Bukan Hanya Soal Kedewasaan, 5 Alasan Sebaiknya Jangan Sering Update Status

Hernawan | Melynda Dwi Puspita
Bukan Hanya Soal Kedewasaan, 5 Alasan Sebaiknya Jangan Sering Update Status
Ilustrasi update status (pexels.com)

Media sosial sudah menjadi bagian dari hidup. Tak lengkap rasanya, jika kita tak memiliki akun media sosial untuk berinteraksi dengan warganet, setidaknya satu saja. Ada yang sebatas mencari hiburan, ada pula yang memanfaatkan media sosial sebagai sumber informasi. 

Namun di era saat ini, di mana para public figure atau selebgram (selebriti instagram) yang kerap membagikan momen aktivitas sehari-hari tanpa ada batasan privasi. Membuat masyarakat juga mengikuti kebiasaan tersebut. Tak hanya satu, kegiatan receh dan masalah pribadi yang tak seharusnya diberi tahu, juga disampaikan ke publik. Justru sudah banyak orang yang tanpa malu menceritakan masalahnya melalui status media sosial. Sebelum ketergantungan dengan status, simak 5 alasan berikut supaya kamu segera menghentikannya. 

1 Prioritaskan Kehidupan Dunia Nyata

Seindah apapun dunia maya, seheboh dan seviral apapun itu, tidak bisa menggantikan dunia nyata. Walaupun di masa pandemi saat ini yang lebih berorientasi pada kegiatan daring (online). Dunia nyata tetap menjadi segalanya dan kita perlu camkan itu. Bukankah manusia adalah makhluk nyata, bukannya makhluk virtual? Jadi, untuk apa kita terlalu mencintai dunia maya yang jelas-jelas palsu?

2. Tak Semua Orang Peduli dengan Masalahmu

Ada masalah sepele, seketika langsung tak berdaya. Dimarahi orang tua, langsung klaim menderita penyakit mental. Berpikiran bahwa diri sendiri adalah orang paling menderita di dunia ini, dan semua orang harus merasakan apa yang dialami kita? Hei, sadarlah kawan, bahwa tidak setiap orang mempedulikanmu. Hanya beberapa orang yang benar-benar peduli, sementara yang lainnya justru menertawakanmu.

Semakin sering kamu membagikan kesedihanmu di media sosial, orang lain yang melihat justru merasa muak. Alih-alih iba, orang lain akan menilaimu sebagai sosok yang mudah mengeluh dan tidak bisa menyelesaikan masalah. Berhati-hatilah, bahkan seorang HRD yang sedang merekrut karyawan, tak segan-segan melihat rekam jejakmu di media sosial. Kamu tidak mau kan, ditolak perusahaan impian hanya karena status?

3. Jangan Hanya Sibuk Cari Pengakuan yang Tidak Ada Habisnya

Memang kodrat setiap manusia ingin menjadi yang terbaik dan paling baik. Siapa sih yang tidak ingin menjadi nomor satu dan terhebat? Ingatlah, bahwa prestasi tidak perlu diumbar-umbar. Bolehlah sesekali membagikan pencapaian untuk apresiasi diri. Namun ingatlah bahwa banyak orang di luar sana yang ingin berada di posisi sepertimu. 

Mungkin saja temanmu bahagia ketika melihatmu sukses. Namun, siapa yang tahu jika di dalam hati kecilnya justru ia merasa gagal. Seperti sebuah kutipan film, “aku sedih melihat temanku gagal, tetapi aku lebih sedih lagi jika temanku lebih berhasil daripada aku”. Jadi, janganlah menimbulkan iri dan kecemburuan sosial di hati orang lain. Lebih baik tetaplah bersikap rendah hati.

4. Semakin Sering Kamu Upload Status, Semakin Menunjukkan Bahwa Kamu Kesepian

Bukan berdasarkan ilmu kira-kira, pernyataan ini sudah ada penelitiannya. Riset yang dilakukan Universitas Charles Sturt memberi kesimpulan bahwa alasan wanita sering membuat status karena merasa kesepian. Mereka melakukannya dengan dalih betapa sulitnya kehidupan nyata. Mereka merasa tidak memiliki ruang untuk menyampaikan unek-unek, sehingga memilih media sosial sebagai jawabannya.

5. Rawan Kejahatan dan Dimanfaatkan Orang Lain

Siapa yang suka membagikan informasi terkait aset pribadi atau saldo tabungan? Bersiaplah jika tiba-tiba ada kawan lama yang menghubungimu untuk meminjam uang dengan dalih membeli susu anak. Bahkan bukan tidak mungkin jika rumahmu akan didatangi pencuri atau perampok gara-gara kamu memberi tahu barang-barang yang ada di rumah.

Demikianlah alasan-alasan yang bisa dipikirkan matang-matang supaya kamu tidak sering update status. Apakah sudah merasa tertampar dan mulai sadar?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak