Curhat Pedagang Kaki Lima di Area Pasar Beringharjo Yogyakarta Soal Dampak PPKM Darurat

Hernawan | Fathyah
Curhat Pedagang Kaki Lima di Area Pasar Beringharjo Yogyakarta Soal Dampak PPKM Darurat
Pengawasan ketat PPKM Darurat di Yogyakarta (Doc:Fathyah Rahmaniah).

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa Bali resmi diberlakukan sejak Sabtu (3/7/2021) dan sedianya akan berakhir pada 20 Juli 2021 nanti. Penetapan kebijakan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 itu sudah memberikan dampak di sejumlah daerah.

Beberapa dampak yang dirasakan baik itu negatif maupun positif tentu menjadi perdebatan sengit di masyarakat. Ada yang pro dengan PPKM, meski sebagian lain harus menjalankannya dengan berat hati.

Pemberlakuan PPKM di Yogyakarta sudah mulai aktif dilaksanakan sejak hari Minggu (4/7/2021) lalu. Kondisi kota Yogyakarta sepi dan tertib, hanya beberapa toko saja yang dibuka, seperti tempat makan yang hanya beroperasi mulai dari jam 9 pagi hingga 8 malam.

Seperti halnya toko sembako, mal, dan beberapa pusat perbelanjaan juga mulai aktif menerapkan PPKM darurat yang mana mereka hanya beroperasi dari jam 9 pagi hingga 8 malam. Bahkan di antara mereka ada yang menutup sementara toko hingga tanggal 20 Juli.

Satpol PP dan aparat Polisi dikerahkan untuk mengawasi, menertibkan, dan membubarkan tempat-tempat kerumunan yang ada di kota Yogyakarta. Hal ini dirasa penting lantaran berkerumun berpotensi menularkan virus lebih luas.

Masih banyak beberapa pengunjung yang datang di Malioboro sumber: dokumen pribadi Fathyah Rahmaniah
Masih banyak beberapa pengunjung yang datang di Malioboro sumber: dokumen pribadi Fathyah Rahmaniah

Untuk beberapa sektor pariwisata seperti halnya di Jalan Malioboro dan sekitar pasar Beringharjo, PPKM Darurat menjadi kesulitan yang mendalam bagi para pedagang, khususnya pedagang kaki lima.

Seperti yang kita ketahui, Yogyakarta sudah memasuki puncak zona mera penyebaran virus corona. Maka dari  itu, pemerintah setempat menutup sementara kegiatan di Jalan Malioboro dan Pasar Beringharjo.

Beberapa tempat yang buka hanya tempat makan dis ekitar kantor DPRD DIY saja. Untuk Pasar Beringharjo, pedagang asongan disepanjang jalan Malioboro, serta mal ditutup rapat. Kendati demikan masih banyak wisatawan yang datang untuk sekedar berjalan di sekitar Malioboro.

Salah satu pedagang daster batik di pasar Bringharjo bernama Intan (nama disamarkan) mengungkapkan pada wawancaranya mengenai dampak yang dia rasakan selama PPKM darurat berlangsung. 

"Dulu sebelum PPKM pun waktu jaman ramai-ramainya virus Corona datang saya sampai harus rugi banyak untuk berjualan daster dan baju. Karena barang yang dijual sebelum corona pun suka gak laku mbak apalagi sekarang." ungkapnya.

"Kemarin juga sudah agak membaik eh sekarang ada lagi aturan PPKM. Saya benar-benar berharap semoga ini gak lama kayak dulu" tambahnya. 

Intan juga mengungkapkan bahwa yang paling banyak dirugikan adalah para pedagang baju, aksesoris, dan mainan yang biasa dijual di sekitar Malioboro dan di dalam Pasar Beringharjo.

Para pedagang kecil ini mengeluh tentang pemasukan yang sedikit semenjak virus Corona, lalu ditambah lagi dengan kebijakan PPKM Darurat ini. Pada saat yang bersamaan juga beberapa pedagang harus membayar sewa lapak tempat mereka berjualan, sementara pemasukan mereka sedikit atau benar-benar tidak ada. 

Di akhir wawancara, Intan mengatakan bahwa mereka tidak sempat menyelamatkan beberapa barang yang ada di toko karena Pasar Beringharjo ditutup hingga tanggal 20 Juli.

Akan tetapi, untuk bagian Timur Pasar Beringharjo tetap buka dikarenakan bagian tersebut khusus untuk sembako. Para pedagang ini berharap agar PPKM Darurat tidak berlarut-larut dan diberlakukan sedikit pergantian buka beberapa bagian Pasar Beringharjo agar tidak benar-benar tutup semua (khusus pedagang baju, aksesoris dan sebagiannya).

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak