Cita-cita setiap orang tua adalah bisa menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Namun banyak yang keliru dalam mendampingi anak menempuh pendidikan.
Hal-hal yang orang tua anggap sebagai motivasi, seringkali justru akan menjadi beban untuk anak dan membuatnya tidak dapat berkonsentrasi.
Berikut ini merupakan kesalahan orang tua dalam mendampingi pendidikan anak:
1. Terlalu Mementingkan Ego Diri Sendiri
Tidak mengapa jika orangtua memberikan saran sekolah yang terbaik untuk anak, memotivasi anak untuk mendapatkan peringkat di kelas, menyarankan anak untuk ikut les beberapa mata pelajaran. Namun, saran tersebut tidak boleh sampai membuat anak tertekan dalam belajar.
Misalnya, orang tua yang memaksa anaknya untuk harus diterima di sekolah X atau menginginkan agar anaknya bisa peringkat pertama di kelas, memperparahnya dengan ancaman dan tekanan yang kuat agar anak bisa diterima di sekolah tersebut atau bisa mendapat peringkat di kelas.
Alih-alih fokus dalam belajar, anak justru akan merasa tertekan. Belajar bukan lagi sebagai ajang untuk menuntut ilmu melainkan sebagai cara untuk menuruti kemauan orangtua.
2. Membayangi Anak dengan Uang
Kata yang salah jika orangtua mengatakan kepada anak "Kak, kamu harus belajar yang rajin. Biar nanti diterima di perusahaan X dan bisa dapat uang yang banyak, bantu mamak dan ayah, serta adik-adik untuk sekolah".
Perkataan yang masih menjadi hal lumrah di sekitar kita dengan harapan agar anak termotivasi dalam belajar. Sayangnya, hal tersebut adalah salah kaprah.
Anak yang sudah dibayangi dengan masalah uang sebelum dia memulai pendidikannya, maka ketika dia memulai pendidikannya bukan untuk mendapatkan pendidikan, namun agar bisa diterima di sebuah perusahaan, agar bisa dapat uang yang banyak.
Kata-kata yang sangat berpengaruh kepada pola pikir anak dan membuatnya memiliki motivasi yang salah. Belum juga mulai, anak sudah diberitahu tentang beban keuangan yang harus diembannya.
3. Terlalu Membebaskan Anak
Memberikan kebebasan kepada anak secara berlebihan juga merupakan hal yang salah dalam mendampingi pendidikan anak.
Tidak mengapa anak dibebaskan untuk memilih sekolah favoritnya, namun dalam keberlangsungan pendidikan yang berjalan, orangtua harus menjadi orang yang tanggap dan memperhatikan pendidikan anak.
Contohnya adalah ketika nilai anak turun, orang tua harus membantu mencaritahu penyebabnya dan memperbaiki cara belajar anak. Atau ketika anak kedapatan bolos sekolah tanpa sepengetahuan orang tua, maka orang tua harus lebih memperhatikan anaknya dan lebih tegas.
Ketika anak mendapat masalah di sekolah yang membuat orang tua dipanggil oleh guru BK (Bimbingan Konseling), maka orang tua juga harus menjadi orang tua yang kooperatif, mengambil pelajaran dari segala sesuatu yang terjadi, dan lebih memberikan pengawasan kepada anak.
Anak yang terlalu dibebaskan, biasanya akan tumbuh menjadi anak yang bandel di sekolah. Atau karena kemanjaan yang diberikan berlebihan, maka anak akan sulit mematuhi peraturan yang ada di sekolah. Jadi, sebagai orang tua kita harus menjadi orang yang bijaksana.
4. Membandingkan Hasil Belajar Anak dengan Anak Lain
Hal yang selalu menyakitkan adalah ketika diperbandingkan. Ketika anak sudah berusaha untuk menyalurkan yang selama ini dia pelajari ke dalam sebuah jawaban untuk ulangan semester, kita harus mengapresiasi apapun hasilnya. Ingat, anak kita sudah berjuang sebaik yang dia bisa.
Ketika orang tua justru memarahi dan membandingkan hasil belajarnya dengan anak lain, tentunya anak akan merasa usahanya tidak dihargai oleh orang tua. Tidak mustahil untuk muncul rasa cemburu, sakit hati, bahkan malas untuk berusaha lagi.
Jadi, apresiasi untuk anak adalah hal yang sangat diperlukan. Hindari untuk membandingkannya dengan anak lain sehingga anak akan lebih percaya diri dan berusaha lebih keras lain kali.
5. Mengungkit Biaya
Tidak ada gunanya untuk mengungkit berapa besar nominal yang kita keluarkan untuk pendidikan anak. Sebab, pendidikan anak adalah kewajiban untuk orangtuanya. Tidak perlu diungkit karena itu adalah kewajiban, bukan tuntutan.
Banyak orangtua yang memberitahu anaknya berapa biayanya di sekolah agar anaknya menjadi terpacu untuk belajar keras dan tidak membiarkan uang yang sudah keluar menjadi sia-sia.
Mengungkit biaya hanya akan membuat anak berpikiran buruk tentang orangtuanya, misalnya anak akan menganggap bahwa orangtuanya tidak ikhlas untuk membiayai pendidikannya. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak.
Ada pula anak yang mengartikan ketika orang tuanya mengungkit biaya pendidikannya, sama halnya dengan memberinya keharusan untuk membayarnya kembali di kemudian hari. Anak akan menganggap bahwa uang yang dikeluarkan orangtuanya untuk membiayai pendidikannya adalah hutang yang nantinya harus dia bayar.
Hal tersebut akan sangat berpengaruh kepada proses pembelajaran anak, karena bisa menganggu pikirannya bahkan membuat motivasinya menjadi kacau.
Itu dia 5 kesalahan orang tua dalam mendampingi pendidikan anaknya. Tulisan ini dibuat tanpa sumber, hanya berdasarkan hal yang terjadi di sekitar. Semoga kita bisa mengambil pelajaran di baliknya.