamer.

Anggapan inilah yang menjadi cikal bakal mudahnya kita membenci orang lain. Membicarakan hal buruk mereka dari belakang. Bahkan akibat rasa iri, bahkan membenci diri sendiri.

Agar terhindar dari sifat iri, sadarilah bahwa  kemampuan setiap orang tidak sama. Kita tidak tahu proses apa saja yang sudah dijalani orang lain untuk mencapai sesuatu, maka jangan gunakan pencapaian orang lain sebagai tolak ukur keberhasilan kita Hal sederhana yang kita capai hari ini, bisa jadi adalah mimpi besar bagi orang lain.

2. Mengakui kesalahan, meminta maaf dan memperbaikinya

Mengakui kesalahan bukan berarti kita lemah. Faktanya, bersedia mengakui kesalahan adalah tindakan yang membutuhkan keberanian dan kesadaran diri. Artinya, seseorang yang mampu mengakui kesalahan menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang dewasa.

Tapi terkadang saat kita sudah memiliki keberanian mengakui kesalahan, orang lain tetap tidak bersedia menerima pengakuan kita. Jika demikian, kita jangan langsung marah atau merasa situasinya tidak adil. Ingat, kita sudah melakukan hal yang benar. Yang bisa kita kontrol hanya tindakan kita, bukan tindakan orang lain.

Mampu mengakui kesalahan merupakan tindakan luar biasa. Dari sini, menunjukkan bahwa kita menyadari ketidaksempurnaan kita sebagai manusia. Jangan takut mengakui salah dan menegaskan menyesalinya. Tunjukkan bahwa kita bersedia memperbaiki situasi.

3. Tidak terjebak masa lalu

Masa lalu adalah masa lalu. Jangan sampai hidup kita terjebak di dalamnya. Seberapa buruknya masala lalu kita, terimalah. Berdamailah dengannya, biarkan hal itu menjadi pembelajaran. Karena waktu yang telah berlalu tidak bisa kembali,  apa yang telah terjadi tidak bisa kita ubah.

Maka wajar jika kita pernah melakukan kesalahan yang menimbulkan penyesalan yang amat mendalam di kemudian hari. Maka jangan biarkan penyesalan dan rasa bersalah membuat kiuta terjebak pada masa lalu.

4. Tidak playing victim melabeli diri sebagai korban

Apakah kita termasuk pribadi yang sering merasa menjadi korban atas hal buruk yang menimpa diri? Menyalahkan orang lain atas ketidakberuntungan yang kita dapat? Hei, ingat. Kita bukan pemain sinetron yang sedang bermain peran. Ini kehidupan nyata, bukan drama.

Jangan melabeli diri sebagai peran protagonis yang baik hati, selalu benar tapi teraniaya. Koreksilah diri sendiri. Terimalah bahwa orang lain memiliki kemampuan bertindak, dan kita memiliki keterbatasan mengatur tindakan mereka. Untuk itu, lebih tepat jika kita sendiri yang mengatur pikiran serta tindakan kita.

Jika hal buruk menimpa kita, tentu sebab dari diri kita sendiri. Perbaiki dan fokuslah pada tujuan. Jangan biasakan menyalahkan orang lain menguasai pikiran kita, agar tidak merasa menjadi korban.

5. Berani berkata tidak

Mengatakan "tidak" artinya kita mengetahui batas kemampuan yang kita miliki. Memang tidak ada salahnya kita membantu orang lain. Memenuhi permintaan orang bisa berdampak pada keseharian kita.

Baik dampak dalam keseharian di keluarga bahkan bisa berdampak pada pekerjaan kita. Oleh karena itu, pastikan jika seseorang meminta bantuan dan berisiko menghambat target, kita berhak untuk menolaknya.

Dengan berkata "tidak", kita sudah memprioritaskan pada hal yang benar-benar penting. Berani berkata tidak kepada mereka yang tidak tepat untuk kita bantu. Mereka ini adalah yang  memaksa kita untuk berkata "ya".

Beranilah mulai dari sekarang agar keberadaan kita tidak hanya dimanfaatkan dan akhirnya menyisakan penyesalan dan amarah pada diri kita sendiri.

6.  Terus belajar mengenali diri sendiri

Pentingnya mengenali diri sendiri, kita akan menjadi lebih bersyukur atas apa yang nikmat sudah Tuhan berikan  pada kita. Ini menjadi bekal hidup kita bermasyarakat.

Dengan mengetahui potensi diri, kita dapat menentukan tujuan hidup dan mampu memanfaatkan kemampuan untuk menemukan solusi masalah kita.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak