Pernah merasa tiba-tiba malas berinteraksi dengan seseorang, tapi bingung alasannya apa? Bukan karena konflik besar atau masalah serius, bisa jadi penyebabnya adalah hal kecil yang terus diulang seperti basic manner yang sering disepelekan.
Tanpa disadari, kebiasaan sederhana seperti datang terlambat, main ponsel saat ngobrol, atau membocorkan cerita pribadi orang lain bisa membuat hubungan terasa tidak nyaman. Yuk, bahas satu per satu kebiasaan yang sering dianggap remeh, tapi diam-diam bikin orang lain ilfeel.
Datang Terlambat Saat Janjian: “Santai Aja” yang Melelahkan
Terlambat lima atau sepuluh menit sering dianggap bukan masalah besar. Tapi, bayangkan kalau kamu yang ada di posisi terus menunggu. Sekali dua kali mungkin dimaklumi, tapi kalau jadi kebiasaan, rasanya berbeda.
Datang terlambat bukan cuma soal waktu, tapi soal menghargai orang lain. Bukankah waktu janjian sudah jadi kesepakatan dua arah? Saat satu pihak datang seenaknya, pihak lain dipaksa menyesuaikan dan itu bisa jadi momen yang menjengkelkan.
Main HP Saat Diajak Ngobrol: Hadir Fisik, Tapi Tidak Mental
Ngobrol sambil scroll ponsel sudah jadi pemandangan umum. Padahal, bagi lawan bicara, ini terasa seperti berbicara dengan tembok karena tidak mendapat fokus utama seperti yang diharapkan.
Sekilas terlihat sepele, tapi efeknya cukup dalam, lho. Orang bisa merasa tidak dianggap, merasa ceritanya tidak penting, atau kalah menarik dibanding notifikasi di layar ponsel yang tiba-tiba datang.
Kadang, cukup letakkan ponsel sebentar untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar hadir. Bukankah orang yang ada di hadapan kita juga sedang meluangkan waktu berharganya? Jadi, hargailah dia, seperti kita juga ingin dihargai orang lain.
Meminjam Barang, Lupa Mengembalikan
“Pinjam dulu ya”, kalimat ini sering diucapkan ringan tapi tanggung jawab setelahnya sering dilupakan. Entah lupa mengembalikan, mengembalikan dalam kondisi tidak sama, atau malah tersinggung saat diingatkan.
Barang memang benda mati, tapi kepercayaan di baliknya tidak. Menjaga barang pinjaman sama dengan menjaga hubungan. Orang akan kecewa kalau kepercayaannya tidak dijaga, mirip seperti perasaan dikhianati.
Menertawakan Kesalahan Orang Lain: Lucu Buat Kita, Malu Buat Mereka
Candaan memang bisa mencairkan suasana. Namun, sebenarnya ada garis tipis antara bercanda dan mempermalukan. Menertawakan salah ucap, salah gerak, atau kekeliruan kecil orang lain bisa meninggalkan rasa tidak nyaman, terutama jika dilakukan di depan banyak orang.
Kalau suatu lelucon membuat orang lain ingin menghilang, mungkin itu sudah bukan lagi humor yang sehat. Bahkan mulai mengarah pada bullying tanpa disadari.
Menyebarkan Cerita Orang Lain: “Cuma Cerita” yang Bisa Jadi Masalah
Curhat sering kali datang dengan kepercayaan. Tapi sayangnya, tidak semua orang bisa menahan diri untuk tidak menyebarkan cerita yang bukan miliknya.
Sekali cerita pribadi bocor, kepercayaan sulit kembali. Apa yang menurut kita sekadar obrolan, bisa jadi luka bagi orang lain. So, berhati-hatilah membagikan cerita orang lain yang bisa jadi itu hal rahasia yang hanya diketahui orang terbatas.
Memotong Pembicaraan: Tidak Sadar, Tapi Terasa
Memotong pembicaraan sering terjadi karena antusias atau merasa punya pendapat lebih penting. Namun, bagi lawan bicara, ini terasa seperti tidak diberi ruang bebas untuk berpendapat.
Mendengarkan sampai selesai adalah bentuk sopan santun yang sederhana, tapi sangat berarti. Biarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, baru dikomentari yang tentunya dengan cara yang santun tanpa tendensi memojokkan atau merendahkan.
Lupa Mengucapkan Terima Kasih dan Maaf
Dua kata ini pendek, tapi dampaknya besar. Mengucapkan terima kasih menunjukkan penghargaan, sementara meminta maaf menunjukkan kedewasaan.
Tanpa dua kata ini, seseorang bisa terkesan merasa paling benar, tidak menghargai usaha orang lain, atau malah terasa kurang empati. Padahal, tidak ada ruginya berkata sopan, bukan? Apalagi terima kasih dan maaf bak kata ajaib yang bisa mencairkan suasana lebih hangat.
Kenapa Basic Manner Itu Penting?
Basic manner menjadi penting karena hubungan sosial dibangun dari kebiasaan kecil, bukan hanya momen besar. Orang mungkin lupa apa yang kita katakan, tapi mereka ingat bagaimana perasaan mereka saat bersama kita.
Pada akhirnya, basic manner bukan soal jadi sok baik, tapi soal menjadi manusia yang menyenangkan untuk diajak berinteraksi, terlebih di dunia yang serba cepat dan penuh distraksi.
Saat hal-hal sederhana seperti tepat waktu, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menjaga kepercayaan menjadi perhatian utama, perilaku ini justru membuat kita jadi pribadi berbeda. Ingat, sopan santun bukan tentang aturan kaku melainkan tentang empati.