Adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat media sosial juga kian mudah untuk digunakan oleh berbagai kalangan. Media sosial menyajikan sejumlah fitur untuk memudahkan para penggunanya. Fitur tersebut selalu diperbaharui dengan mengikuti tren, agar dapat meningkatkan waktu penggunaan di media tersebut.
Salah satu fitur yang saat ini cukup ramai diperbincangkan adalah fitur "Infinite scroll". Ini merupakan fitur yang membuat pengguna melihat konten yang terus menerus dan tidak akan habis, hanya dengan melakukan scrolling. Kalau dilihat-lihat, fitur ini hampir ada di semua media sosial loh!
Fitur ini diterapkan di banyak media sosial bertujuan untuk meningkatkan screen time para pengguna. Sehingga, pengguna betah dan tidak akan keluar dari aplikasi tersebut. Namun, fitur ini berbahaya terutama bagi remaja dan anak-anak yang masing dalam proses pertumbuhan.
Yuk simak, berikut merupakan 5 alasan mengapa fitur ini berbahaya:
1. Membuat pengguna procrastinate
Procrastinate merupakan sebuah aksi terus menunda sesuatu yang seharusnya dilakukan seperti mengerjakan PR dan lain sebagainya. Aksi ini biasanya dilakukan teruntuk tugas-tugas yang dianggap membosankan. Mengapa hal ini dapat terjadi? Karena media sosial lebih menyenangkan dibandingkan dengan mengerjakan PR atau pekerjaan lainnya.
Oleh karena itu, kita harus mengetahui skala prioritas, tentang apa yang akan kita lakukan dan membuat target supaya tidak mudah terganggu dengan media sosial.
2. Fear of Missing Out (FOMO)
FOMO merupakan sebuah fenomena di mana seseorang merasa takut ketinggalan sebuah berita atau segala hal yang sedang viral di media sosial. Dengan adanya fenomena ini, dapat memicu penggunaan media sosial yang lebih lama supaya tetap up to date dan tidak ketinggalan berita apapun. FOMO ini juga didukung dengan adanya fitur infinite scroll, sehingga seseorang makin penasaran mengenai konten-konten terbaru yang ada di media sosial.
3. Selalu merasa kurang
Dengan menggunakan media sosial, pasti kita melihat banyak konten yang "sempurna", mulai dari standar kecantikan, konten-konten keluarga bahagia, dan masih banyak lagi. Konten tersebut dapat memicu kita untuk selalu merasa kurang atau insecure terhadap apa yang sudah kita miliki. Hingga akhirnya kita sering membanding-bandingkan diri kita sendiri dengan kehidupan orang lain. Ingat kata Cherrybelle "Kamu cantik apa adanya".
4. Kualitas tidur berkurang
Berdasarkan penelitian Universitas Pittsburgh yang melibatkan 1.700 anak, berusia 18-30 tahun tentang sosial media dan kebiasaan tidur mereka, terbukti bahwa gangguan tidur yang terjadi memiliki banyak kaitannya dengan blue light atau cahaya biru yang berasal dari layar gadget. Pasalnya, blue light dapat menghambat produksi hormon melatonin tubuh yang memiliki fungsi untuk memfasilitasi tidur.
5. Phubbing
Phubbing adalah sebuah sikap di mana kita mengabaikan orang lain untuk berinteraksi dan lebih fokus dengan gadget yang kita punya. Kata phubbing ini merupakan kependekan dari 'phone snubbing’. Mengapa phubbing bahaya dan memiliki keterkaitan dengan fitur infinite scrolling?
Pasalnya, fitur ini merupakan salah satu alasan mengapa seseorang lebih memilih gadget dibandingkan berinteraksi dan memulai percakapan dengan orang lain. Selain itu, phubbing memiliki keterkaitan dengan FOMO yang sebelumnya sudah dijelaskan di atas.
Nah, kita sebagai individu yang biasa menggunakan media sosial dalam kegiatan sehari-hari, harus lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Bijak dalam menggunakan media sosial ini dapat dilakukan dengan cara seperti melakukan pembatasan, agar waktu tidak habis.
Sebagai anak muda, bisa dibilang saya memiliki ketergantungan terhadap media sosial. Hal ini bisa dibilang sangat berdampak bagi kehidupan saya. Dengan menggunakan media sosial secara bijak, sangat mengubah hidup saya menjadi lebih produktif dan bermanfaat. Jadi, yuk coba untuk lebih bijak menggunakan media sosial dan memahami skala prioritas hidup kamu!