Kembar Mayang adalah salah satu elemen yang nggak bisa dipisahkan dari upacara pernikahan adat Jawa. Kembar Mayang sendiri terbuat dari janur, atau yang menurut Pepak Basa Jawa adalah sebutan untuk daun kelapa muda.
Melansir dari laman UGM, Kembar Mayang memiliki filosofi mengenai hubungan antara manusia dan alam yang saling berkaitan. Sebab, wujudnya begitu anggun nan cantik dengan tunas pisang yang dikelilingi oleh janur kuning dengan aneka bentuk hewan seperti burung, kupu-kupu, ulat-ulatan, dan beberapa wujud gaman atau senjata seperti pedang, keris, dan bunga-bungaan yang meriah. Ditambah lagi adanya bunga mayang atau bunga pinang yang senada, sehingga Kembar Mayang begitu meriah.
Pada dasarnya, Kembar Mayang berguna sebagai suatu dekorasi sekaligus implementasi budaya lokal masyarakat Jawa dalam upacara pernikahan yang terus dilestarikan hingga sekarang. Meskipun, wujud kembar mayang telah mengalami evolusi besar-besaran.
Pada masa lampau, Kembar Mayang dibuat begitu ramai dan meriah seperti yang telah disebutkan di atas dan dibuat khusus oleh orang-orang sepuh atau berumur. Namun, seiring bergesernya generasi, Kembar Mayang dibuat begitu sederhana dengan menggabungkan sedikit janur dan kembang puring (Codiaeum variegatum) saja.
Dalam adat pernikahan, Kembar Mayang melambangkan peralihan dari masa lajang ke masa berpasangan, dalan hal ini telah menikah. Meski tentu saja selalu ada mitos di sebalik kemeriahan suatu wujud kembar mayang.
1. Melambangkan kesucian pengantin perempuan
Konon katanya, pengantin perempuan yang masih suci alias perawan, maka Kembar Mayangnya akan selalu kuning kehijauan segar seolah baru dipetik dari pohon kelapa. Namun, bila sang pengantin sudah tidak perawan, maka Kembar Mayangnya akan layu bahkan sedikit mengering. Bila sudah demikian, maka sebisa mungkin kembar mayang disembunyikan dari para tamu.
2. Harus dibawa oleh orang yang masih suci
Dalam pernikahan adat Jawa, akan ada prosesi bertukar Kembar Mayang dari pihak pengantin perempuan dan pengantin laki-laki. Dan orang yang bertugas membawa kembar mayang disebut domas, yang umumnya berpasang-pasangan. Nah, karena Kembar Mayang adalah simbol kesucian, maka para domas pun haruslah masih suci alias masih perjaka dan perawan.
3. Tidak boleh didekatkan pada pengantin perempuan yang sudah tidak suci
Dalam beberapa kasus, kadang ada pasangan pengantin yang telah melakukan ijab qobul terlebih dulu, barulah mengadakan resepsi dengan dekorasi Kembar Mayang. Maka nggak jarang pengantin perempuan sudah mengandung kala mengadakan resepsi. Bila sudah demikian, maka Kembar Mayang tidak boleh didekatkan kepada pengantin perempuan karena bisa berbahaya pada kandungan. Tapi tergantung pribadi masing-masing ya.
Kemudian ada lagi kasus seorang perjaka yang menikahi janda, nah disini Kembar Mayang juga nggak boleh didekatkan pada pengantin perempuan.
Namun, terlepas dari beragam filosofi hingga mitos di sebaliknya, Kembar Mayang sejatinya adalah identitas budaya Jawa yang masih terus dilestarikan hingga sekarang. Seakan melekat kuat bukan hanya sebagai aksesoris dan dekorasi semata, tetapi menjadi wajib ada di setiap perhelatan upacara pernikahan.