5 Mindset Shopaholic, Perilaku Gila Belanja dan Termasuk Gangguan Mental?

Ayu Nabila | Winka Orlando Saputra, S.Tr.Gz
5 Mindset Shopaholic, Perilaku Gila Belanja dan Termasuk Gangguan Mental?
Ilustrasi shopaholic (freepik.com)

Shopaholic merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak lagi mampu mengontrol atau mengendalikan keinginannya dalam berbelanja, sehingga mereka akan terus membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.

Shopaholic dikategorikan sebagai gangguan mental berupa penyimpangan obsesif kompulsif. Penyimpangan tersebut merupakan bentuk gangguan kecemasan yang ditandai dengan adanya sebuah obsesi yang mendorong seseorang untuk melakukan aksi tertentu secara kompulsi atau berulang. 

Shopaholic terdiri dari beberapa jenis, meliputi pembeli komplusif (berbelanja untuk mengalihkan perasaan), pembeli trofi (berbelanja aksesoris seperti perhiasan), pembeli citra (pembelian barang-barang mewah seperti mobil), pembeli diskon (suka membeli barang-barang diskon meski tidak terlalu membutuhkannya), pembeli kodependen (membeli barang agar dicintai oleh pasangan), pembeli bulimia (kegiatan berulang untuk membeli barang lalu mengembalikannya lagi), serta pembeli kolektor (membeli barang yang harus satu set lengkap).

Lantas, bagaimana mindset seorang shopaholic ini? Berikut lima di antaranya.

1. Shopaholic Memiliki Self Esteem yang Rendah

Self esteem atau harga diri yang rendah merupakan salah satu karakteristik paling umum ditemukan dalam mindset shopaholic. Menurut mereka, berbelanja adalah cara terbaik untuk meningkatkan harga diri, terutama jika sebuah barang yang di jual terkait dengan image yang ingin dimiliki oleh pembeli.

Namun, harga diri rendah juga dapat menjadi konsekuensi dari shopaholic. Pasalnya, seorang shopaholic bisa saja terlilit hutang yang besar akibat membeli barang yang tidak sesuai dengan pendapatannya.

2. Shopaholic Berusaha Disukai Orang Lain

Seorang shopaholic biasanya memiliki kepribadian yang lebih menyenangkan dibandingkan non-shopaholic, seperti baik hati, simpatik, dan tidak kasar kepada orang lain. Hal ini didapatkan saat mereka berinteraksi secara positif dengan banyak penjual saat berbelanja, dengan harapan jika membeli sesuatu maka mereka akan meningkatkan hubungan dengan orang lain.

BACA JUGA: 3 Hal yang Bikin Kamu Dianggap Sombong oleh Rekan Kerja, Terlalu Idealis!

3. Shopaholic Memiliki Masalah Emosional

Meski mempunyai kepribadian yang menyenangkan, para shopaholic juga memiliki ketidakstabilan emosional atau mood swing, kecemasan, hingga depresi. Hal inilah yang membuat mereka terus menerus berbelanja untuk meningkatkan kadar dopamin di otak sehingga memberikan sensasi rileks, meski hanya untuk sementara waktu.

4. Shopaholic Memiliki Kesulitan untuk Mengontrol Rangsangan

Implus atau rangsangan merupakan sesuatu yang alami dan bisa dikontrol. Akan tetapi hal ini tak berlaku bagi shopaholic. Sebab, kecanduan untuk berbelanja membuat mereka kesulitan untuk mengontrol rangsangan.

5. Shopaholic Cenderung Materialistis

Penelitian menunjukkan bahwa shopaholic bersikap lebih materialistis dibandingkan dengan pembeli lain. Meski begitu, mereka sama sekali tidak memiliki ketertarikan untuk memiliki benda-benda yang telah dibeli. Hal inilah yang membuat para shopaholic cenderung membeli hal-hal yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Itulah tadi pembahasan tentang lima mindset shopaholic. Sebagian isi artikel ini melansir dari laman verywellmind.com dan psychologytoday.com. Semoga bermanfaat!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak