Angka positif Covid-19 di Singapura merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, namun jumlah kematian yang terjadi dapat dibilang sangat minim. Ini dikarenakan pemerintah Singapura dapat menekan angka kematian pasien positif Covid-19 dengan baik.
Berdasarkan penelitian oleh Deep Knowledge Group (2020) terhadap berbagai kategori seperti kesiapan, efisiensi, deteksi, dan pemantauan terhadap Covid-19 oleh pemerintah, Singapura ditetapkan menjadi satu dari total 100 negara teraman dari Covid-19 di dunia. Dalam daftar tersebut Singapura berada di posisi ke-4 di bawah Swiss, Jerman, dan Israel.
Keberhasilan Singapura untuk memperkecil angka kematian akibat Covid-19 disebabkan oleh baiknya penanganan dan sinergitas antara pemerintah dan masyarakatnya.
Pemerintah bersikap cepat tanggap dan didukung oleh kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Namun, dibalik itu semua, salah satu hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan tersebut adalah faktor kepemimpinan pemerintah itu sendiri.
Menurut Soliha, E. (2008), pemimpin berperan untuk mempengaruhi orang lain demi mencapai tujuan utama yang telah ditetapkan. Pada saat ini, dibutuhkan sosok pemimpin yang mampu beradaptasi dengan perubahan.
Salah satu tokoh yang kerap maju ke depan publik dalam menangani Covid-19 di Singapura adalah Lee Hsien Loong. Lee Hsien Loong merupakan Perdana Menteri Singapura yang telah menjabat selama 16 tahun sejak tahun 2004 lalu.
Selama masa jabatannya terdapat berbagai kontroversi terhadap gaya kepemimpinannya yang dinilai arogan serta autokratis.
Kepemimpinan autokratis atau otoriter merupakan bentuk kepemimpinan dimana pemimpin mempunyai kuasa yang besar terhadap bawahannya. Akan tetapi, jika dilihat dari teori kepemimpinan Yulk, gaya kepemimpinan Lee Hsien Loong dalam penanganan Covid-19 terlihat lebih kepada gaya kepemimpinan situasional.
Menurut Harsey dan Balncard (1978), gaya kepemimpinan situasional merupakan gaya kepemimpinan dimana pemimpin bersikap fleksibel berdasarkan situasi dan kematangan bawahan dan organisasinya.
Lee Hsien Loong kerap memberikan ucapan terima kasih kepada masyarakat yang telah menaati aturan, memberikan apresiasi bagi petugas medis, menekankan koordinasi antar lembaga pemerintah, serta bersikap terbuka terhadap informasi perkembangan Covid-19 di Singapura.
Dalam menangani Covid-19, Lee Hsien Loong dan pemerintah Singapura melakukan tindakan-tindakan penanganan dengan menekankan pada situasi dan kondisi yang ada serta memperhatikan kesiapan masyarakat untuk menghadapi Covid-19. Beberapa tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura antara lain :
- Cepat tanggap dalam menangani Covid-19
Pemerintah Singapura sudah melakukan pengendalian sejak 2 Januari 2020 dengan mengumumkan agar setiap rumah sakit yang ada menaruh perhatian kepada pasien yang diduga terjangkit Covid-19. Pemerintah Singapura juga mewajibkan isolasi mandiri selama 14 hari bagi warga negaranya yang kembali dari China. Selain itu, sejak 3 Januari, di Bandara Changi sudah dilakukan pengecekan suhu tubuh.
- Melakukan edukasi kepada masyarakat
Lee Hsien Loong mengumumkan kepada masyarakat mengenai tata cara pencegahan penularan Covid-19 dan mengedukasi masyarakat mengenai Covid-19 itu sendiri. Pemerintah Singapura kerap memberikan informasi detail dan mudah dimengerti kepada masyarakat melalui media social.
- Melakukan koordinasi nasional
Pemerintah Singapura belajar dari kondisi wabah SARS yang terjadi pada tahun 2003. Untuk itu pemerintah Singapura membentuk Kerja Multi Kementerian (MTF) tepat sehari sebelum adanya konfirmasi kasus positif Covid-19 di negara tersebut. Tindakan ini dilakukan agar setiap kementerian dapat terintegrasi dan beradaptasi terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi.
- Mengapresiasi tenaga medis yang bertugas
Pemerintah Singapura mendorong semangat tenaga medis yang bertugas dengan memberikan apresiasi kepada tenaga medis. Pemerintah Singapura juga memotong gaji pejabat yang ada untuk dialihkan demi kepentingan penanganan Covid-19.
- Terbuka dalam memberikan informasi
Pemerintah Singapura melakukan pemeriksaan sebanyak mungkin agar menyeluruh. Pemerintah Singapura juga terbuka akan informasi mengenai pasien Covid-19 yang terdeteksi positif. Hal ini dilakukan guna meminimalisir penyebaran Covid-19 dan memberikan informasi penyebaran kepada masyarakat.
Pemerintah Singapura tidak memberikan nama melainkan hanya memberikan umur, kewarganegaraan, dan wilayah tempat tinggal pasien positif Covid-19 kepada masyarakat.
Gaya kepemimpinan ataupun langkah yang diambil oleh Pemerintah Singapura untuk mengatasi Covid-19 mungkin dapat berhasil di Singapura namun belum tentu di tempat lainnya. Sebuah gaya kepemimpinan belum tentu lebih baik/burauk dibandingkan gaya kepemimpinan lainnya.
Gaya kepemimpinan akan cocok dan dapat membawa kemajuan organisasi apabila gaya tersebut sesuai dengan situasi yang ada. Selain gaya kepemimpinan, komunikasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat di Singapura juga merupakan faktor pendorong keberhasilan penanganan Covid-19.
Meskipun begitu, permasalahan Covid-19 di Singapura belum selesai. Masih diperlukan penanganan dan kerjasama antar warga negara agar kehidupan social dapat berjalan seperi sebelumnya.