Belajar Daring dan Kualitas Masa Depan Pelajar

Tri Apriyani | ERNILA
Belajar Daring dan Kualitas Masa Depan Pelajar
Ilustrasi belajar daring (foto by Julia M Cameron/pexels.com)

Pandemi Covid-19 memberikan dampak bagi sektor pendidikan yakni perubahan proses belajar mengajar. Praktek pendidikan mulai dari kalangan taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, SMP, SMA hingga perguruan tinggi mengalami hambatan yang sangat memberikan dampak kesulitan untuk tenaga pengajar maupun peserta didik.

Direktur Sekolah Dasar Kemendikbud, Sri Wahyuningsih, dalam diskusi virtual nya mengatakan “Memang kita tidak bisa menuntut kualitas terhadap target kurikulum di masa pandemi. Karena yang menjadi tujuan utama adalah menjaga keselamatan dan kesehatan peserta didik, keluarga dan guru”

Dirupsi Pendidikan yang merupakan asset bangsa dimasa seperti ini menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan betul oleh pemerintah. Dimulai dari 15 maret 2020 hampir seluruh wilayah Indonesia mengubah system belajar mengajar (KBM) dengan cara daring dan menggunakan beberapa platfrom yang tersedia. Permasalahan Pendidikan Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga saat ini pun masih kompleks, salah satu nya yakni kualitas output Pendidikan yang masih jauh dari pencapaian tujuan Pendidikan itu sendiri. Ditambah lagi dengan adanya pandemi yang mengharuskan seluruh masyarakat menjalankan PSBB sehingga akan membatasi interaksi antara guru dan murid.

Saat ini para pelajar dihadapkan dengan gadged yang menjadi sarana pembelajaran mereka dan setiap harinya diharuskan untuk berdampingan. Selain dari ketidak efektifan proses belajar, hal-hal yang di khawatirkan akan penyalahgunaan gadged pada kalangan pelajar pun sering kali terjadi. Masih banyak dari mereka yang menggunakan gadged dengan membuka sistus web yang tidak mendidik atau malah kecanduan game, hal itu dapat mempengaruhi konsentrasi dan minat belajar itu sendiri. Hal tersebut salah satu bentuk kekhawatiran masa depan para pelajar terutama bagi orang tua.

Hasil survei UNICEF pada juni 2020 melalui kanal U-report dan memberikan 9 pertanyaan telah menyasar lebih dari 4.000 responden dengan presentase 42% pelajar laki-laki dan 58% pelajar perempuan di 34 provinsi kini memberikan informasi bahwa mereka ingin kembali belajar disekolah. pada pertanyaan “bagaimana perasaan kamu selama periode belajar dari rumah” 69% menjawab bosan. Selanjutnya pada pertanyaan “apa tantangan kamu belajar dirumah” 38% menjawab kurangnya bimbingan dari guru, 35% menjawab akses internet tidak lancar, sisanya menjawab lain-lain.

(Sumber data : https://indonesia.ureport.in/opinion/4283/)

Mengenai hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas Pendidikan era pandemi ini sangat menurun, dimana materi pembelajaran yang di sampaikan oleh tenaga pendidik tidak dapat diserap dengan baik oleh para pelajar. Bagaimanapun hakikat keberhasilan belajar mengajar adalah dilihat dari pelajar yang menguasai materi yang diberikan oleh guru.

Lalu permasalahan masa depan yang kerap menjadi topik pembicaraan akhir-akhir ini yakni, “Bagaiamana kualitas pelajar jika terus menerus menjalankan pembelajaran yang kurang efektif dan tidak nyaman bagi mereka?” Hal ini tentu membuat orang tua terkhusus para pelajar merasa was-was akan masa depan mereka. Jika hal ini akan berlangsung lama maka tentu akan bepotensi pada penurunan sumber daya manusia di masa yang akan datang.

Seperti yang dikatakan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim yakni “Be fearless, walau ada rintangan, kita pasti bisa melewati itu semua apa pun hambatannya”. Kata-kata ini penuh dengan makna jika di kaitkan dengan kondisi sekarang ini. Tentunya masa depan anak berada di Pundak mereka masing-masing. Saya sangat berharap agar pandemi ini segera berlalu sehingga pemerintah dapat menemukan solusi untuk mengangkat Kembali efisiensi proses belajar mengajar supaya sumber daya manusia di negeri ini tidak tertinggal terlalu jauh lagi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak