Pesatnya perkembangan teknologi membuat sebagian besar developer gencar melakukan terobosan-terobosan untuk menggaet banyak pengguna dan dapat selalu memenuhi kebutuhan pasar. Mereka yang tidak mengikuti arus perkembangan modern dan minim inovasi akan kehilangan jati diri dan bahkan lenyap.
Benar saja, aplikasi media sosial yang dulu pernah kita gandrungi ini, rupanya tidak terdengar lagi eksistensinya hingga saat ini. Mengapa hal demikian bisa terjadi, berikutnya adalah pemaparannya!
1. Path - malas berinovasi untuk mengembangkan fitur-fiturnya
Path adalah aplikasi yang cukup beken dan populer pada masanya, bahkan Indonesia menjadi negara pelopor dengan pengguna terbanyak, orang Indonesia sangat menyukai kemudahan dari fitur-fitur aplikasi ini seperti membagikan foto, menyetel lagu, update lokasi, menonton film, dan masih banyak yang lainnya.
Tetapi sebagai akibat dari enggan berinovasi, Path perlahan redup digantikan oleh Instagram, Facebook, dan Twitter yang selalu gencar menyesuaikan perkembangan zaman dan permintaan pasar. Sementara Path, justru enggan melakukan kontribusi lebih untuk fitur-fiturnya alias monoton. Sesaat mendekati kejatuhan, pihak Path menyesalinya.
2. Tumblr - gagal memenuhi tingkat kepercayaan pengguna
Tumblr adalah perpaduan antara platform mikroblog dan jejaring media sosial, layanan ini memungkinkan penggunanya untuk mengunggah konten tulisan dan gambar dalam bentuk blog pendek. Tumblr mengalami kejatuhan usai tidak memenuhi harapan penggunanya dan tidak dapat menyaring konten-konten eksplisit, seperti pornografi.
Seperti dilansir dari Medium, Tumblr menghapus konten para penggunanya begitu saja tanpa ada peringatan sama sekali. Lebih parahnya, Tumblr mulai sangat sensitif dengan konten-konten seksi dan eksplisit, tak hanya menghapus konten, mereka juga tak segan menghapus akun para seniman yang sudah berkancah lama dan bahkan bercentang.
Banyak penggunanya melayang kritikan terhadap Tumblr, dikatakan bahwa sistem bot Tumblr tak dapat mendeteksi gambar dan ilustrasi yang mengandung konten eksplisit dengan baik.
3. BBM - gagal bersaing dan enggan move on
Siapa yang tidak kenal dengan aplikasi chatting ini, BBM atau Blackberry Messenger sempat booming pada masanya karena menawarkan banyak kemudahan untuk saling berinteraksi dengan orang lain di dunia maya, bahkan menjadi pelopor platform yang dapat mengirim gambar melalui pesan chat.
Sayang, saat bermunculan berbagai platform media sosial seperti WhatsApp, membuat eksistensi BBM kian meredup. Bagaimana tidak? BBM masih saja mempertahankan fitur lama dengan melakukan invite satu-satu melalui kode pin BBM.
Sementara lainnya, sekali pemasangan aplikasi, nomor telepon otomatis dapat terbaca. Ini disebabkan BBM tidak memiliki fitur untuk terhubung/tersinkron dengan kontak telepon secara otomatis.
Bukan hanya itu saja, BBM tak menjaga privasi penggunanya dengan menampilkan notifikasi seperti judul musik atau video yang tengah kita putar di laman beranda pengguna, yang notabenenya ramai pengguna.
4. Line - tampilan tidak disesuaikan dengan target pasar dan cendrung berlebihan
Salah satu hal yang banyak dikeluhkan pengguna terhadap aplikasi media sosial ini adalah berat, memakan terlalu banyak memori gawai hanya untuk satu aplikasi ini saja.
Bagaimana tidak? Tampilannya terlihat rumit, lebay, dan berlebihan. Terlebih, platform chatting ini merangkap artikel online yang tampaknya digabung menjadi satu. Berkebalikan dengan WhatsApp, saingan terbesarnya.
Di dunia kerja, WhatsApp lebih banyak digandrungi kawula muda dan maksimal karena tampilannya sangat simpel, sehingga terlihat profesional.
Selain itu, di dunia pendidikan, para guru lebih menyarankan platform WhatsApp kepada murid-muridnya sebagai wadah untuk belajar bersama. Hal ini bukan tanpa sebab, WhatsApp menawarkan kemudahan bagi pengguna yang memiliki gawai dengan kapasitas memori kecil alias kompatibel.
Itulah tadi sederet alasan mengapa aplikasi media sosial tersebut ditinggalkan, coba share pengalamanmu saat menggunakan platform-platform itu di kolom komentar.