Gemuruh partai politik semakin memanas menjelang pilpres yang akan dihelat tak lama lagi. Masing-masing tokoh parpol semakin disibukkan dengan koalisinya untuk memenangi pilpres. Janji-janji politik pun kembali terucap, baik atas nama partai maupun koalisi atas dasar kesamaan ideologi, visi dan misi untuk memenangkan calon presiden dan wakil presiden yang diusung.
Begitu juga tidak kalah heboh dengan rakyatnya, mereka begitu antusias dalam menyikapi pesta demokrasi. Bagi bangsa Indonesia secara umum, ini merupakan momentum yang sangat penting untuk menentukan nasib bangsa lima tahun ke depan, terutama bagi rakyat kecil. Berbagai pengalaman pahit dan manis telah dirasakan oleh rakyat dari pemimpin-pemimpin sebelumnya. Banyak perubahan yang sudah dicapai, tetapi sampai saat ini, dari apa yang pernah dijanjikan oleh para pemimpin, sepertinya masih jauh dari pencapaian target yang diharapkan.
Rasa optimistis menyambut kepemimpinan baru menggantikan SBY-Boediono, tidak heran kerap kali disambut dengan penuh keyakinan pada perubahan yang jauh lebih positif dari sebelumnya. Dengan hadirnya dua sosok pasangan capres dan cawapres (head to head) kali ini seakan membangkitkan semangat baru mereka (rakyat kecil) kembali.
Sebagian yang lain mungkin ada yang masih bingung mengenai hak suaranya akan dilabuhkan kepada siapa karena mereka mungkin tidak mempunyai referensi yang jelas mengenai masing-masing calon. Atau sebagian yang lainnya sudah mantap pada pilihannya. Semua itu bisa terjadi kepada siapa saja dan itu wajar karena hasil yang terbaik diharapkan memilih berdasarkan kriteria objektif.
Semangat Mandiri
Terlepas dari itu semua, ada hal lain yang mungkin tidak kalah penting setelah ini, jika kita semua sebagai bangsa Indonesia benar-benar mempunyai komitmen yang sama untuk memajukan bangsa. Memang benar, keberadaan pemimpin merupakan titik sentral dari setiap perubahan yang ingin dicapai dan ia bisa dibilang sebagai simbol dari perubahan itu sendiri.
Namun, ada sisi lain yang tidak kalah penting dari hanya sekedar menggantungkan nasib baik dan buruk kita kepada pemimpin, khususnya dalam memaknai arti demokrasi yang akan kita helat untuk beberapa hari ke depan, maka jika tidak apalah artinya pesta demokrasi yang selama ini kita dengung-dengungkan. Apakah itu?
Siapapun pilihan yang kita pilih, komitmen menjadi rakyat yang mandiri tentu menjadi taruhannya selain mempunyai pemimpin yang kuat.
Ingat kita tidak lagi membahas mengenai yang mana calon pemimpin yang baik yang akan kita pilih, karena di antara keduanya sama pantas memimpin Indonesia ke depan. Hanya saja persoalan yang selanjutnya siap tidaknya kita dipimpin oleh diantara salah satu calon presiden kita nanti.
Dalam pengertian lain, tidak semua persoalan rakyat merupakan tanggungjawab pemimpinnya. Sebagai salah satu kelemahan dari sebelumnya, tidak selamanya persoalan rakyat selalu menunggu solusi dari pemerintah.
Maka inilah yang harus dijadikan kunci utama untuk meraih bangsa yang maju dan makmur, tentunya sambil lalu mengharapkan kinerja terbaik dari pemimpin kita nanti.
Di balik pemerintahan yang bersih juga membutuhkan rakyat yang mandiri. Maka penulis kira kedua semangat itulah yang sangat penting dijadikan modal utama dari pesta demokrasi yang akan kita helat beberapa hari ini ke depan, bukan hanya sekadar menuntut pemimpin yang baik dari di antara mereka.
Maka jika tidak, tentu pesta demokrasi kali ini saya kira tidak ada bedanya dengan pesta-pesta demokrasi sebelumnya.
Lihat saja bangsa-bangsa besar lain, seperti Cina, Jepang, jauh sebelum mempunyai pemimpin yang kuat, untuk mengatasi persoalan hidupnya mereka jauh lebih percaya kepada kemampuannya menjadi rakyat yang mandiri. Salah satu contoh dalam bidang kesejahteraan ekonomi, mereka lebih memilih menjadi wirausaha, yang kemudian diimbangi dengan kebijakan pemerintah yang memihak kepada kepentingan dan kemakmuran rakyat.
Sebuah sinergitas yang sempurna. Semangat itulah yang perlu ditiru oleh bangsa kita dan dijadikan modal utama mengubah nasib bangsa ke depan.
Intinya seperti apapun demokrasi pemilihan presiden kali ini, dan siapapun yang akan maju sebagai pemimpin Indonesia tanpa komitmen bersama, semuanya akan menjadi sia-sia atau paling tidak percepatan kemajuan tidak akan jauh berbeda dari sebelumnya.
Dikirim oleh Luqman Hakim, aktivis organisasi di Busrah Al Hasani dan FKP (Forum Komunikasi Pemuda) Sumenep
Anda memiliki cerita atau foto menarik? Silakan kirim ke email: [email protected]