Transaksi nontunai bukan lagi hal baru di era sekarang ini. Beragam opsi dompet digital (e-wallet) seperti GoPay, OVO, DANA, dan LinkAja semakin menyuburkan gaya hidup nontunai di masyarakat. Bukan hanya transaksi daring untuk e-commerce, kini transaksi nontunai bahkan bisa digukanan untuk bertransaksi di kios kaki lima. Sadar dengan arah gaya hidup nontunai ini, PT Pertamina (Persero) pun tengah membangun sistem digital bekerja sama dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk sebagaimana dimuat dalam press release-nya.
Digitalisasi dimaksud mengacu pada beberapa aspek. Pertama, implementasi pembayaran nontunai melalui aplikasi LinkAja. Hal ini telah diimplementasikan pada 2019 via aplikasi MyPertamina. Bukan tidak mungkin opsi e-wallet lainnya akan dilibatkan.
Direktur Pertamina Nicke Widyawati sebagaimana dilansir CNBC menyatakan bahwa digitalisasi akan diselesaikan pada kuartal I 2020 dan saat itu akan cashless payment akan didorong untuk seluruh transaksi di SPBU. Kedua, digitalisasi nozzle dengan cara memasang sensor automatic tank gauge (ATG) dan nomor electronic data counter (EDC).
Digitalisasi kedua digadang-gadang mampu meningkatkan akuntabilitas data penyaluran jenis BBM tertentu (JBT)/BBM bersubsidi jenis minyak solar dan jenis BBM khusus penugasan (JBKP) jenis premium sehingga ampuh mencegah terjadinya penyalahgunaan BBM bersubsidi yang mengakibatkan overquota.
Sensor yang dipasang akan otomatis menghentikan aliran jika kuota harian telah terlewati. Selain itu, Pertamina dapat memonitor transaksi pembelian BBM oleh konsumen sehingga Pertamina akan lebih cepat mengetahui ketika stok BBM di SPBU sudah menipis dan memerlukan pengiriman pasokan agar tidak terjadi kelangkaan.
Digitalisasi nozzle akan dilakukan pada 5518 SPBU. Hingga 27 Desember 2019, 2740 SPBU telah terdigitalisasi. Dari jumlah tersebut, 2552 SPBU telah memiliki perangkat EDC dan 601 diantaranya telah melaksanakan pencatatan nomor polisi kendaraan.
Program digitalisasi nozzle sejatinya ditargetkan rampung pada akhir 2018. Namun akhirnya mundur menjadi Juni 2019. Pun pada akhir Desember target digitalisasi masih belum tuntas.
Menurut Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Masud Khamid kepada Kumparan.com, hambatan yang ada meliputi tidak sesuainya desain SPBU dengan desain digitalisasi. Tangki timbun dinilai sudah tua dan kuno. Terdapat pula kendala dalam integrasi digitalisasi pengukuran SPBU dan pos pembayaran LinkAja.
Digitalisasi dan segala manfaatnya tentu dinanti-nanti manfaatnya oleh masyarakat. Kemudahan pembayaran secara cashless akan meningkatkan efisiensi dan digitalisasi nozzle akan meningkatkan ketepatan distribusi BBM bersubsidi. Kini masyarakat tinggal menanti tenggat waktu penyelesaian digitalisasi dimaksud dan memberikan respon positif atas usaha Pertamina meningkatkan mutu layanan dan membangun competitive advantage. Oleh karena itu, diharapkan Pertamina pun menepati janji penyelesaian digitalisasi SPBU-nya.