Virtual Summer Program, Solusi Liburan di Kala Pandemi

Tri Apriyani | Wisnu Dwiyon Asmoro
Virtual Summer Program, Solusi Liburan di Kala Pandemi
Pertemuan para peserta Summer Program secara virtual.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menggelar kegiatan untuk mahasiswa Internasional yakni Summer Program UPI 2020 pada Selasa (18/08/2020). Namun proses penyelenggaraan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.  UPI melalui Direktorat Urusan Internasional memutuskan untuk melakukan kegiatan rutin tahunan ini secara virtual di tengah pandemi COVID-19 yang belum berakhir.

Sebanyak 50 mahasiswa Internasional dari berbagi negara di empat benua mengikuti Virtual Summer Program. Mereka berasal dari negara Australia, Azerbaijan, Belanda, Filipina, Jepang, Malaysia, Nepal, Rusia, Tajikistan, Tanzania, Ukraina, dan Uzbekistan. Program yang dimulai sejak tanggal 18 hingga 31 Agustus 2020 tersebut juga diikuti oleh beberapa mahasiswa Indonesia sebagai peserta .

Pembukaan Virtual Summer Program UPI 2020 dihadiri oleh Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A sebagai Wakil Rektor Bidang Riset, Internasional, Kerja sama, dan Usaha serta Direktur Urusan Internasional UPI, Ahmad Bukhori Muslim, PhD melalui platform Zoom.

Virtual Summer Program UPI 2020 mengangkat isu ‘Indigenous communities of Indonesia: Gender and Nationalism’. Topik ini akan mengulas berbagai konsep wanita dan gender dalam masyarakat tradisional di Indonesia.

Selain itu konsep dan praktik Pendidikan nasionalisme turut menjadi isu yang akan didiskusikan dalam kegiatan virtual ini. Cakupan masyarakat adatnya sendiri meliputi masyarakat pedalaman Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Melalui Direktorat Urusan Internasional UPI, Virtual Summer Program memiliki tujuan salah satunya memperkenalkan adat istiadat masyarakat pedalaman Indonesia kepada para peserta yang berasal dari berbagai negara. Dalam program ini para peserta akan diberikan mini project berupa esai pendek tentang bagaiamana melestarikan, menjaga, dan memberdayakan masyarakat adat di Indonesia.

Salah satu peserta Virtual Summer Program UPI 2020 asal negeri Jiran, Sabil Fahmee Bin Mohd Sofee menggambarkan Virtual Summer Program dengan satu kata yakni ‘bersemangat’ (vibrant).

“Banyaknya budaya dan masyarakat Indonesia yang menakjubkan dan dapat mempelajarinya melalui program ini, sungguh hal yang luar biasa. Mengenal budaya dari Kepulauan Sumatera hingga Papua Barat, ada banyak hal di Indonesia yang tak terlihat oleh mata,” pungkas Sabil.

Thomas Kelly, mahasiswa yang memiliki gelar diploma jurusan Bahasa Indonesia dari La Trobe University di Melbourne, Australia juga sangat tertarik dengan kegiatan ini. Bahkan ia berharap dapat mengikuti pertukaran mahasiswa (student exchange) di Indonesia.

“Saya sangat senang ketika mendengar peluang dan potensi dapat belajar lebih banyak tentang masyarakat adat di Indonesia. Saya berharap dapat melakukan pertukaran mahasiswa pada semester ini ke Indonesia,” jelas Thomas.

Dalam sesi diskusi dan pemberian materi, pihak UPI juga menghadirkan para peneliti dari berbagai universitas seperti Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, Universitas Cendrawasih, Universitas Tanjungpura, Universitas Hasanudin, dan Universitas Andalas.

Mengenal Masyarakat Adat Papua

Salah satu pembahasan menarik disampaikan oleh Dr. Hanro Yonathan Lekitoo, seorang dosen di Departemen Antropologi Universitas Cendrawasih. Ia menyampaikan bagaimana fenomena Nasionalisme dan Gender terjadi dalam masyrakat adat di Papua, yakni suku Korowai.

Suku ini menempati wilayah antara selatan Papua dan pegunungan tengah Papua. Masyarakat ini disebut juga dengan istilah masyarakat pohon. Hal ini karena mereka memang hidup berdampingan dengan alam dan tinggal di atas pohon.

Dalam kacamata gender, budaya patriarki sangat kuat dalam masyarakat adat Korowai. Dalam kehidupan suku Korowai, perempuan tidak punya hak untuk mewariskan nama keluarga. Kemudian juga perempuan melakukan kegiatan layaknya tulang punggung keluarga seperti memasak, berburu, menanam, berternak, mencari makan, berdagang dan sebagainya.

Sementara itu dalam hal nasionalisme, suku Korowai mempunyai definisi yang berbeda dari kebanyakan masyarakat Indoensia. Hanro menjelaskan bahwa nasionalisme menurut suku Korowai diartikan sebagai suatu suku budaya yang mempertahankan integritas juga kebudayaannya.

Selain Dr. Hanro dari Universitas Cendrawasih, terdapat juga beberapa peneliti yang terlibat dalam diskusi Virtual Summer Program UPI 2020, diantaranya adalah Dr. Vina Driany (UPI), Dr. Ema Rahmaniah (UNTAN), Dr. Lina Puryanti (UNAIR), Dr. Fuji Riang Prastowo, M.Sc (UGM), dan lainnya. 

Oleh: Wisnu Dwiyon

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak