Menunda-nunda pekerjaan adalah kebiasaan yang sering terjadi pada banyak orang, termasuk diriku sendiri. Dari pengalaman ini, aku belajar banyak hal yang tidak hanya mengubah cara pandangku terhadap produktivitas, tapi juga mengajarkanku tentang diriku sendiri. Salah satu hal yang aku pelajari adalah bahwa bekerja di bawah tekanan sering kali membuatku lebih fokus dan efisien. Ketika waktu semakin mendesak, rasa urgensi itu mendorongku untuk menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dari yang aku perkirakan. Meskipun ini bukan metode yang ideal, aku menemukan bahwa tekanan bisa menjadi pendorong yang kuat untuk menyelesaikan sesuatu.
Namun, menunda-nunda sebenarnya bukan masalah utama, melainkan gejala dari masalah yang lebih besar. Aku sering menunda karena ada perasaan takut gagal atau kebingungan tentang bagaimana memulai tugas. Menunda seolah menjadi bentuk perlindungan diri dari ketidakpastian, dan ketika aku menyadari ini, aku mulai lebih introspektif tentang alasan di balik kebiasaanku menunda. Dengan menggali lebih dalam, aku dapat mengatasi hambatan-hambatan mental yang mencegahku untuk memulai pekerjaan.
Satu hal yang sering muncul setiap kali aku menunda adalah rasa bersalah. Aku merasa buruk karena tidak produktif, dan hal ini justru memperburuk keadaanku. Setelah beberapa waktu, aku menyadari bahwa rasa bersalah itu tidak membantu. Alih-alih membiarkan rasa bersalah mendominasi pikiranku, aku mencoba untuk langsung bertindak dan memulai pekerjaan, meski hanya dengan langkah kecil. Langkah kecil ini biasanya cukup untuk memecah kebekuan dan membantuku kembali fokus.
Untuk membantu mengatasi kecenderungan menunda, aku mulai memecah tugas besar menjadi bagian-bagian kecil. Dengan cara ini, pekerjaan terasa lebih ringan dan tidak lagi terlalu menakutkan. Setiap kali aku berhasil menyelesaikan satu bagian kecil, ada perasaan puas yang mendorongku untuk melanjutkan bagian berikutnya. Strategi ini sangat efektif dalam mengurangi rasa cemas dan membuatku lebih mudah untuk memulai.
Ada juga hal menarik yang aku temukan dari menunda pekerjaan, yaitu ruang untuk kreativitas. Ketika aku menunda, otakku sebenarnya terus memikirkan tugas yang belum selesai. Ini sering kali memberiku waktu untuk melihat tugas tersebut dari sudut pandang yang berbeda, dan ketika aku akhirnya mulai mengerjakannya, aku sering memiliki ide-ide baru yang tidak aku pikirkan sebelumnya.
Selain itu, menunda juga bisa menjadi alarm bagi diriku untuk berhenti sejenak dan merenung. Kadang-kadang, aku menunda karena sebenarnya tidak terhubung dengan apa yang sedang aku kerjakan atau merasa terlalu lelah untuk melanjutkan. Penundaan ini sering kali menjadi tanda bahwa aku perlu mengevaluasi ulang prioritas atau mencari cara baru untuk mendekati tugas tersebut.
Namun, pelajaran paling penting yang aku dapat dari kebiasaan menunda adalah bahwa disiplin adalah kunci untuk mengatasinya. Menunda bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan, tetapi dengan disiplin, aku bisa perlahan-lahan membangun kebiasaan yang lebih baik. Disiplin bukan berarti harus sempurna setiap saat, tetapi lebih kepada komitmen untuk tetap bergerak maju, meskipun dengan langkah kecil. Dengan berpegang pada rutinitas dan komitmen, aku akhirnya bisa mengatasi kecenderungan menunda dan menjadi lebih produktif.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.