Kecanduan Gadget pada Usia Dini Semakin Menghawatirkan

Tri Apriyani | Nuryus Zhallina
Kecanduan Gadget pada Usia Dini Semakin Menghawatirkan
Ilustrasi anak bermain gadget

Kemajuan teknologi nyatanya tak hanya merambat di kalangan anak muda dan orang dewasa saja, namun juga menyetuh hidup anak-anak di bawah umur yang sekarang sudah banyak yang memilik gadget sendiri. Bahkan saat ini banyak orang tua yang membebaskan anak memainkan gadget nya.

Kondisi kecanduan gadget ini disebut dengan Screen Dependency Disorder (SDD). Sekitar 70 persen orang tua mengaku memang mengizinkan anak-anak mereka yang usianya 6 bulan sampai 4 tahun bermain gadget ketika mereka sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, serta sekitar 65 persen melakukan hal yang sama untuk menenangkan si anak saat berada di tempat umum.

Lalu satu perempat orang tua mengaku meninggalkan anak-anak mereka sendiri dengan gadget menjelang tidur, padahal layar terang pada gadget dapat membuat mata menjadi rusak dan mengganggu tidur. Kebanyakan orang tua juga menyatakan anak-anak yang usianya dibawah 1 tahun cenderung menggunakan gadget untuk bermain game, menonton video, dan bermain aplikasi.

Mengasuh anak pada zaman milenial ini memang tak mudah. Karakter mereka yang selalu ingin tahu, tak sabaran, dan kreatif agaknya membuat orang tua sedikit kewalahan. Teknologi membuat anak-anak selalu ingin dipuaskan dengan cepat. “kepingin apa, harus dapat sekarang,”. Akibatnya, anak menjadi gampang bosan dan ngambek.

Orang tua anak generasi yang telah didominasi oleh kelompok milenial yang telah lebih dulu familiar dengan perkembangan teknologi. Sikap anak yang mendapatkan asupan informasi dari internet menimbulkan kekhawatiran sendiri. Masalah seputar tumbuh kembang dan pola asuh anak menduduki posisi kedua tantangan terberat bagi orang tua.

“Mereka sudah sangat berlimpah informasi, namun menjadi lebih cemas dengan masalah tumbuh kembang anak,” kata Rina.

Salah satu ciri khas dari anak dengan SDD adalah ia selalu mengambil gadget nya ketika bangun tidur dan makan di meja dengan mata terfokus kepada layar gadget. Anak juga mengalami maslah psikologis seperti menjadi seseorang yang pendiam, sering menyendiri sering merasa kesepian karena berjam-jam menghabiskan waktu tanpa bersosialisasi dengan orang lain, menjadi lebih mudah marah dan panik, stres, bahkan sulit fokus ketika sedang belajar.

Beberapa dampak negatif pada kesehatan fisik akibat kecanduan gadget dapat membuat mata menjadi kering, penglihatan terganggu, nyeri dibagian bahu, sakit leher, serta nyeri pada jari dan pergelangan tangan.

Bahkan ada riset yang menyatakan bahwa kuman E.coli penyebab diare paling banyak ditemukan pada gadget. Hal ini terjadi karena seringnya bersentuhan dengan gadget yg lebih berisiko terkena infeksi.

Pecandu gadget sering kali begadang sehingga kulitas tidur nya berkurang. Kadang karena kesibukan orang tua dalam mengurus pekerjaan membuat anak menjadi kurang kasih sayang dan si anak pun mencari pelarian menghibur diri dengan cara bermain gadget. 

Sudah banyak terdengar kasus anak-anak yang kecanduan gadget dan mereka melakukan hal-hal yang ekstrim jika tidak diberikan gadget. Hal ini terjadi karena orang tua yang sudah membiasakan memanjakan si anak dengan memenuhi semua yang diinginkan sang anak tanpa memikirkan akibat yang akan dialami nanti.

Salah satu contoh kasus anak kecanduan gadget ini dialami oleh seorang perempuan yang berusia 37 tahun yang enggan disebutkan namanya. Ia mengungkapkan bahwa sang anak sudah bermain gadget sejak umur 2 tahun. Walaupun sang anak belum bisa membaca namun caranya bermain gadget dengan meniru apa yang dilihatnya ketika orang tua nya bermain gadget.

Lucunya ketika membuka aplikasi youtube sang anak bukan mengetik kata kunci yang ingin dicari melainkan dengan cara menggunakan pencarian suara. Ketika masuk sekolah kejanggalan pada anak pun mulai terlihat karena ia sering menggosok mata dan bilang bahwa matanya gatal dan sakit. “Jangan- jangan anakku mengalami masalah mata” ujar sang ibu.

Akhirnya ia pun membawa sang anak bertemu dokter spesialis mata dan betapa terkejutnya ia karena sang anak mengalami rabun jauh dan harus menggunakan kacamata pada awal usia yang bisa dibilang masih sangat belia.

Untungnya rabun jauh pada sang anak masih bisa disembuhkan. Walaupun begitu tetap saja rasa bersalah tersimpan didalam hati sang ibu karena tidak dapat menjaga anaknya dengan baik.

Tetapi gadget juga tidak selalu membawa dampak negatif didalam kehidupan kita masih banyak terdapat dampak positif gadget bagi kehidupan kita seperti menambah pengetahuan, memperluas pertemanan ke penjuru dunia, dan melatih kreativitas anak .

Namun, orang tua masa kini punya cara tersendiri dalam mengasuh buah hati yang selalu ingin tahu yaitu dengan cara memberikan keleluasaan pada anak untuk mengekspresikan diri atau mencoba sesuatu yang baru. Mereka juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan sang anak dengan cara membawanya pergi jalan-jalan, berolahraga, dan masih banyak lagi.

Tidak membiasakan sang anak untuk terlalu banyak bermain gadget. Tak ada salahnya mengenalkan anak dengan yang dinamakan proses karena itu penting untuk sang anak menghadapi masa depan nya nanti agar sang anak terbiasa menghadapi kesulitan secara mandiri, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kegagalan.

Sebisa mungkin di hadapan anak, orang tua juga tidak ikutan sibuk dengan gadgetnya. Hal yang masih menjadi tantangan terbesar bagi orang tua saat ini adalah membatasi penggunaan gadget pada anak.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak