Tulisan ini sebagai bentuk ungkapan keprihatinan terhadap penolakan tenaga medis-kesehatan garda terdepan penanggulangan COVID-19.
Kisah penolakan jenasah sudah sangat banyak diberitakan, kisah manusia mulia, pejuang kemanusiaan yang siang malam hanya untuk mengurusi keselamatan pasien, Engkau tolak juga saat pulang di kediamannya atau di penginapannya? Sampai hatikah dikau saudaraku?
Peristiwa penolakan terhadap tenaga medis-kesehatan yang menangani COVID-19 sudah terjadi di beberapa wilayah. Aceh (tenaga medis RSUD dr Zainoel Abidin), Palembang (lima atau enam perawat RS Siloam Sriwijaya), Makassar (RS Pendidikan UNHAS), Jakarta Timur (dokter dan perawat RSUP Persahabatan), Semarang (RSIA Kusuma Praja dan Klinik Tri Karya), Solo (tiga perawat RSUD Bung Karno), Pacitan (dua perawat yg bekerja di salah satu sarana kesehatan swasta), Yogyakarta (tenaga medis RSUP Dr Sardjito).
Naas betul nasib mereka, mereka berupaya menyelamatkan pasien yang mungkin bersaudara dengan kalian, tidak mungkin mereka mengurus dan merawatnya jika tidak dengan ketulusan hati, kontras dengan ratusan bahkan ribuan dan bahkan jutaan masyarakat yang menghindarinya. Yaa, yaa, masyarakatpun akan menghindar jikalau yang terjangkit sakit saudaranya sendiri. Jawablah dengan hati nurani? Apakah mau dan mampu mengurusinya sendiri? Tentu jawabannya adalah TIDAK.
Apakah mereka tenaga medis-kesehatan menolak pasien ODP-PDP, ohh tidak, mereka tidak pernah sama sekali menolak kedatangan dan pemeriksaan pasien. Kenapa Engkau masih menolak mereka yang hanya sekedar ingin merebahkan tubuhnya untuk beristirahat sejenak.
Kami berikan jasa kami, jangan tolak jasad hidup kami.
Kita memahami kekhawatiran masyarakat akan bahaya virus corona. Namun, sikap menolak dan menstigma tenaga medis sebagai penyebar virus justru tidak benar, kontraproduktif.
Banyak diantara tenaga medis meniatkan dan mendedikasikan dirinya untuk tidak pulang ke rumah dan hanya memilih merawat pasien saja serta tidur di rumah sakit.
Data yang gugus tugas mencatat jumlah tenaga medis-kesehatan yang menangani COVID-19 mencapai 368.822 orang terdiri dari dokter spesialis paru sebanyak 1.976 orang, dokter spesialis penyakit dalam 6.656 orang, dokter umum 30.678 dan perawat 329.512 orang.
Sedangkan jumlah relawan medis mencapai 3.722 orang dan relawan nonmedis mencapai 17.670 orang. WHO memberikan apresiasi terhadap puluhan ribu relawan yang berpartisipasi dalam penanganan COVID-19 di Indonesia.
Apresiasi Negara seharusnya diikuti dengan konsekuensinya yaitu pemenuhan APD, jaminan kesehatan dan jiwa, serta jaminan tempat tinggal selama masa pandemi. Ini menjadi tugas dan kewajiban daerah dan negara untuk memenuhinya.
Kondisi ini sangat berbeda dengan perlakuan tenaga medis-kesehatan di negara luar, walaupun dengan cara-cara yang sederhana sudah lebih dari cukup memberikan dukungan moral dan mental tenaga medis-kesehatan.
Beberapa bentuk dukungan negara lain terhadap profesi kesehatan yang menangani COVID diantaranya yang telah dilakukan masyarakat Inggris. Tepuk tangan seluruh lapisan masyarakat yang sangat meriah dari jendela, balkoni, pintu rumah dan bahkan mereka yang sedang di jalan-jalan mengendarai mobil membunyikan klaksonnya.
Tepat pada pukul delapan malam menggema di seluruh Inggris dalam momen aplaus nasional "Clap for Cares", mulai dari kota Oxford, York, Liverpool, hingga London pada pertengahan April lalu. Sebagai bentuk apresiasi kepada tenaga medis dari National Health Service (NHS), menyemangati tenaga medis-kesehatan yang berjuang melawan virus corona.
Di RS Sant Joan de Deu Barcelona para tenaga medis juga bertepuk tangan sebagai bentuk terima kasih dan apresiasi kepada petugas kebersihan di rumah sakit tersebut. Meski tidak berhadapan langsung dengan pasien, kontribusi petugas kebersihan tentu tidak dapat dianggap remeh.
Pada pertengahan April pihak manajamen Google menampilkan sketsa tenaga medis pada tampilan awal di laman pencariannya. Dengan menuliskan "To all doctors, nurses, and medical workers, thank you".
Tenaga medis dan kesehatan di Kota Wuhan diapresiasi oleh masyarakat. Lalu lalang puluhan mobil tenaga medis disambut haru oleh ribuan hingga jutaan masyarakat yang menyambut mereka di tepi jalan. Mereka melambaikan tangan sebagai ucapan terima kasih dan bahkan ada yang "bersujud" sebagai tanda penghormatan.
FIFA menghimpun lima puluh pesepak bola terhebat di masa lalu dan kini untuk menyanjung upaya para pekerja medis-kesehatan yang bekerja keras, mempertaruhkan hidup mereka dalam menghadapi pandemi COVID-19.
"Kami mendapat kesempatan untuk menunjukkan penghargaan kami bagi banyak orang yang mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi nyawa kita," kata Beckham. Demikian juga yang dilakukan bintang sepak bola dunia, sebut saja Neymar dan Ozil.
“Tepuk tangan yang sebesar-besarnya bagi semua tenaga profesional kesehatan, terima kasih telah memerangi penyakit ini dengan nyawa anda #StayHome," tulis Neymar.
"Karena kita sedang melewati isu global ini, kita harus tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih pada semua dokter, perawat, dan ilmuwan dan lain-lain di seluruh dunia, yang membantu virus ini agar tidak terus menyebar. Mereka berada dalam tekanan tinggi dalam beberapa pekan ke depan dan layak mendapat respek serta terima kasih dari kita," tulis Ozil.
Dua klub Premier League, Brighton & Hove Albion dan Bournemouth akan memberikan hadiah minimal seribu tiket pertandingan untuk tenaga medis dan kesehatan serta keluarga mereka, ketika liga kembali digulirkan.
Tampilan gambar-gambar besar 3D yang diproyeksikan ke dinding Istana Salwa, di distrik bersejarah Al-Turaif, Provinsi Diriyah, Arab Saudi. "Terima kasih kepada para pahlawan kami dalam kesehatan dan keamanan."
Dua studio besar, Marvel Entertainment dan DC Universe, seperti dikutip laman The Hill, pada peringatan National Superhero Day, Marvel dan DC kompak merayakannya bersama para pekerja yang berada di garis depan dengan menggambar para pekerja medis, petugas supermarket, petani, pengantar makanan, polisi, guru, dan masih banyak lagi profesi lainnya.
Gambar-gambar yang sangat unik dan menarik, salah satu gambar yang menurut saya menarik adalah gambar yang memperlihatkan para super hero menunduk saat para tenaga medis-kesehatan melewatinya. Tentu ini suatu hal yang tidak pernah dilakukan Marvel dan DC studio sebelumnya.
Itulah beberapa contoh perlakuan sebagai bentuk penghargaan terhadap tenaga medis-kesehatan garda terdepan COVID-19. Tugas kemanusiaan medis dan kesehatan yang mulia ini kadang tidak diiringi dengan penghormatan dari masyarakat. Bahkan sebagian mereka tidak menghargai sama sekali dan sampai ada yg menolak bahkan mengusirnya.
Tenaga medis-kesehatan tidak butuh sanjungan ataupun penghargan bak pahlawan, yang dibutuhkan adalah bagaimana masyarakat bisa bekerjasama dan tidak men-stigma negative bagi penderita COVID-19 maupun tim medis-kesehatan, agar mereka lebih optimal dan fokus menangani penderita. Logika sederhananya adalah semakin optimal penanganannya, semakin maksimal dan baik output pasiennya.
Profesi semua tenaga medis-kesehatan menuntut budi pekerti yang luhur. Tuhan Yang Maha Esa telah membuka kesempatan bagi umatnya khususnya tenaga medis-kesehatan untuk secara nyata menolong meringankan penderitaan sesamanya. Kepada Tuhan Yang Maha Esa, negara, bangsa dan kemanusiaan mereka mempertanggungjawabkan pelaksanaan profesinya.
Keluhuran dan kemuliaan ini ditunjukkan oleh enam sifat dasar yang harus ditunjukkan oleh setiap tenaga medis-kesehatan:
- Sifat ketuhanan,
- keluhuran budi,
- kemurnian niat,
- kesungguhan kerja,
- kerendahan hati, serta
- integritas ilmiah dan sosial.
Tenaga medis-kesehatan mempunyai tanggung jawab yang besar, bukan saja terhadap manusia dan hukum, tetapi yang terpenting adalah terhadap dirinya sendiri, dan akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pertanggungjawaban tertinggi.
Apalah arti penghormatan manusia jikalau Tuhan berpaling dari muka kita, tidak usah sama sekali terbersit dalam hati kita peroleh pujian dihadapan manusia, hanya akan kecewa, cukup Tuhan saja tempat bergantung kita, niscaya Tuhan akan menjamin "rezeki" kita.
Tetap semangat Tim Medis-Kesehatan Indonesia. Besar harapan tidak ada lagi penolakan terhadap tim medis-kesehatan penanggulangan COVID-19.
Oleh: R. Wahyu Kartiko Tomo / Dokter Spesialis Bedah RSA UGM