Belasan aktivis dari Rio de Janeiro berkumpul di pinggiran area FIFA fan fest, Copacabana, Brasil, hari itu. Mereka berteriak-teriak menyampaikan aspirasi dalam bahasa Portugis. Sejumlah media asing pun meliput aksi tersebut.
Semua mata pengunjung memandang tertuju kerumunan aktivis itu. Kami pun bergegas memghampiri dengan membawa atribut FIFA World Cup 2022 Indonesia dan Indonesia Demand Open Bidding for FIFA World Cup 2022 serta sejumlah bendera Merah Putih.
Kami ikut merapat bergabung bersama mereka. Beberapa anggota aksi pun terbius dengan aksi yang kami lakukan bersama mereka sambil meminta berfoto bersama kami. Sontak koordinator lapangan massa aksi melotot ke arah kami. Dia mengatakan kami menolak kehadiran Piala Dunia 2014.
Aksi yang mereka lakukan ternyata menolak kehadiran Piala Dunia di Brasil. Beberapa anggota yang asyik berfoto bersama kami akhirnya berhenti seolah berkata “kami tak ingin berfoto bersama tulisan FIFA.”
Korlap aksi menghampiri kami. “Kenapa kalian meminta FIFA untuk membuka ulang pemilihan tuan rumah piala dunia 2022? FIFA is bad,” katanya.
Menurutnya, kehadiran piala dunia di negaranya membuat kerugian bagi Brasil. Sejumlah orang sampai meninggal akibat menolak piala dunia. Intinya, mereka kecewa dengan adanya penyelenggaraan piala dunia di Brasil. Berbanding terbalik dengan perjuangan Masyarakat Sepak Bola Indonesia yang memperjuangkan Indonesia agar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Kampanye yang kami lakukan mendapat tanggapan positif dari orang-orang. Sejumlah media akhirnya turut mengalihkan mata kamera ke arah kami. Ketua MSBI, Sarman El Hakim, menanggapi keluhan yang dijelaskan korlap aksi. Menurutnya, hadirnya Piala Dunia di suatu negara jangan hanya dilihat dari sisi negatifnya saja, tapi juga sisi positifnya.
Bila memang penyelenggaraan piala dunia memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya lalu kenapa banyak negara yang sudah maju masih mau mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah event akbar ini?
Contohnya Inggris, Amerika, Jerman atau di zona asia, yaitu Jepang dan Korea yang pernah menjadi tuan rumah bersama pada penyelenggaraan Piala Dunia 2002.
Negara-negara tersebut terus mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah piala dunia berikutnya.
Banyak orang berpendapat bahwa untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan piala dunia itu haruslah berprestasi dan memiliki stadion yang megah, lalu kenapa negara sehebat Belanda yang terus mengajukan diri ingin menjadi tuan rumah hingga saat ini belum pernah ditunjuk FIFA untuk menjadi tuan rumah perhelatan besar ini?
Selanjutnya Sarman menjelaskan bahwa dengan menjadi tuan rumah piala dunia justru akan mendatangkan keuntungan bagi negara tersebut. “Coba kalian perhatikan di sekeliling anda,” seraya ia menunjuk ke arah toko dan pedagang. “Masyarakat bergerak, berdagang dan menghasilkan pendapatan bagi mereka.”
Menurut Sarman, justru dengan adanya piala dunia, negara penyelenggara akan mendapatkan keuntungan yang berlimpah bagi pembangunan negaranya. Ekonomi kerakyatan mulai bergerak. Seluruh masyarakat menikmati hadirnya turis dari berbagai mancanegara yang datang bukan sekedar nonton tapi tentunya membeli suvenir khas dari negara tersebut.
Meraup keuntungan dari turis yang datang karena kebanyakan turis datang tidak hanya untuk menonton pertandingan tapi juga untuk berwisata.
“Kenapa kalian harus memperjuangkan orang-orang malas yang hanya segelintir,” ujar Sarman.
Sarman menjelaskan tuntutan masa aksi tidak beralasan. Yang mereka perjuangkan hak-hak segelintir masyarakat yang malas dan tak bisa memanfaatkan momen piala dunia di Brasil.
“Mau uang, tapi tak mau bekerja. Karena pemerintahan kalian tahu kemalasan akan merusak negara kalian”, tambahnya.
“Jangan salahkan FIFA, salahkan pemerintahan anda yang terlampau korup serta jangan salahkan Brasil kenapa menerima kehadiran event akbar ini, lagi-lagi salahkan pemerintah Brasil.”
Menurut Sarman yang disalahkan jangan penyelenggaraan piala dunia. Karena piala dunialah yang mengubah negara Brasil maju begitu pesat. Terlihat jelas pembangunan-pembangunan Brasil tak terlepas dari Brasil terpilih menjadi tuan rumah 1950 dan saat ini terpilih kembali tahun 2014.
Terpampang jelas bangunan megah dan tua di Brasil dibangun pascatahun 1950-an. Sarman menjelaskan berapa banyak pendapatan negara Brasil saat ini sehingga pemerintahnya dapat membangun fasilitas-fasilitas baru, ini karena piala dunia. Diketahui selama persiapan hingga berlangsungnya Piala Dunia 2014, negara Brasil memperoleh pendapatan tak terhingga.
Meskipun penjelasan yang diberikan oleh Sarman memiliki keterbatasan, akhirnya, mereka memahami betapa pentingnya momen piala dunia bagi negara yang ditunjuk sebagai tuan rumah penyelenggara event dunia ini.
Penjelasan Sarman membuat aktivis menghentikan aksi. Mereka tak mampu berkata-kata. Korlap masa aksi yang mengaku sedang menyelesaikan strata dua di salah satu universitas Brasil itu mengucapkan terima kasih atas penjelasan yang diberikan Sarman.
Akhirnya, ia meminta untuk berfoto bersama. Media pun merapat dan tak ketinggalan meliput kami dan memberikan wawancara khusus dengan Ketua MSBI.
Dikirim oleh Aprohan Saputra, Sao Paulo, Brasil
Anda memiliki cerita atau foto menarik? Silakan kirim ke email: [email protected]