Memahami Pemikiran Dialektika Hegel, Filsuf Asal Jerman

Tri Apriyani | Donni Rizki
Memahami Pemikiran Dialektika Hegel, Filsuf Asal Jerman
GWF Hegel. [DW]

George Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf dan idealis Jerman, dia percaya bahwa jiwa adalah realitas tertinggi. Hegel mengemukakan teori dalam bukunya "Philosophy of History", yang didasarkan pada kenyataan bahwa negara adalah realitas progresif dari kesatuan pemikiran dengan nalar. Ia percaya bahwa negara adalah perwujudan dari kebebasan obyektif dan keinginan subyektif, dan merupakan organisasi kebebasan yang rasional, jika dibiarkan bertindak, sebenarnya sewenang-wenang.

Dia menggunakan dialektika untuk menjelaskan pandangannya. Sementara itu, dialektika merupakan konsep yang bertentangan dengan persatuan, di mana semua proses yang berlangsung selalu berbenturan satu sama lain sebelum akhirnya mengarah pada persatuan.

Dialektika sebagai suatu proses meliputi tiga tahap, tahap pertama disebut tesis, kemudian tahap kedua negatif  atau disebut anti tesis, dan tahap ketiga terakhir disebut sintesis, yaitu menyatukan atau mendamaikan dua tahap pertama.

Hegel meyakini bahwa tugas filsuf sejarah adalah menemukan rasionalitas sejarah, yaitu menemukan makna tujuan dalam keseluruhan proses sejarah, dan mencoba menjawab apakah sejarah hanyalah rangkaian peristiwa yang saling terkait? Menurut Hegel, hipotesis utama dalam metode sejarah hanya ada satu, yaitu sebab atau tujuan, sehingga sejarah ada (terjadi) dalam proses yang wajar. Menurutnya, dalam filsafat sejarah, pengertian utama adalah budi.

Budi aktif di dua bidang. Bidang pertama, sebagai jiwa obyektif, budi menguasai segala sesuatu dalam realitas objektif, fakta ini menunjukkan keteraturan sesuai dengan kaidah atau prinsip nasional. Hegel menyebut alam kedua sebagai jiwa subjektif.

Diskriminasi antara semangat obyektif dan subyektif terus menerus, ini pada dasarnya adalah proses sejarah, bertemu satu sama lain dalam sintesis tertinggi, semangat absolut. Disebut jiwa absolut karena ruh objektif memisahkan diri dari dikotomi antara subjek dan objek. Ketika tahap spiritual absolut tercapai, sejarah selesai. Sejarah bergerak menuju tujuan.

Ia percaya bahwa keberadaan esensi spiritual absolut adalah tidak terikatan atau kebebasan. Belakangan muncullah bagian dari konsep sosial dan politik negara. Kebebasan sejati terjadi dalam keadaan rasionalitas, dalam keadaan ini kesadaran diri secara sukarela dipatuhi oleh hukum oleh orang-orang yang menyadari (secara sadar) sebagai bagian dari budaya mereka.

Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan non individualisme, karena kebebasan individualisme akan selalu melahirkan anarki. Perkembangan kebebasan dalam sejarah manusia dapat dilihat pada berbagai tahapan perkembangannya.

Hegel membedakan tiga jenis tulisan sejarah berdasarkan perbedaan antara semangat obyektif, semangat subyektif dan semangat absolut. Pertama-tama, menulis sejarah asli, yaitu laporan seseorang tentang peristiwa di masanya sendiri. Kedua, karya sejarah reflektif yang jauh dari masa lalu sehingga menciptakan ruang untuk evaluasi subjektif.

Kebenaran masa lalu dapat ditelusuri kembali ke pelajaran sebelumnya atau melalui diskusi serius. Ketiga, karya sejarah dan filsafat. Selama penulisan sejarah masih dalam taraf semangat subyektif, pemahamannya tentang masa lalu belum lengkap, sehingga perlu diperbaiki. Kesempurnaan semacam ini terjadi secara filosofis dalam sejarah filsafat, yaitu ekuivalen dengan spirit absolut.

Pokok-Pokok Pikiran (Filsafat) Hegel.

Untuk menjelaskan filosofinya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode. Dialektika Hegel berarti rekonsiliasi, kompromi yang berlawanan.

Proses dialektika selalu mencakup tiga tahap. Tahap pertama (tesis) menghadapi antitesis (tahap kedua), dan terakhir tahap ketiga (sintesis) muncul. Dalam sintesis itu, argumen dan pertentangan menghilang. Bisa juga tidak hilang, tetap ada tetapi menjadi atau berada di tingkat yang lebih tinggi.  Sintesis menjadi menjadi tesis baru, menghadapi antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan begitu seterusnya.

Tesis adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh pendapat-pendapat yang dikemukakan, kemudian antitesis adalah ungkapan pendapat yang bertentangan dengan tesis. Sedangkan sintesis merupakan paduan (campuran) dengan berbagai pendapat, sehingga menjadi satu kesatuan yang baru.

Daftar Rujukan

  • Magnis-Suseno, F. (1992). Filsafat sebagai ilmu kritis. Penerbit PT Kanisius.
  • Mure, G. R. G. (1940). An introduction to Hegel (p. 61). Oxford: Clarendon Press.
  • Zizek, S., & iek, S. (2012). Less than nothing: Hegel and the shadow of dialectical materialism. Verso Books.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak