Hari ini, Selasa (8/3/2022), Tugu Jogja tengah feminis-feminisnya. Berbagai kalangan dari beragam usia menenteng aneka poster dengan keresahan yang sama. Sebab tepat hari ini, dunia serentak merayakan Hari Perempuan Internasional atau International Women’s Day (IWD). Kali ini, IWD Jogja 2022 mengusung tema #BreakTheBias. Dikutip dari laman resmi International Women’s Day, slogan #BreakTheBias diusung untuk mehilangkan bias pada diri perempuan.
Sebab, Puan, bias “kotor” yang menodai perempuan membuat mereka kerap kesulitan mengambil keputusan dan bergerak dalam penghidupan. Alhasil, membuat perempuan kesusahan mengambil keputusan-keputusan baik sekaligus hak mereka sebagai manusia, karena terbatasi oleh stigma dan nilai-nilai lingkungan.
Oleh karena itu, kampanye #BreakTheBias diangkat sebagai ruang aman dan melengserkan stigma-stigma jahat yang membelit tubuh perempuan dari ujung pala hingga pangkal kaki. Agar setidak-tidaknya kata aman-nyaman dan perempuan agak dekat dengan kata amin.
Meski perempuan menjadi tokoh utama dalam perayaan, namun IWD Jogja 2022 juga membawa segenap identitas yang berada pada satu garis penindasan serupa. Seperti kelompok LGBTQIA+, masyarakat Papua, Wadon Wadas, dan segala minoritas yang terpinggirkan. Aksi bergulir dari pukul 13.00 hingga matahari Jogja nyaris sampai di garis benamnya.
Namun, suara-suara lantang dari perempuan yang meneriakkan segala macam ketidakadilan dan penindasan yang berakar dari satu borok patriarki itu, tetap menggelegar hingga 42 tuntutan selesai dibacakan.
Tuntutan utama IWD 2022 di Jogja berisi “Sahkan RUU PKS" (Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual) yang kini dipreteli menjadi RUU PTKS (Rancangan Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual) dan hingga saat ini belum juga disahkan. Seperti yang kita tahu, RUU PKS telah melewati jalan panjang penuh darah dan perjuangan sejak tahun 2017, dengan tujuan memberikan payung keadilan bagi para penyintas kekerasan seksual dan minoritas.
Hal menarik lainnya dari perayaan IWD 2022 di Jogja kali ini, para peserta mengenakan berbagai outfit guna mempertegas pesan-pesan yang mereka bawa. Salah satu peserta IWD 2022 Jogja, Syifa, mengaku menggunakan atasan berwarna hitam sebagai simbol duka atas matinya keadilan. Sementara bagian celana berwarna ungu, tambahnya, untuk mengisyaratkan wujud kepedulian anti kekerasan terhadap perempuan.
Hampir serupa dengan Syifa, seorang transpuan mendatangi perayaan IWD Jogja 2022 dengan pakaian yang mempertegas identitas gender yang ia yakini. Kain yang membalut tubuhnya merupakan refleksi dari pride flag transgender.
Selain mereka berdua, begitu banyak para peserta yang meramaikan IWD 2022 Jogja dengan berbagai atribut-atribut pesan begitu dalam. Balutan kain atau aksesoris yang melengkapi indahnya perayaan tentu tak sekadar membawa pesan atau pelengkap belaka, melainkan cara menyiasati kebebasan bereskpresi kelompok minoritas yang kerap direpresi, dipersekusi, dan dikriminalisasi oleh negara.
Terakhir, perempuan dan segala minoritas lain memang akan selalu digempur dan dipinggirkan oleh negara itu sendiri. Namun, selama itu pula napas panjangnya akan terus lahir. Selamat Hari Perempuan Internasional!