Belum banyak pengetahuan valid tentang wabah virus corona yang menjadi penyebab salah satu dampak kematian ekstrim di berbagai negara. Penyebaran virus corona menjadi ancaman serius bagi dunia sejak pertama dilaporkan akhir 2019 yang telah menginfeksi lebih dari satu per empat juta orang. Perlu diketahui bahwa virus corona bukanlah flu biasa.
Virus corona menyebabkan penyakit dengan gejala yang berbeda, menyebar dan membunuh lebih mudah serta berasal dari virus yang sangat berbeda dengan penyebab flu biasa.
Menurut Angela Rasmussen dari Columbia University, struktur virus corona memberikan petunjuk penyebarannya yang begitu cepat. Virus corona berbentuk bola runcing seperti paku, yang mana paku-paku tersebut kemudian menempel pada protein ACE2 yang ada pada permukaan sel tubuh manusia dan menjadi awal menuju infeksi.
Sebagian besar virus pernapasan cenderung menginfeksi saluran udara bagian atas maupun bawah. Secara umum, infeksi saluran pernapasan atas justru lebih mudah menyebar, tetapi cenderung lebih ringan. Sementara infeksi saluran pernapasan bawah lebih sulit ditularkan, tetapi lebih parah.
Virus corona tampaknya menginfeksi saluran udara bagian atas dan bawah, mungkin karena dapay mengeksploitasi tubuh. Infeksi akan berlanjut ketika paru-paru tersumbat dengan sel-sel mati dan cairan sehingga membuat pernapasan menjadi lebih sulit.
Kondisi tubuh yang seperti ini, sistem kekebalan tubuh akan melawan dan menyerang virus, sehingga berakibat pada peradangan dan demam. Namun dalam kasus yang menakutkan, sistem kekebalan tubuh bisa mengamuk dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
Jadi, virus corona ini merupakan kumpulan virus yang menginfeksi saluran pernapasan, dengan akibat paling fatal adalah kematian.
Memburuknya wabah virus Corona mengharuskan pemerintah mengambil sikap. Presiden Joko Widodo, menyarankan setiap individu menerapkan social distancing untuk menghadapi pandemic Covid-19.
Social distancing merupakan salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus corona dengan menganjurkan orang-orang untuk membatasi kontak langsung atau jaga jarak dengan orang lain dan membatasi berkunjung ke tempat ramai.
Penerapan social distancing menuntut seseorang agar tidak diperkenankan untuk berjabat tangan serta menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain terutama orang yang sedang sakit dan beresiko tinggi menderita Covid-19.
Dengan penerapan social distancing, diharapkan jumlah orang yang terinfeksi oleh virus corna tidak melonjak, sehingga pihak rumah sakit dapat melayani pasien secara optimal.
Seperti yang diketahui, kapasitas tenaga medis dan daya tamping pasien di beberapa rumah sakit di Indonesia sangat minim, ditambah pula penyediaan alat maupun fasilitas yang kurang memadai. Meskipun jumlah kasus positif COVID-19 semakin meningkat dengan area sebaran yang lebih luas, tampaknya imbauan untuk melakukan social distancing tidak serta merta diterapkan secara serius.
Menjaga jarak perlu dilakukan dimanapun; baik di tempat kerja, atau saat mengantri di transportasi publik dan belanja kebutuhan pokok di supermarket, maupun di dalam lift. Hindari kerumunan, menunda aktivitas berkelompok, adalah hal paling mudah dilakukan saat ini.
Sementara tingkat kepatuhan masyarakat untuk melakukan social distance masih terlihat rendah, karena masih terlihat warga beraktivitas keluar rumah untuk tujuan rekreasi, duduk bergerombol, berkumpul tanpa menggunakan masker ataupun menjaga jarak, sehingga kemungkinan penyebaran masih menjadi tugas besar.
Dari aspek masyarakat sebagai warga negara, perlu secara disiplin meningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri, lingkungan dan orang lain, dengan beberapa cara sebagai berikut:
- Menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, dan menjaga asupan gizi serta makanan untuk meningkatkan imunitas tubuh
- Menerapkan kesadaran social distancing, dengan tidak bersalaman, berkumpul dan berdesak-desakan di tempat umum, menjaga jarak dan sebagainya
- Tidak bepergian. Sedapat mungkin berada di rumah untuk memutus mata rantai penularan dan meminimalisir resiko tertular.
- Apabila terdapat gejala segera hubungi fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah.
Sikap Pemerintah
Presiden Joko Widodo, telah mengeluarkan imbauan untuk mengurangi mobilitas aktivitas seperti bekerja, belajar dan beribadah. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara efektif dari rumah, namun tentu tidak semua orang cukup beruntung dapat bekerja, belajar maupun beribadah dari rumah.
Presiden Joko Widodo secara resmi telah menyatakan darurat Nasional Non Alam terhadap wabah Virus Corona, artinya seluruh perangkat negara perlu berjibaku untuk melakukan penanganan secara serius dan totalitas tinggi.
Namun cukup mengherankan ketika pasien 01-03 dinyatakan sembuh, lantas diberikan hadiah dan diumumkan dipublik, seakan-akan Indonesia telah terbebas dari wabah. Walaupun pengumuman tersebut perlu, tetap perlu adanya kewaspadaan bagi masyarakat.
Persoalan masih belum selesai selesai. Peningkatan pasien terinfeksi masih terdapat penambahan hingga hari ini. Demikian juga yang dalam pengawasan serta dalam pemantauan.
Walaupun beberapa negara lain telah menerapkan kebijakan lockdown, seperti Italia dan bahkan Malaysia, hingga sekarang pemerintah belum menerapkan kebijakan lockdown, karena berbagai pertimbangan dan juga dampak yang ditimbulkan.
- Mencermati persoalan tersebut, Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan pelayanan publik dalam beberapa hal, yaitu
- Koordinasi dengan pelaku usaha untuk segera menerapkan bekerja dari rumah (Work From Home)
- Meminta setiap Aparat Pemerintah dari tingkat terendah untuk melakukan kontrol dan edukasi masyarakat dalam penerapan social distancing, seperti tidak bepergian dari rumah jika tidak ada hal mendesak, sering cuci tangan, jangan menyentuh wajah dan melakukan pengecekan suhu tubuh secara massif di tempat-tempat umum; karena selain edukasi tentang bahaya virus corona pemerintah juga harus memberikan edukasi atau sosialisasi terhadap pencegahan secara akurat.
Seperti yang diketahui bahwa pemerintah seakan tidak transparan dalam menyampaikan informasi kepada publik terkait penanganan virus corona. Pemerintah terkesan menutup informasi dengan alasan menjaga situasi tetap kondusif dan tidak ingin membuat masyarakat panic.
Namun, sikap ketidakterbukaan pemerintah membuat masyarakat sulit dan tidak tenang. Ada ketidaklarasan yang dilakukan pihak dalam menyikapi kasus virus corona, beberapa birokrat menyepelekan dan menganggap enteng virus ekstrim ini.
Hal itu, membuat masyarakat awam panik ketika melihat maupun membaca berita yang disampaikan oleh media massa. Pemerintah seharusnya mampu meyakinkan masyarakat bahwa negara siap menangani kasus virus corona dengan baik.
Jika pemerintah pemerintah terus membuat pernyataan yang main-main, maka masyarakat akan terus bertanya-tanya tentang kesediaan negara sebagai stabilitator kegentingan.