Mahasiswa PMM UMM, Ajak Masyarakat Lebih Peduli Isu Bullying

Tri Apriyani | rizky nur hidayati
Mahasiswa PMM UMM, Ajak Masyarakat Lebih Peduli Isu Bullying
Ilustrasi stop bullying. [Shutterstock]

Akun Instagram @bethelights_ yang dijalankan oleh mahasiswa gelombang 2 kelompok 7 KKN Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Universitas Muhammadiyah Malang telah berhasil menyelenggarakan Webinar Vol.1“Bullying From Biopsychology Perspective”. Penyelenggaraan webinar ini adalah salah satu bentuk program kerja kelompok bimbingan Dosen Pembimbing Lapang (DPL) Bapak  Jamroji, S.Sos., M.Comms yang bertujuan untuk menyuarakan #CampaignAgainstBullying.

Dalam webinar ini dibahas mengenai persoalan bullying yang masih marak terjadi di Indonesia. Sesuai dengan judul dan tema webinar yakni “Bullying From Biopsychology Perspective”, pembahasan dikaitkan dengan ilmu biopsikologi yang mengkaji kecenderungan seseorang untuk menjadi pelaku maupun korban bullying serta dampak dari bullying tersebut.

Webinar Bullying From Blopsychology Perspective
Webinar Bullying From Blopsychology Perspective

Webinar ini adalah webinar vol. 1 yang diselenggarakan oleh BeTheLights pada tanggal 7 Agustus 2020 kemarin. Dimulai pada pukul 15.00 WIB, peserta diberikan penyampaian materi dan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Kegiatan webinar ini kemudian ditutup dan berakhir pada pukul 17.00 WIB. Webinar ini dilaksanakan melalui aplikasi Google Meet dengan link yang dibagikan kepada para peserta yang sudah mendaftar sebelumnya.

Pembicara dalam acara ini adalah bapak Muhammad Salis Yuniardi, S.Psi., M.Psi, Phd yang merupakan seorang Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus Ketua Himpunan Psikologi Indonesia untuk daerah Malang. Beliau sudah memiliki banyak sekali pengalaman dan aktif dalam memberikan materi mengenai isu-isu Kesehatan Mental yang ada di Indonesia ini, salah satunya yaitu dampak dari perilaku bullying.

Tujuan diadakannya webinar dengan tema “Bullying From Biopsychology Perspective” ini untuk membahas apakah ada keterkaitan antara ilmu biopsikologi dengan kecenderungan seseorang untuk menjadi pelaku bullying maupun dampak yang dialami oleh korban bullying, sehingga diharapkan dapat meningkatkan perhatian masyarakat mengenai isu bullying yang semakin marak terjadi dan bukan hanya terjadi pada anak-anak namun dapat dialami juga oleh orang dewasa. Baik sebagai pelaku maupun sebagai korban.

Kesimpulan akhir dari webinar ini adalah tidak ada keterkaitan antara biopsikologi dengan kecenderungan seseorang untuk menjadi pelaku bullying, tetapi perilaku bullying itu dapat terbentuk dari pengaruh lingkungan sekitar yang kurang mendukung. Sedangkan dampak yang didapatkan oleh korban bullying biasanya akan mudah menjadi depresi sehingga berkemungkinan dapat berujung pada perilaku self-harm maupun bunuh diri. Semua bullies (para pelaku bullying) juga memiliki satu kesamaan yaitu seseorang atau sesuatu membuat mereka tidak merasa aman ataupun nyaman, oleh karena itu mereka mem-bully orang lain untuk membuat diri mereka merasa lebih baik.

Melalui sesi diskusi dan tanya jawab, para peserta menanyakan berbagai pertanyaan seputar pengalaman mereka dengan bullying. Beberapa pertanyaan yang diajukan contohnya yaitu “Bagaimana membantu teman yang kepercayaan dirinya menjadi rendah setelah jadi korban bullying? Bagaimana menghilangkan traumanya?”

Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh pemateri dengan menyarankan untuk mengajarkan melihat sesuatu dengan perspektif positif (mengatur pikiran), meningkatkan kepercayaan diri dengan menemukan passion dan mewujudkannya, dan percaya bahwa setiap individu pasti memiliki prestasi dalam satu hal. Menghilangkan trauma karena bullying juga dapat dilakukan dengan menyadari bahwa kejadian tersebut sudah terjadi di masa lalu dan mencoba untuk berorientasi ke masa depan. Jangan pendam berlarut-larut dan keluarkanlah emosi tersebut misalnya dengan cara bercerita, menulis diari, puisi, lagu dan lainnya.

Pertanyaan lain yang dilontarkan adalah “apakah benar bahwa korban bullying dapat mengalami kelainan di salah satu bagian otak yang dikaitkan dengan defisit kognitif, seperti gangguan kemampuan untuk fokus, berkonsentrasi, dan menyelesaikan tugas setelah mengalami bullying dari orang lain?”.

Pertanyaan kemudian dijawab oleh pemateri bahwa kecerdasan umumnya dibagi menjadi dua, yaitu kecerdasan intelektual (fluid intelligence) dan kecerdasan emosi (crystalized intelligence). Beliau juga mengatakan bagian kognitif yang terganggu pada korban bullying adalah kecerdasan emosi karena ketika orang tersebut mengalami bullying lalu memunculkan kecemasan atau tekanan batin dalam diri, maka akan berpengaruh pada hilangnya fokus dan atensinya sehingga mengarah pada defisit kognitif kecerdasan emosi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai defisit kognitif pada korban bullying, perlu dilakukan Tes Psikologi. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak