Tanggal 06 September 1522, sebuah kapal tongkang dengan lambung sedikit besar untuk kargo memasuki perairan Spanyol di bagian barat daya. Perlahan kapal merapat di muara sungai legendaris Guadalquivir, sebuah sungai berpenampang besar dan panjang di barat daya Spanyol yang penamaannya bersumber dari Bahasa Arab “Wadi Al-Kabir” yang berarti Sungai Besar. Penamaan sungai ini terkait dengan keberadaan orang-orang Moor pada abad pertengahan di Semenanjung Iberia (kini Portugal dan Spanyol) yang kala itu wilayah ini mereka namakan Al-Andalus.
Seorang laki-laki berdiri di anjungan sementara awak kapal lainnya berjumlah 17 orang tergeletak lemas di dek kapal. Penyakit kudis dan kelaparan mendera para kru. Orang-orang di sekitar muara di sebuah daerah bernama Sanlucar de Barrameda di barat daya Sevilla yang telah lupa, mulai mengingat kembali para lelaki yang mengawaki kapal tersebut.
Perlahan ingatan mereka kembali pada sebuah momen yang pernah terjadi di daerah tersebut tiga tahun lalu. Inilah “Armada del Maluco (Armada Maluku)” yang mereka elu-elukan di sepanjang sungai Guadalquivir ketika secara resmi dilepas oleh Raja Charles I di Sevilla yang berada di hulu.
Armada Maluku berlayar menuju kepulauan rempah-rempah yang berlokasi di Maluku (kini wilayah timur Indonesia) guna mewujudkan supremasi Kerajaan Spanyol atas perdagangan rempah dunia.
Laki-laki yang berdiri di anjungan kapal adalah sang kapten Juan Sebastian Elcano. Kapal tersebut bernama Victoria. Armada ini benar-benar telah sampai ke Maluku, daerah penghasil rempah-rempah kualitas wahid dunia. Kargo yang memuat 26 ton cengkeh dan kayu manis yang diperoleh dari Kepulauan Maluku menjadi bukti nyata perjalanan tersebut.
Rempah-rempah bernilai sangat tinggi di Eropa, kargo rempah seberat 26 ton tidak hanya membayar lunas seluruh biaya perjalanan selama tiga tahun namun juga masih mampu menambah kas negara dari keuntungannya.
Fakta lain yang mengejutkan dunia adalah bahwa Armada Maluku telah melakukan pelayaran mengelilingi Bumi. Hal ini diketahui lewat jurnal perjalanan yang kemudian diterbitkan dalam wujud buku berjudul “Relazione del primo viaggio intorno al mondo (Laporan perjalanan pertama keliling dunia)” oleh ilmuwan Venesia, Italia yang menjadi kru Armada Maluku yaitu Antonio Pigafetta. Buku ini terbit tahun 1524. Pelayaran ini juga membuktikan bahwa Bumi berbentuk bulat.
Armada Maluku adalah nama resmi yang disematkan Raja Spanyol Charles I untuk keseluruhan armada dagang yang berlayar menuju kepulauan rempah Maluku.
Saat bertolak dari Sevilla pada 20 September 1519, armada ini terdiri dari 5 kapal yaitu Trinidad, San Antonio, Concepcion, Santiago dan Victoria dengan 270 awak kapal. Armada Maluku dipimpin oleh Ferdinand Magellan yang berada di kapal Trinidad.
Ferdinand Magellan adalah seorang penjelajah berkebangsaan Portugis. Awalnya ia mengajukan proposal pelayaran menuju Maluku lewat rute baru kepada Raja Portugis Manuel I. Dalam proposal ia menyebutkan pelayaran akan menuju selatan menyusuri pantai Afrika sesaat tiba di ujung Afrika kemudian berbelok ke barat menyeberangi Atlantik dan tiba di Amerika bagian selatan. Para penjelajah Portugis memang sangat menghindari ujung selatan Afrika karena badai ganas yang kerap melanda daerah tersebut.
Di bagian selatan Amerika, ia meyakini terdapat selat sempit yang menghubungkan Samudera Atlantik dengan lautan di balik daratan baru Amerika dan destinasi kepulauan rempah-rempah Maluku akan dijumpai melalui pelayaran tidak lebih dari sebulan.
Cerita tentang selat sempit ini bersumber dari penjelajah Spanyol Vasco Nunez de Balboa ketika ia menemukan tanah genting Panama di bagian tengah Amerika di sekitar Perairan Karibia pada 29 September 1513. Magellan meyakini kalau di bagian selatan juga terdapat tanah genting berikut selat sempit yang dapat dilewati menuju lautan seberang dan tiba di Maluku.
Ide ini ditolak oleh Raja Manuel I, karena terbentur dengan Perjanjian Tordesillas. Tahun 1494 setelah pelayaran Columbus, Spanyol dan Portugis sepakat menandatangani pembagian tanah di mana wilayah barat menjadi milik Spanyol sementara Portugis menguasai wilayah timur.
Kecewa dengan penolakan proposal, Magellan pindah ke Spanyol. Kepindahan Magellan ke Spanyol tercatat sebagai kepindahan kedua penjelajah terkenal Portugis setelah Columbus. Pelayaran dan penemuan keduanya kemudian mengubah peradaban dunia menjadi seperti yang kita kenal sekarang.
Di Spanyol, Magellan mengusulkan proposal rute pelayaran rempah lewat barat yang memang sepenuhnya milik Spanyol. Raja Charles I setuju dan membiayai seluruh keperluan pelayaran. Raja juga mengangkat Magellan menjadi Kapten Jenderal dari Armada Maluku. Karena dikomandoi oleh orang Portugis, beberapa kapten kapal berkebangsaan Spanyol yang turut dalam Armada Maluku tidak menyukainya.
Saat armada berhenti di Kepulauan Canaria (perairan barat daya Spanyol) untuk mengisi pasokan, Magellan mendapat pesan rahasia dari ayah mertuanya, Diogo Barbosa, agar Magellan mewaspadai indikasi pemberontakan yang dipimpin kapten kapal San Antonio bernama Juan de Cartagena. Ayah mertuanya juga memberitahukan bahwa Raja Portugis menuduh Magellan berkhianat dan telah mengirim dua kapal ke barat untuk menangkap Magellan.
Untuk menghindari kejaran Portugis, Magellan berlayar ke selatan mengikuti pantai Afrika dan merahasiakan maksud pelayaran ini kepada awak kapal. Perubahan rute ini diperdebatkan Cartagena yang menginginkan langsung ke barat menyeberangi Atlantik. Bibit pemberontakan pun tumbuh.
Ketika mencapai Khatulistiwa, armada dihantam badai. Selepas badai, armada tertolong melintasi Atlantik oleh arus Khatulistiwa selatan dan tiba di Rio de Janeiro, Brasil pada 13 Desember 1519. Kendati Brasil diklaim sebagai wilayah Portugis. Namun, mereka tidak berdomisili di sana. Melihat tidak ada kapal Portugis, Magellan berlabuh guna memperbaiki kapal dan mengisi perbekalan.
Pelayaran kemudian berlanjut menyisir pantai selatan Amerika guna menemukan selat sempit yang ia yakini eksis. Di Eropa selat sempit yang terhubung dengan kepulauan rempah-rempah Maluku dikenal dengan sebutan “El Paso”. El Paso adalah cerita tentang jaminan kekayaan. Magellan meyakini ia-lah orang pertama yang mencapai El Paso dan tiba di Maluku.
Pada 11 Januari 1520, ia menduga telah menemukan El Paso dengan melihat perairan luas di sekitar tanjung yang ditandai dengan tiga bukit. Armada pun mencoba berlayar ke bagian dalam. Ternyata ia keliru sesaat setelah mencicipi air yang terasa tawar. Alih-alih El Paso, ia berkesimpulan ini adalah sungai besar yang kini bernama Rio de La Plata, Argentina.
Pada 03 Februari 1520, armada kembali berlayar ke selatan di sepanjang pantai Amerika Selatan (kini pantai Argentina). Tidak ingin melewatkan El Paso, armada berlayar sedekat mungkin dengan pantai namun tetap berhati-hati dengan laut dangkal yang dapat membuat kapal kandas dan terbentur karang.
Armada Maluku hanya berlayar hanya pada siang hari. Mereka dengan cermat mengamati setiap spot yang menjadi pertanda El Paso. Selain bahaya perairan dangkal, armada juga menghadapi badai dan suhu yang mendingin disebabkan musim dingin di belahan bumi selatan kala melanjutkan pelayaran ke selatan.
Armada Maluku menghabiskan delapan minggu pelayaran guna mencari El Paso sebelum berlabuh dan menetap di St. Julian untuk jeda musim dingin selama 5 bulan.
Di St. Julian, Cartagena yang mantan kapten kapal San Antonio berkomplot dengan kapten kapal lainnya seperti Gaspar de Quesada dari kapal Concepcion dan Luiz Mendoza dari kapal Victoria. Mereka memberontak kepada Magellan.
Cartagena sebelumnya dicopot dari jabatannya sebagai kapten kapal San Antonio karena pemberontakannya saat berlayar melintasi Atlantik. Selanjutnya, Magellan menunjuk Alvaro de Mesquita sebagai kapten kapal San Antonio.
Para kapten Spanyol yang sama-sama berasal dari Kastilia (suku besar di barat Spanyol) mempertanyakan kepemimpinan Magellan dan menuduhnya dengan ceroboh membahayakan armada berikut awal kapal.
Cartagena dan Quesada diam-diam memimpin tiga puluh orang bersenjata, wajah mereka ditutupi arang dan menyergap Mesquita di atas kapal San Antonio. Mesquita sendiri adalah sepupu Magellan. Dengan cepat kapal San Antonio dikuasai oleh para pemberontak. Mereka sudah menguasai tiga dari lima armada. Meriam San Antonio pun diarahkan ke kapal Trinidad yang dipimpin Magellan.
Magellan yang mendapat informasi tentang pemberontakan kemudian melancarkan serangan balasan. Kekuatan marinir Magellan dengan cepat memadamkan pemberontakan. Kapten kapal Victoria, Mendoza terbunuh sementara Cartagena dan Quesada ditawan Magellan.
Quesada kemudian dihukum pancung sementara Cartagena dijatuhi hukuman pembuangan di sebuah pulau kecil. Tercatat 40 puluh orang terlibat dalam pemberontakan ini, mereka mendapat hukuman rantai dan kerja paksa. Kejadian ini terjadi pada awal April 1520. Di antara pemberontak terdapat nama Juan Sebastian ElCano yang kelak memimpin kapal Victoria kembali ke Sevilla, Spanyol.
Akhir April 1520, Magellan mengirim kapal Santiago yang dikapteni Juan Serrano ke selatan untuk mencari El Paso. Sama seperti pelayaran menjelajah El Paso sebelumnya, mereka menduga telah menemukan El Paso yang kemudian diketahui adalah sungai besar dan dinamakan Santa Cruz. Saat kembali ke St. Julian, kapal Santiago dihantam badai dan karam. Para kru yang selamat kemudian menetap di muara sungai Santa Cruz (di selatan Argentina).
Magellan yang mendapat kabar kecelakaan Santiago segera mengirim pertolongan, memindahkan seluruh armada dan menetap di Santa Cruz selama enam minggu sejak 24 Agustus 1520.
Pada 18 Oktober 1520, Armada Maluku kembali berlayar ke selatan mencari El Paso. Setelah melewati tanjung, mereka menemukan teluk yang besar. Saat menyisir teluk, terjadi badai. Kapal Trinidad dan Victoria berhasil mencapai laut lepas, tetapi Concepcion dan San Antonio terdorong ke dalam teluk.
Penjelajahan lebih jauh ke dalam menemukan bahwa air masih asin dan pemeriksaan pemeruman menunjukkan kedalaman perairan yang konsisten.
Akhirnya pada 01 November 1520, Armada Maluku menemukan El Paso yang kini disebut Selat Magellan. Namun sebenarnya El Paso yang dimaksud adalah daratan yang mengerucut di ujung selatan benua Amerika. Ujung selatan Amerika terdiri dari banyak pulau sebelum mencapai lautan yang terhubung dengan kutub selatan.
Karena Magellan melewati celah di antara pulau maka perairan di kanal ini menjadi tenang karena badai terhalang oleh daratan. Berbeda dengan laut di ujung selatan Afrika yang kerap diterpa badai besar. Sampai di sini asumsi Magellan saat pengajuan proposal kepada Raja Portugal adalah benar.
Sebuah tim yang dikirim Magellan kemudian menemukan ujung El Paso di barat yang merupakan muara lautan luas yang kemudian ia namai Mar Pacifico karena dari kejauhan terlihat tenang. Di sini, ia menanti kedatangan seluruh armada yang disebar saat menyusuri El Paso. Satu kapal yaitu San Antonio tidak lagi bergabung dan laporan menyebutkan bahwa armada ini melakukan desersi dengan berlayar kembali ke Spanyol.
Pada 28 November 1520, Armada Maluku yang kini hanya terdiri dari tiga kapal yaitu Trinidad, Victoria dan Concepcion berlayar ke utara di sepanjang pantai barat Amerika Selatan (kini pantai Chili). Pada pertengahan Desember, mereka baru bertolak ke arah barat Samudera Pasifik, akibatnya mereka melewatkan pulau-pulau di Pasifik selatan yang dapat digunakan untuk mengisi pasokan makanan dan air tawar.
Ternyata lautan ini sangat luas sekali dan diluar proposal Magellan. Alih-alih perjalanan singkat, Armada Maluku berlayar selama tiga bulan dua puluh hari sebelum tiba di Guam dan kemudian Filipina. Perbekalan makanan dengan cepat membusuk saat armada melintasi Khatulistiwa pada 13 Februari 1521.
Akibatnya, seluruh kru menderita kelaparan dan beragam penyakit. Sebagian terkena penyakit kudis akibat kurang Vitamin C. Pigafetta mencatat 19 orang meninggal. Setelah terlibat bentrok dengan penduduk lokal di Guam dan hanya mendapat sedikit perbekalan, Armada Maluku yang kelaparan mencapai Filipina pada 16 Maret 1521.
Selain bertujuan mencari pulau rempah, Magellan juga membawa slogan Gold, Gospel, Glory di bawah Kerajaan Spanyol. Di Filipina, ada raja-raja lokal yang dapat menerima dan ada pula yang tidak. Mengetahui ada kerajaan yang menolak, Magellan melancarkan serangan militer. Dalam pertempuran di Mactan, Magellan dikalahkan oleh kerajaan yang dipimpin Lapu-lapu. Magellan sendiri tewas pada 26 April 1521.
Armada Maluku kabur dan kembali ke tujuan awal yaitu segera berlayar menuju Maluku membeli rempah-rempah dan kembali ke Spanyol. Namun, pengganti Magellan tidak memiliki kecakapan untuk memimpin serta tidak mengetahui rute menuju Maluku. Akibatnya, mereka hanya berputar-putar di sekitar perairan selatan Filipina dan utara Borneo.
Akhirnya, setelah beberapa kali pergantian Kapten Jenderal, Armada Maluku yang kali ini dikomandoi Martin Mendez dengan menyisakan dua kapal yaitu Victoria dan Trinidad tiba di Tidore, Kepulauan Maluku pada 08 November 1521. Di Tidore, mereka memuat kapal-kapal dengan cengkeh dan kayu manis dan membangun pos perdagangan.
Pada 15 Desember 1521, Armada Maluku kembali berlayar pulang ke Spanyol melalui Pasifik. Namun, Trinidad yang dikapteni Gonzalo de Espinosa kembali ke Tidore karena mengalami kebocoran. Untuk ini diputuskan bahwa Victoria akan berangkat ke Spanyol melalui rute barat yang lebih singkat sementara Trinidad tinggal untuk diperbaiki.
Karena jalur ini sepenuhnya wilayah kekuasan Portugis, untuk menghindari kapal-kapal dan pelabuhan Portugis, Victoria yang dikapteni Juan Sebastian ElCano mengembil rute yang melenceng dengan berlayar ke selatan dan berbelok memasuki lepas pantai selatan Jawa sebelum melintasi selatan Samudera Hindia pada 21 Desember 1521 tanpa mengisi logistik.
Sementara itu, Trinidad ditawan Portugis saat mencoba kembali berlayar melalui rute timur. Armada Maluku kini hanya tinggal kapal Victoria di mana pada 06 Mei 1522 berhasil melewati ujung selatan Afrika dan terus berlayar ke utara hingga mengisi perbekalan di Tanjung Verde pada 09 Juli 1522.
Di sana mereka menyamar sebagai armada Spanyol yang baru pulang dari Amerika. Seketika Portugis mengetahui kalau Victoria adalah kapal Spanyol yang membawa rempah dari Maluku. Kru yang sedang berada di darat ditahan. ElCano yang mengetahui kalau penyamaran mereka terkuak segera melayarkan Victoria kembali ke Sevilla, Spanyol dan tiba pada 06 September 1522.
Sebelumnya, di Tanjung Verde, awak kapal mendapati tanggal yang maju satu hari dari catatan mereka. Jadi sebenarnya mereka tiba di Tanjung Verde pada10 Juli 1522. Di kemudian hari, disepakati suatu garis penanggalan internasional untuk mengatur waktu dunia.
Pelayaran mengelilingi Bumi Armada Maluku disepakati untuk disebut dengan “Ekspedisi Magellan-ElCano”. Pelayaran yang dipenuhi rintangan menggambarkan betapa penting dan strategisnya posisi Indonesia kala itu sebagai pusat perekonomian lewat perdagangan rempah dunia. Peringatan jelang 500 tahun Ekspedisi Magellan-ElCano turut mengenang periode kejayaan rempah Indonesia.
Penulis: Dr. Yopi Ilhamsyah, Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh