Sejarah Kebun Raya Bogor sebagai Pusat Botani Dunia di Masa Kolonial

Tri Apriyani | Annajmia Sofi I
Sejarah Kebun Raya Bogor sebagai Pusat Botani Dunia di Masa Kolonial
Laboratorium Treub di Kebun Raya Bogor yang ditujukan Untuk Para Ilmuwan Tamu (dokumentasi: Collectie Stichting Nationaal Museum van Wereldculturen)

Setelah perang Napoleon berakhir dan Hindia Belanda menjadi koloni kerajaan. Kerajaan Belanda berusaha mengembangkan sistem administratif yang dapat mengeksploitasi potensi alam koloni. Sehubung dengan hal tersebut para naturalis dan botanikus Eropa didatangkan untuk mempelajari potensi kekayaan alam koloni.

Pada tahun 1815 dikirim beberapa ilmuwan Eropa diantaranya penanggung jawab bidang geografi yaitu Jean Abraham Chretien Oudemans, penanggung jawab atas botani yaitu Caspar Georg Carl Reinwardt dan Franz Wilhelm Junghuhn kemudian penanggung jawab atas obat-obatan yaitu Willem Bosch.

Setelah lima tahun menetap di wilayah Hindia Belanda, botanikus Reinwardt memperluas misinya dengan membentuk Natuurkundinge Comissie atau Komisi Ilmu Alam.

Lembaga ini memiliki kebun yang terletak di sekeliling istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Buitenzorg yang sekarang lebih dikenal sebagai Bogor. Kebun inilah yang menjadi cikal bakal dari ‘s Land Plantentuin te Buitenzorg yang sekarang merupakan Kebun Raya Bogor.

Pada masa kepemimpinan Teysmann dan Treub, Kebun Raya Bogor secara aktif menjalin hubungan kerjasama dengan ilmuwan, kebun botani dan universitas luar negeri. Kebun Raya Bogor dikenal sebagai kebun raya tropis yang termasyhur di dunia.

Hal tersebut yang membuat Kebun Raya Bogor dipandang sebagai pos terdepan dalam jaringan botani internasional karena selain aktif berhubungan dengan para naturalis, botanikus dan ilmuwan asing.

Kebun Raya Bogor juga aktif mengirim berbagai spesimen tanaman langka dan menarik sekaligus melakukan pertukaran material herbarium dengan lembaga-lembaga di Belanda sampai Cape Colony di Afrika Selatan. Karena kepopulerannya, muncul gagasan bahwa Kebun Raya Bogor adalah pusat botani yang wajib dikunjungi oleh semua peneliti botani sebelum mereka tiada.

Kebun Raya Bogor secara aktif mengirim tumbuhan dan bunga langka ke Eropa dan Amerika, melakukan pertukaran herbarium dengan lembaga botani asing, mengirim tanaman ke beberapa Universitas di Belanda, melakukan pertukaran material spesimen dengan kebun raya luar negeri dan bekerja sama dengan penerbitan Belanda untuk menerbitkan jurnal mereka.

Kebanyakan prestise sebuah lembaga seperti kebun raya diciptakan oleh para ilmuwan yang mengunjunginya sekaligus memanfaatkan fasilitas penelitian dan menyebarkan kabar tentang kesempatan ilmiah yang disediakan oleh lembaga tersebut.

Oleh karena itu, pada tahun 1884, Treub selaku direktur kebun raya, membangun sebuah laboratorium yang terbuka bagi semua ilmuwan tamu. Ia secara terbuka menyatakan bahwa ingin menjadikan Kebun Raya Buogor sebagai pusat botani tropis yang terbuka bagi para ilmuwan tamu.

Beberapa ilmuwan tamu Kebun Raya Buitenzorg antara lain adalah Gottlieb Haberlandt, Andreas Schimper, Jean Massart, dan David Fairchild. Ilmuwan tamu yang paling terkenal yang pernah mengunjungi Kebun Raya Buitenzorg adalah Ernest Haeckel yang berkunjung pada tahun 1900.

Haeckel berkunjung untuk melakukan penelitian mengenai plankton air tawar dan mengumpulkan koleksi bahan-bahan untuk museum zoologi di Jena. Selama dekade pertama berdirinya laboratorium tamu tersebut, tercatat 46 orang ilmuwan asing yang berkunjung, mayoritas berasal dari Belanda dan Jerman. Kemudian meningkat menjadi sebanyak 154 orang ilmuwan asing.

Kebun Raya Bogor juga menjadi rujukan Amerika yang ingin membangun kebun raya di wilayah koloni baru mereka di Filipina. Mereka mengirim utusan botani pada 1902. Utusan yang dikirimkan ke Kebun Raya Bogor adalah Elmer Merril.

Tujuan pengiriman utusan ini adalah untuk membentuk disiplin ilmu pengetahuan alam yang serupa dengan yang dilakukan oleh Kebun Raya Bogor di Manila, tempat Merril menjabat sebagai staf botani di biro kehutanan Filiphina yang baru saja didirikan oleh Amerika di wilayah koloni mereka.

Merril memotret keadaan di Kebun Raya Bogor, merancang pertukaran terbitan antara Kebun Raya Manila dan Kebun Raya Bogor, memesan spesimen-spesimen herbarium dari jenis-jenis pohon yang diperkirakan akan bisa tumbuh di Filipina dan melakukan pengamatan cermat tentang kegiatan penyusunan proyek penerbitan Flora Hutan Jawa.

Referensi: ‘s Land Plantentuin te Buitenzorg in 1850| Report on Investigations Made in Jawa in the Year 1902| KITLV| Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan dari Hindia Belanda Sampai Orde Baru

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak