Presiden Joe Biden Dikecam Senator Partai Republik McConnell

Hikmawan Muhamad Firdaus | Intan Kurrota
Presiden Joe Biden Dikecam Senator Partai Republik McConnell
Presiden AS Joe Biden. [Saul Loeb/AFP]

Pemimpin Minoritas Senat Republik Mitch McConnell mengecam Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Rabu (12/1/2021), menuduhnya memperluas perpecahan politik AS dengan ambisinya mereformasi hak suara dan seruan untuk mengubah aturan Senat.

"Kami memiliki presiden yang sedang duduk menyerukan Perang Saudara, berteriak tentang totalitarianisme dan melabeli jutaan orang AS sebagai musuh domestiknya?" jelas McConnell dalam pidatonya di kantor Senat, disadur dari AFP, Kamis (13/1/2021).

"Kemarin, dia menuangkan bensin ke dalam api,"  tegas McConnell.

Biden, dalam sebuah pidato di Atlanta, Georgia, pada Selasa (11/1/2021), menyerukan jeda dalam pemerintahan supermajority Senat, sehingga Demokrat dapat mengesampingkan Partai Republik terhadap reformasi hak suara, yang ia sebut penting untuk menyelamatkan demokrasi Amerika Serikat.

Joe Biden mengatakan Partai Republik mengeluarkan Undang-Undang setempat yang dirancang untuk menekan suara dan menumbangkan pemilihan yang dimenangkan oleh Partai Demokrat.

"Sejarah tidak pernah baik kepada mereka yang memihak penindasan pemilih atas hak-hak pemilih, "kata presiden dari Partai Demokrat tersebut dalam pidatonya. "Saya bertanya kepada setiap pejabat terpilih di AS bagaimana Anda ingin diingat?" jelasnya.

Joe Biden akan bertemu dengan Senat Partai Demokrat pada hari Kamis (13/1/2021) untuk membahas hak suara dan mengubah aturan Senat untuk menghindari serangan dari oposisinya yakni Partai Republik.

Gedung Putih menjelaskan bahwa Biden akan menghadiri jamuan makan siang Senat Kaukus Partai Demokrat  untuk membahas kebutuhan mendesak untuk meloloskan Undang-Undang yang akan melindungi hak konstitusional untuk memilih.

Dalam pidatonya, Biden menantang Demokrat di Senat untuk mendukung dua RUU yang sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mayoritas Demokrat, yang akan memperluas akses ke tempat pemungutan suara dan mencegah praktik yang katanya digunakan untuk menekan pemilih kulit hitam dan Demokrat lainnya.

Sedikitnya 50 Demokrat di Senat yang beranggotakan 100 orang mendukung dua RUU tersebut, tetapi di bawah persyaratan supermajority saat ini, 60 suara diperlukan untuk membawa mereka ke lantai. Biden juga menjelaskan jika Partai Republik tidak bekerja sama maka persyaratan supermajority, yang disebut filibuster, harus di lemparkan untuk mendapatkan tindakan melalui hak suara.

"Kami tidak punya pilihan selain mengubah aturan Senat termasuk menyingkirkan filibuster ini, "katanya.

Pidato Joe Biden tersebut langsung memicu amarah dari McConnell, senator konservatif dari Kentucky yang menjabat sebagai pemimpin mayoritas sampai Partai Republik kehilangan kendali atas Senat dalam pemilihan 2020. "Perkataan kasar Presiden kemarin tidak benar, tidak koheren dan di bawah tekanan," kata McConnell. Ia juga menyebut pidato itu sebagai penghasutan.

"Biden menyapaikanpidato yang sengaja dirancang memecah belah untuk memisahkan negara kita lebih jauh," katanya. "Untuk mejelek-jelekkan orang AS yang tidak setuju denganny. Mayoritas senator bipartisan untuk pengkhianat literal," kata McConnell.

McConnell mengatakan dia secara pribadi menyukai dan menghormati Biden, yang menghabiskan puluhan tahun di senat, tetapi ia mengaku tidak mengenali pria yang berdiri di podium dan berpidato tersebut.

Setelah menyampaikan kecamannya, Biden langsung membalas pernyataan McConnell. "Saya suka Mitch McConnell, dia seorang teman," jelas Biden. Tak lama kemudian, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menolak kritik terhadap pidato Biden pada hari Selasa tersebut.

"Apa yang jauh lebih ofensif adalah upaya untuk menekan hak dasar orang untuk berolahraga. Siapa yang ingin mereka pilih," katanya.

Demokrat menuduh legislatif negara bagian yang dikuasai Republik memberlakukan undang-undang yang bertujuan membatasi hak suara minoritas, dan membatasi pemungutan suara awal dan pemungutan suara mail-in dalam upaya untuk menekan dukungan Partai Demokrat.

Langkah ini membutuhkan dukungan Partai Demokrat secara bulat untuk dapat terjadi. Setidaknya dua senator konservatif  Demokrat Joe Manchin dari Virginia Barat dan Kyrsten Sinema dari Arizona menunjukan skeptisnya terhadap RUU tersebut.

Manchin dan Sinema akan menjadi dua senator yang akan dibujuk Biden pada makan siang Senat hari Kamis. Freedom to Vote Act dirancang untuk memudahkan warga AS memberikan suaranya dengan memperluas pemungutan suara mail-in dan menjadikan Hari Pemilihan sebagai hari libur resmi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak