Generasi Z dikenal lebih sadar akan kesehatan mental dibanding generasi sebelumnya. Survei Maybelline New York dan KumparanWoman mengungkap bahwa 95,4% Gen Z menyadari pentingnya kesehatan mental, dan tak satu pun responden menganggapnya tidak penting.
Malaikha Kridaman, seorang beauty influencer dan advokat kesehatan mental yang kini bekerja sebagai jurnalis, berbagi pandangan serupa. Baru memasuki dunia kerja, ia merasa karier dan transisi menjadi sumber kecemasannya.
“Teman-teman seumuranku sedang mengalami transisi dari kuliah ke dunia profesional, yang sering memicu overthinking. Aku sendiri baru mulai bekerja sebagai jurnalis dan menghadapi tantangan adaptasi, deadline, dan networking yang kadang membuatku merasa overwhelmed," ungkapnya dalam acara Brave Together, Auditorium Harry Jusuf Lantai 3, Universitas Prasetiya Mulya - BSD Campus, Kamis, (17/10/2024).
Survei juga menemukan ketakutan Gen Z yang beragam, seperti, kehilangan (39,4%), kegagalan (30,3%), ekspektasi orang lain (18,2%), dan ketidakpastian di komunitas (12,1%). Sumber kecemasan utama mereka adalah masa depan (50,8%), karier (20%), dan keluarga (18,5%).
“Aku suka curhat ke sahabat atau ibuku, dan juga tidak ragu untuk konseling ke psikolog. Lewat Maybelline Brave Together, aku ingin mengingatkan bahwa jika kamu cemas, jangan dipendam. Tidak butuh gejala serius untuk berkonsultasi, semakin cepat ditangani, semakin baik untuk kepercayaan diri dan kesehatan mental kita."
Psikolog Aplikasi KALM, Jessica mengungkapkan untuk menjadi teman curhat yang baik dimulai dengan memberi perhatian penuh dan fokus pada apa yang sedang dialami teman.
"Penting untuk peka terhadap kondisi mereka dan benar-benar hadir saat mendengarkan. Selain itu, ruang dan waktu yang tepat juga sangat diperlukan. Pastikan situasinya mendukung, sehingga teman merasa nyaman dan aman untuk berbagi cerita," kata dia.
Selama percakapan, ajukan pertanyaan yang dapat membantu kamu lebih memahami perasaan dan pengalaman mereka. Dengan begitu, temanmu tahu bahwa kamu benar-benar peduli dan ingin mendengarkan. Jangan lupa untuk memvalidasi perasaan mereka. Ini akan membuat mereka merasa didengar dan diterima tanpa merasa dihakimi.
"Jika setelah mendengarkan kamu merasa bahwa masalahnya lebih kompleks, jangan ragu untuk mengarahkan temanmu mencari bantuan profesional. Mengajak mereka untuk berkonsultasi dengan ahli bisa menjadi langkah penting agar mereka mendapatkan dukungan yang tepat," kata Jessica.
Brave Together menjadi acara yang digelar di setiap tahunnya dengan misi memperluas kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan berupaya untuk menghilangkan stigma terhadap kecemasan dan depresi serta memberikan akses bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
"Dalam rangka merayakan Hari Kesehatan Mental Sedunia, kami kembali menegaskan komitmen kami dalam meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan mental. Bersama Naomi Osaka, mereka berbagi kisah inspiratif dan memberikan edukasi di kampus-kampus Indonesia. Tahun ini, melalui Brave Together, kami memberikan pelatihan Brave Talk di Universitas Prasetiya Mulya untuk melatih mahasiswa menjadi pendengar yang baik," ujar Sr. Brand Experience & Community Manager, Maybelline Indonesia,Quincy Wongso.
Reporter: Ricky Alif Abdul Rahmat