Terusan Suez berada di sebelah timur Negara Mesir, berbatasan dengan Semenanjung Sinai. Terusan ini memiliki panjang 193 kilometer menghubungkan Laut Mediterania di utara dengan Laut Merah di selatan. Konon di sekitar daerah yang kini menjadi Terusan Suez inilah Nabi Musa bersama pengikutnya yang disebut Bani Israil menyeberangi lautan saat dikejar oleh Firaun.
Daerah ini merupakan laut sempit berupa celah di antara Mesir dan Semenanjung Sinai. Kedalaman laut di celah ini dangkal. Karena dangkal, pasang surut laut menjadi sangat dominan di sini. Jika kondisi bulan sedang purnama dan bulan baru, air laut dapat pasang setinggi-tingginya.
Sebaliknya dapat surut serendah-rendahnya pada kondisi bulan perbani yaitu pada saat bulan separuh. Sewaktu pembangunan Terusan Suez, celah ini dikeruk agar lebih dalam dan dibangun sistem hidrolik untuk mengontrol pasang surut sehingga kedalaman air stabil sehingga dapat dilewati oleh kapal bertonase berat.
Nabi Musa seorang yang menguasai ilmu pengetahuan ahli kelautan dan juga ahli astronomi. Beliau dapat mengetahui kapan kondisi laut sedang pasang-pasangnya serta surut-surutnya.
Pasang surut sendiri terjadi karena interaksi Bumi dengan benda-benda astronomis di langit seperti Bulan dan Matahari. Karena jarak Bulan lebih dekat dengan Bumi, gaya tarik menarik antara Bulan dan Bumi yang disebut gravitasi berpengaruh nyata terhadap pembentukan pasang surut laut di Bumi.
Jika letak Matahari, Bulan dan Bumi berada dalam satu garis lurus maka akan terjadi pasang maksimum. Namun, jika posisi Matahari, Bumi dan Bulan membentuk sudut 90 derajat maka air laut akan surut minimum.
Dalam kondisi laut yang surut, Nabi Musa berpikir akan dapat membawa umatnya (Bani Israil) menyeberangi celah Suez. Awalnya Firaun legowo Nabi Musa dan Bani Israil pergi meninggalkan Mesir. Walau bagaimanapun, Musa adalah anak angkat Firaun yang ditemukan istrinya kala hanyut di Sungai Nil ketika Musa masih bayi. Tujuan Nabi Musa selepas keluar dari Mesir adalah menuju tanah yang dijanjikan tuhan (Promised-Land).
Sumber-sumber sejarah meyakini Promised-Land berada di Palestina kini. Letak Palestina berada di timur laut. Oleh karenanya, Nabi Musa menempuh jalur ke timur dari delta Sungai Nil yang diyakini tempat bermukimnya masyarakat Mesir kala itu (kini Kairo) kemudian belok ke timur laut dan sampai di celah Suez sebelum menyeberang ke Sinai.
Ada pula sejarah yang menyebutkan bahwa lokasi Nabi Musa menyeberangi lautan bersama umatnya berada di Laut Merah. Kalau melalui Laut Merah berarti Nabi Musa dari delta Sungai Nil ke tenggara kemudian berbelok ke timur sehingga jalur yang dilalui menuju Palestina menjadi lebih jauh.
Selain itu, Jika melalui Laut Merah dibutuhkan banyak kapal untuk menyeberangi Bani Israil yang terdiri dari 12 suku. Inilah mengapa beliau mencari jalur di celah Suez yang jika dalam kondisi surut dapat dilalui dengan berjalan kaki tanpa menumpang wahana transportasi seperti kapal penyeberangan.
Nabi Musa mengetahui jalur ini karena pernah melarikan diri dari Mesir saat didakwa membunuh seorang penduduk Mesir. Dalam pelariannya, beliau sampai ke sebuah daerah di seberang dan bertemu dengan Nabi Syu'aib dan kemudian menikah dengan putri beliau.
Nabi Musa mulai memperhitungkan kapan waktu yang pas untuk keluar dari Mesir. Setelah mengamati pergerakan Bulan dan Matahari, Nabi Musa pun dapat mengestimasi waktu pemberangkatan yang tepat untuk meninggalkan Mesir.
Nabi Musa mengestimasi jika berangkat di saat yang tepat, ia dan pengikutnya akan sampai di tepi celah Suez saat laut sedang surut-surutnya sehingga dapat dilalui oleh Bani Israil. Dengan kata lain, perjalanan menuju Promised-Land sudah direncanakan dengan matang oleh Nabi Musa.
Setelah seluruh pengikut Nabi Musa (Bani Israil) meninggalkan Mesir, seketika penduduk Mesir mengeluh karena kehilangan tenaga kerja. Firaun berubah pikiran, keluarlah Firaun dan bala tentaranya mengejar Nabi Musa berikut Bani Israil untuk ditangkap dan dibawa kembali sebagai budak di Mesir.
Di tengah perjalanan, Nabi Musa mendapat kabar Firaun sedang mengejar mereka. Nabi Musa meminta Bani Israil agar bergegas mempercepat langkah. Akibatnya di luar estimasi, Nabi Musa dan Bani Israil tiba di tepi celah Suez lebih awal saat kondisi laut sedang pasang.
Sementara untuk tipe pasang surut harian ganda dengan dua kali pasang dan dua kali surut (semi diurnal), kondisi surut kembali masih harus menunggu selama 12 jam 24 menit. Nabi Musa meminta Bani Israil bersabar sembari menunggu surut.
Bani Israil yang kurang sabar terus mendesak Nabi Musa agar dicarikan jalan keluar. Nabi Musa memohon untuk terus bersabar. Setelah sekian lama menunggu, Bani Israil pun mulai memberontak.
Nabi Musa sudah mulai meliat tanda-tanda air laut akan surut. Untuk menenangkan kaumnya, Nabi Musa berdoa (memohon agar kondisi laut dapat lebih cepat surut). Beliau mendapat petunjuk untuk melempar tongkatnya dan air laut pun mulai surut, terus menyurut hingga dapat dilewati oleh Bani Israil.
Saat Firaun tiba di tepi celah Suez (12 jam kemudian), seluruh suku Bani Israil sudah berada di seberang. Ketika Firaun mulai memasuki celah Suez, air mulai pasang lagi. Karena sombong ia tidak menghiraukan air laut yang terus naik. Kuda perangnya terus dipaksa untuk melalui air yang sudah meninggi.
Di tengah celah, Firaun tersadar kalau ia tidak akan mungkin mencapai seberang dengan kondisi air laut yang terus naik. Firaun berupaya kembali, sambil berdoa kepada tuhan agar ia bisa diselamatkan sampai di tepian kembali. Namun, kondisi laut masih pasang dan pasang laut yang terus meninggi menenggelamkan Firaun sebelum ia mencapai tepian kembali.
Pasang surut sendiri termasuk kategori gelombang yang disebut Tidal Wave. Dalam proses naik dan turunnya air laut ketika pasang dan surut, massa air yang bergerak mengambil pola gelombang. Gelombang pasang ini yang akhirnya menenggelamkan Firaun di celah Suez ketika hendak berupaya kembali ke tepian setelah gagal mengejar Nabi Musa dan Bani Israil.
Dalam kalender islam, peristiwa Nabi Musa dan Bani Israil lolos dari kejaran Firaun terjadi pada 10 Muharram. Pada tanggal ini, umat muslim dianjurkan untuk berpuasa.
Penulis: Dr. Yopi Ilhamsyah, Dosen Oseanografi Fisik, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh