Saat ini kegiatan berwisata sudah menjadi kebutuhan masyarakat untuk menghilangkan stress dan kejenuhan akan rutinitas sehari-hari. Mengunjungi tempat wisata yang memiliki suasana alam asri seperti pegunungan dan pantai menjadi sasaran utama bagi mereka yang ingin melepas penat.
Dengan menikmati panorama alam yang indah tentu dapat mengurangi perasaan jenuh dan memberikan ketenangan tersendiri. Kemudian terdapat pula jenis wisata budaya yang juga diminati oleh banyak orang. Selain untuk menghilangkan rasa jenuh, jenis wisata ini juga mampu menambah wawasan bagi yang melakukannya.
Selain wisata alam dan budaya, alternatif wisata lain yang cukup banyak diminati oleh masyarakat Indonesia adalah wisata religi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan yang membeludak di sejumlah situs religi di Indonesia. Wisata religi sendiri identik dengan kegiatan ziarah.
Mulai dari makam para tokoh agama, tokoh masyarakat hingga tempat-tempat yang dianggap keramat menjadi sasaran utama seseorang untuk melakukan ziarah. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat perbedaan pada wisata religi dan kegiatan ziarah?
Sacara umum dalam wisata religi terdapat istilah pilgrimage dan religious tourism. Terdapat perbedaan pendapat oleh ilmuan mengenai kedua istilah tersebut. Beberapa ilmuan berpendapat bahwa pilgrimage dan religious tourism merupakan jenis kegiatan manusia yang berbeda dan eksklusif.
Sementara ilmuan lainnya beranggapan bahwa pilgrimage merupakan salah satu bentuk kegiatan dari religious tourism, atau sebaliknya. Salah seorang ilmuan, Stoddard dalam bukunya Defining and Classifying Pilgrimages, menyatakan bahwa perbedaan utama antara pilgrimage dan religious tourism adalah motivasi seseorang dalam melakukan kegiatan tersebut.
Stoddard berargumen bahwa motivasi dalam pilgrimage lebih ditekankan mengenai isu spiritualitas yang bersifat suci atau sakral. Sementara itu, religious tourism lebih ditekankan pada isu kesenangan dan liburan yang bersifat duniawi. Selain itu, perbedaan juga dapat dilihat dari karakteristik seseorang yang melakukan kegiatan tersebut.
Pelaku kegiatan pilgrimage biasanya berasal dari golongan yang cenderung lebih konservatif dan tradisional. Mereka akan lebih fokus pada kegiatan berziarah untuk mengambil nilai-niali kesakralan dan spiritual. Sebaliknya, pelaku kegiatan religious tourism cenderung berasal dari golongan dengan strata sosial yang lebih tinggi.
Fokus pelaku religious tourism biasanya tidak sebatas pada pengalaman spiritual saja. Mereka juga memiliki keinginan untuk aktualisasi diri. Oleh sebab itu, seringkali pelaku religious tourism akan mengabadikan perjalanan mereka melalui foto atau video.
Selain dari sisi motivasi dan karakteristik pelaku, perbedaan juga dapat dilihat pada objek dalam wisata religi itu sendiri. Ketika suatu situs religi sebatas dimanfaatkan untuk kegiatan pilgrimage maka pengelolaan hanya akan berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kesakralan tempat tesebut.
Sebaliknya, ketika suatu situs religi telah menjadi atraksi wisata religious tourism, maka pengelolaan akan menjadi lebih kompleks. Misalnya, penambahan fasilitas pendukung seperti tempat makan, penyediaan atribut untuk kegiatan, hingga pemandu wisata yang akan membantu pengunjung dalam menambah wawasannya. Sehingga output dari kegiatan ini tidak sekedar ketenangan spiritual tetapi juga kepuasan batin.