Merespons Anak yang Malas Sekolah Tanpa Marah, Mama Ini Beri Reaksi Cerdas

M. Reza Sulaiman | e. kusuma .n
Merespons Anak yang Malas Sekolah Tanpa Marah, Mama Ini Beri Reaksi Cerdas
Tangkap Layar konten anak malas sekolah (Instagram/narchy_sitorus)

Mama di seluruh dunia tampaknya punya masalah serupa dengan anak yang merajuk nggak mau sekolah. Namun, Mama selalu siapkan 1001 cara dan ide buat meng-counter ‘drama’ anak sekolah ini dengan jawaban simple tapi bikin deg-degan.

Dalam salah satu unggahan media sosial dari akun Instagram @narchy_sitorus, tampak seorang anak remaja tengah mencari celah agar bisa bolos sekolah. Dia bertanya pada sang Mama bagaimana kalau nggak berangkat sekolah.

Uniknya, sang Mama justru memberikan balasan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan santai. Alih-alih marah, Mama dalam video tersebut melontarkan jawaban simple agar anak membuat keputusan sendiri.

Mulai dari “nggak usah masuk sekolah”, “nggak usah ujian”, “nggak usah kerja”, sampai ujungnya muncul jawaban “ikut mati bareng mama”. Mendengar jawaban tersebut, si anak auto takut ‘diajak mati bareng’ dan memilih berangkat sekolah saja.

Cara Cerdas Hadapi Anak yang Malas Sekolah Tanpa Marah-Marah

Fenomena dalam unggahan video tadi bisa dibilang jadi salah satu cara jitu menang argumentasi sama anak yang punya pemikiran kritis. Marah-marah dan memaksa anak berangkat sekolah saat dia merasa malas nggak bisa lagi jadi solusi.

Meladeni setiap pertanyaan dan argumen dengan jawaban santai yang simple justru bisa ampuh mematahkan keinginan nggak masuk akal yang memang nggak harus dituruti. Anak diajak berpikir logis lewat jawaban sederhana dan memikirkan konsekuensi keputusannya.

Saat malas sekolah, ada konsekuensi ketinggalan ujian yang bututnya bisa nggak lulus sekolah. Kalau nggak lulus, cari pekerjaan bakal sulit dan ada potensi nggak punya uang buat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Apalagi Mama bisa makin tua dan mungkin lebih dulu meninggal, alur berpikir ini membuat anak dipaksa menghadapi hidup sendiri. Menariknya, sang Mama justru beri jawaban pamungkas yang kocak dan menyentil rasa takut anak dan kembali pada premis awal.

Pada dasarnya, anak hanya mencoba mencari celah atas izin untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya dia tahu itu salah. Dia mungkin sedang menyiapkan ‘senjata’ kalau Mama merespons dengan sikap marah atau teguran keras.

Namun, jawaban santai yang mengalir tapi tetap logis justru jadi pemenangnya. Anak zaman now yang kritis memang harus diajak berpikir logis dan bisa membuat keputusan mandiri yang sebenarnya sesuai harapan orang tuanya.

Marah Bukan Lagi Solusi, Gaya Parenting Terbaik?

Bicara gaya parenting, setiap orang tua punya cara dan penanganannya sendiri dalam mendidik dan menghadapi anak. Kalau marah-marah identik dengan gaya parenting jadul, maka dewasa ini banyak orang tua yang lebih memilih ‘jalur’ soft spoken.

Cara ini menuntut kesabaran orang tua buat meladeni logika anak dan merespons dengan lembut tapi mengena di hati maupun pikiran. Anak diajak berdialog dengan komunikasi terbuka dua arah yang dianggap lebih sehat buat mental.

Dibanding bersikap otoriter dan memerintah anak sesuai kemauan orang tua, gaya parenting soft spoken akan membuat anak lebih mau membuka pikiran dan perasaannya. Anak jadi bisa lebih jujur dan merasa aman di depan orang tuanya.

Namun, di sisi lain cara ini juga berpotensi menjadi celah negosiasi panjang antara orang tua dan anak. Padahal, ada hal-hal yang memang harus ‘dipaksakan’ agar anak tetap berjalan di jalur yang tepat, misalnya soal tegas dalam pendidikan dan prinsip hidup.

Alih-alih berpegang pada satu gaya parenting, orang tua bisa lebih bijak dalam membuat kolaborasi cara komunikasi dengan anak sesuai usia maupun karakter. Kapan harus tegas, bernegosiasi, atau malah menuruti anak, semua bisa disesuaikan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak