Taktik Jitu Mematahkan Kutukan Middle-Income Trap dari Negara Mauritus

Tri Apriyani | Amalia Adhasara
Taktik Jitu Mematahkan Kutukan Middle-Income Trap dari Negara Mauritus
Perekonomian naik

Pada 1 Juli 2020 kemarin, Bank Dunia menyatakan bahwa Indonesia “naik kelas” menjadi negara upper-middle income dari yang sebelumnya lower-middle income country. Perubahan kelas ini disebabkan oleh adanya kenaikan PDB atau Produk Domestik Bruto Indonesia dari yang semula $3.840 per kapita menjadi $4.050 per kapita.

“Kenaikan kelas” Indonesia ini dapat menjadi angin segar di tengah badai Covid-19 yang sedang melanda seluruh dunia. Namun, tentu saja Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk dapat mempertahankan “kelas” ini hingga pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Bukan suatu hal yang aneh bahwa banyak negara terjebak dalam kelas pendapatan menengah selama bertahun-tahun bahkan ada yang mencapai puluhan tahun. Fenomena ini biasanya disebut dengan middle-income trap.

Beberapa contoh negara yang tengah menghadapi middle-income trap adalah Argentina, Brazil, Meksiko, dan bahkan Cina. Namun, pada tahun 2020 ini terdapat beberapa negara yang dapat mematahkan kutukan tersebut, salah satunya adalah Mauritius.

Sebagai salah satu negara kepulauan yang berada di daerah Afrika Timur, Mauritius berhasil meningkatkan PDB-nya menjadi $12.740 per kapita dari semula hanya $400 per kapita pada awal negara ini didirikan tahun 1968.

Kesuksesan Mauritius dalam bidang ekonomi ini dipengaruhi oleh kondisi politik, stabilitas sosial, dan adanya sistem demokrasi yang kuat. Ketiga faktor ini meningkatkan popularitas Mauritius sebagai negara yang stabil, andal, dan juga kompetitif sebagai sebuah pusat investasi di dunia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan PDB Mauritius berada di angka 10% pada tahun 1980-an.

Sedangkan saat ini, pertumbuhan PDB negara dengan luas 2.000km2 ini berada pada angka 3.9%, lebih tinggi daripada rata-rata pertumbuhan PDB negara di dunia yang berada di angka 3.5%. Dengan adanya strategi ekonomi yang bergantung pada pertumbuhan inklusif, pembangunan berkelanjutan, dan independensi ekonomi, Mauritius menargetkan pertumbuhan PDB di atas 4% untuk dapat menjadi negara high-income economy seperti saat ini.

Pada tahun 1980-an Mauritius berfokus pada industri manufaktur dan pariwisata. Namun, pada tahun 1990-an, Mauritius melakukan perluasan ekonomi ke sektor jasa. Sampai pada akhirnya, pada saat ini sektor jasa menjadi komponen ekonomi yang paling signifikan bagi Mauritius dengan kontribusi sebesar 76% dari keseluruhan PDB yang dihasilkannya.

Contoh sektor jasa yang sering ditawarkan Mauritius adalah teknologi informasi dan komunikasi, berupa pengembangan software, animasi, analisis big data, pemulihan bencana, dan cloud computing.

Selain itu, negara ini juga mulai dikenal sebagai pusat regional jasa kesehatan dan pembuatan alat kesehatan karena keunikan jasa yang diberikannya serta tenaga medis yang mumpuni. Industri film dan kreatif juga mulai berkembang yang ditandai dengan adanya shooting 61 film internasional di Kepulauan Mauritius.

Negara berpenduduk 1,2juta jiwa ini juga selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan warga negaranya. Mauritius mendidik para pelajarnya untuk menjadi tangkas dan fleksibel atas segala dinamika ekonomi yang mungkin terjadi.

Negara ini juga berusaha untuk “mengamankan” seseorang yang memiliki talenta terbaik dengan mengembangkan berbagai macam teknologi dan otomasi yang tidak mengancam pekerjaan warganya. Selain itu, Mauritius juga membuka kesempatan kepada para talenta dan ahli dari luar negeri untuk ikut turut andil dalam aktivitas ekonomi mereka.

Pada awal tahun 2018, Mauritius membentuk sebuah lembaga yang dinamakan dengan Economic Development Board (EDB) untuk mempromosikan perdagangan dan investasi serta mempermudah investor dalam melakukan bisnis. Tujuan utama pendirian EDB adalah untuk menjadikan Mauritius sebagai pusat keuangan internasional.

EDB berperan sebagai katalis dalam mendorong investasi berkelanjutan, melakukan usaha konvergensi kebijakan dari berbagai komunitas ekonomi regional, serta membuka kesempatan berinvestasi di daerah yang sebelumnya sulit dimasuki. Berbagai sektor juga diuntungkan oleh terbentuknya EDB contohnya adalah tersedianya bantuan keuangan berupa pendanaan investasi secara langsung serta peningkatan kualitas sumber daya dengan adanya transfer teknologi dan keahlian.

Di umur yang sudah menginjak 52 tahun, Mauritius telah berusaha sangat keras untuk membuktikan eksistensinya di dunia internasional. Berawal dari negara jajahan di awal tahun 1500 sampai akhirnya dapat menjadi salah satu negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia di tahun 2020.

Berbagai strategi yang telah diterapkan Mauritius tentu saja dapat dijadikan pelajaran bagi negara lain untuk dapat mencapai kelas high-income country terutama untuk mematahkan kutukan middle-income trap yang dialami oleh banyak negara di dunia.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak