Cecah Reraya, Kearifan Lokal Suku Gayo Warisan Endatu

Rendy Adrikni Sadikin | Eureka
Cecah Reraya, Kearifan Lokal Suku Gayo Warisan Endatu
Ilustrasi cecah reraya. (instagram.com/etnisgayo)

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata “Gayo”? Ya, benar. Kopi Gayo. Bagi pecinta kopi pastinya sudah tidak asing lagi dengan salah satu kopi terbaik dunia yang berasal dari tanoh (tanah) Gayo ini. Suku Gayo sendiri adalah salah satu suku di provinsi Aceh yang mendominasi wilayah Aceh Tengah, Bener Meriah, dan juga Gayo Lues.

Tidak hanya kopi dan destinasi wisata, suku Gayo juga memiliki berbagai penganan khas tradisional warisan endatu dengan cita rasa unik, lho! Salah satunya adalah cecah.

Cecah adalah makanan yang diolah tanpa proses dimasak. Cecah juga terdiri dari beberapa jenis, mulai dari cecah terasi, cecah terong angur (terong belanda), cecah ries (batang pohon pisang muda), cecah bajik (bakal buah nangka), hingga cecah reraya (hari raya atau lebaran).

Berbicara tentang cecah reraya, hidangan tradisional suku Gayo ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, lho! Sesuai namanya, masyarakat Gayo biasanya menyajikan cecah yang terbuat dari kulit, hati, dan daging sapi atau kerbau ini hanya saat hari Raya Idul Fitri saja.

Cecah reraya yang tercipta karena kreativitas endatu suku Gayo dalam memanfaatkan sisa makan agar tidak terbuang percuma, kini menjadi menu wajib saat menyambut hari kemenangan pada 1 Syawal.

Cecah ini dipercaya berkhasiat untuk mencegah gangguan organ pencernaan karena terlalu banyak menyantap hidangan Hari Raya dan untuk menetralisir pencernaan setelah berpuasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan.

Hal ini dikarenakan penggunaan kulit kayu dari pohon uwing atau tingkem (bischofia javanica blume) yang mengandung berbagai senyawa kimia alami yang bermanfaat bagi tubuh, seperti protein, karbohidrat, tanin, flavanoid, lanersetin, sitosterol, asam stearat, asam limolenat, asam palminat, serat, kalsium, kalium, magnesium, dan vitamin c (https://aeknauli.org/sikkam-bischofia-javanica-blume-sebagai-obat-tradisional/).

Adapun bumbu-bumbu yang dipakai adalah bawang merah, bawang putih, merica, lengkuas, jahe, serai, ketumbar, kelapa gongseng, dan juga garam. Bahan spesial dari penganan ini adalah kulit pohon uwing atau tingkem (bischofia javanica blume). Selain itu, untuk menambah cita rasa segar pada cecah, wajib untuk menambahkan perasan jeruk nipis.

Sebelum meracik cecah reraya, kulit sapi atau kerbau harus mendapat perlakuan khusus terlebih dahulu. Kulit tersebut harus dipanggang hingga semua bulunya hangus terbakar. Kemudian bagian yang hangus diserut dengan pisau dan kulit direbus hingga lunak. Setelah diraca cukup lunak, kemudian daging dan kulit tersebut dipotong dalam bentuk dadu berukuran kecil.

Adapun cara meracik cecah reraya adalah dengan mencampur semua bumbu yang digiling halus dengan irisan bawang merah dan serai, daging, hati, dan kulit. Kemudian ditambahkan dengan kulit ari dari pohon uwing atau tingkem (bischofia javanica blume) yang diperas dengan air. Jangan lupa untuk menambahkan garam dan perasan dari 4-5 buah jeruk nipis atau sesuai selera. Setelah semua bahan tercampur rata, cecah reraya siap disajikan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak