Work Engagement: Kunci Karyawan Produktif dan Loyal dalam Organisasi

Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Work Engagement: Kunci Karyawan Produktif dan Loyal dalam Organisasi
Ilustrasi karyawan sedang bekerja dengan sepenuh hati (pexels/Andrea Piacquadio)

Work Engagement atau keterikatan kerja merupakan konsep yang semakin mendapat perhatian dalam dunia manajemen sumber daya manusia. Istilah ini merujuk pada tingkat antusiasme dan dedikasi yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaannya. Karyawan yang memiliki keterikatan kerja tinggi cenderung menunjukkan komitmen yang kuat, produktivitas yang lebih baik, dan kontribusi positif terhadap organisasi.

Salah satu penelitian yang menyoroti pentingnya work engagement dilakukan oleh Zahran, Rahim, dan Nofrianda (2025) yang berjudul "Pengaruh Hardiness terhadap Work Engagement pada Karyawan PT. Telkom Indonesia Witel Jambi". Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hardiness atau ketahanan diri terhadap keterikatan kerja pada karyawan outsourcing di PT. Telkom Indonesia Witel Jambi.

Hardiness, dalam konteks psikologi, merujuk pada kemampuan individu untuk bertahan dan beradaptasi dalam menghadapi tekanan dan tantangan. Individu dengan tingkat hardiness tinggi cenderung memiliki rasa kontrol yang kuat, komitmen terhadap berbagai aspek kehidupan, dan pandangan bahwa perubahan adalah bagian alami yang membawa peluang. Penelitian ini menghipotesiskan bahwa karyawan dengan hardiness tinggi akan memiliki tingkat keterikatan kerja yang lebih tinggi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dengan populasi penelitian adalah karyawan outsourcing PT. Telkom Indonesia Witel Jambi. Data dikumpulkan melalui survei yang mengukur tingkat hardiness dan work engagement.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara hardiness dan work engagement, dengan nilai R² sebesar 0,246 dan signifikansi 0,000. Ini berarti bahwa sekitar 24,6% variasi dalam keterikatan kerja dapat dijelaskan oleh tingkat hardiness karyawan. Karyawan dengan hardiness tinggi merasa lebih mampu menghadapi tekanan kerja dan beban kerja, yang pada gilirannya meningkatkan keterlibatan mereka dalam pekerjaan.

Temuan ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa individu dengan ketahanan diri yang baik lebih mampu mengelola stres dan tantangan di tempat kerja, sehingga mereka lebih terlibat dan berkomitmen terhadap pekerjaannya. Selain itu, penelitian ini menekankan pentingnya organisasi dalam mendukung pengembangan hardiness karyawan melalui pelatihan dan program pengembangan diri.

Selain hardiness, faktor lain yang berkontribusi terhadap work engagement adalah dukungan organisasi yang dirasakan oleh karyawan. Perceived organizational support (POS) mengacu pada persepsi karyawan tentang sejauh mana organisasi menghargai kontribusi mereka dan peduli terhadap kesejahteraan mereka. Penelitian oleh Amar dan Chusumastuti (2024) menunjukkan bahwa dukungan organisasi yang dirasakan memiliki peran penting dalam meningkatkan keterikatan kerja karyawan. Ketika karyawan merasa didukung oleh organisasi, mereka cenderung lebih termotivasi dan terlibat dalam pekerjaan mereka.

Selain itu, penelitian lain oleh Sisdiyanto (2023) menyoroti peran kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan work engagement. Kepemimpinan transformasional, yang ditandai dengan kemampuan pemimpin untuk menginspirasi dan memotivasi karyawan, terbukti memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kerja dan keterikatan karyawan. Pemimpin yang mampu memberikan visi yang jelas dan mendukung pengembangan karyawan dapat meningkatkan keterlibatan dan komitmen mereka terhadap organisasi.

Implementasi teknologi juga berperan dalam meningkatkan keterikatan kerja. Penelitian oleh Nofratilova dan Adriani (2023) mengkaji pengaruh e-Kinerja terhadap work engagement dengan penerimaan teknologi sebagai variabel mediasi. Hasilnya menunjukkan bahwa penerapan sistem e-Kinerja yang efektif, didukung oleh penerimaan teknologi yang baik oleh karyawan, dapat meningkatkan keterikatan kerja. Hal ini menekankan pentingnya organisasi dalam menyediakan pelatihan dan dukungan yang diperlukan agar karyawan dapat beradaptasi dengan teknologi baru.

Secara keseluruhan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa keterikatan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk hardiness, dukungan organisasi, kepemimpinan, dan penerapan teknologi. Organisasi yang ingin meningkatkan work engagement perlu mempertimbangkan strategi yang komprehensif, mulai dari pengembangan individu hingga penciptaan lingkungan kerja yang mendukung. Dengan demikian, karyawan akan merasa lebih terlibat, termotivasi, dan berkontribusi positif terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak