Google Doodle selalu menyajikan tampilan terbaru yang menarik hampir setiap harinya. Hari ini, 16 November, giliran angklung, alat musik tradisional terbuat dari bambu, yang ditampilkan dalam logo Google tersebut. Yuk kita kenalan dengan alat musik yang menggunakan tangga nada pentatonik ini.
Ada dua jenis bambu yang digunakan untuk membuat angklung, yakni bambu hitam (awi mulung) dan bambu ater (awi temen). Instrumen ini dirangkai dengan tali rotan dan sebanyak 2 sampai 4 bambu yang memiliki ukuran berbeda. Inilah yang menyebabkan setiap bilah bambu angklung menghasilkan nada yang berbeda. Dan jika dimainkan bersama akan menghasilkan melodi yang enak didengar telinga.
Banyak sumber sejarah yang menyebutkan bahwa kata angklung diambil dari bahasa Sunda, yaitu “angkleung-angkleung” yang berarti gerakan mengikuti alunan musik. Dan, kata “klung” merupakan bunyi nada yang dihasilkan dari alat musik tersebut.
Angklung diperkirakan sudah dikenal di Indonesia sebelum ajaran Hindu masuk. Jaap Kunst dalam Music in Java menyebutkan bahwa, meskipun terkenal sebagai alat musik Jawa Barat, angklung juga ada di Sumatera Selatan dan Kalimantan. Sejarah mencatat bahwa angklung di Tanah Pasundan mulai digunakan pada masa Kerajaan Sunda, permainan angklung di masa itu dilakukan untuk pemujaan terhadap Nyi Sari Pohaci, perwujudan Dewi Sri, Dewi Padi.
Kisah yang tercatat di dalam kidung Sunda mengatakan bahwa angklung dimainkan untuk membakar semangat para prajurit yang maju ke medan perang. Sementara itu, di masa modern, angklung digunakan untuk pertunjukkan menyambut tamu internasional, alat diplomasi dan sosial healing.
Jenis-Jenis Angklung di Indonesia
Seiring berjalannya waktu, saat ini banyak jenis angklung baru yang bermunculan di Indonesia, ini dia jenis-jenis angklung yang ada.
- Angklung Kanekes
Angklung jenis ini berasal dari Baduy dan hanya orang-orang Suku Baduy Dalam saja yang membuat angklung ini. Tidak seperti angklung lainnya, angklung Kanekes ditampilkan pada saat upacara menanam padi.
- Angklung Reog
Angklung reog digunakan sebagai pengiring musik dalam pertunjukan Reog Ponorogo, Jawa Timur. Alat musik ini punya ciri khas, yaitu suaranya yang berbeda dari angklung pada umumnya. Disebut juga dengan angklung kluk, angklung ini hanya memiliki dua nada dan suaranya sangat nyaring.
- Angklung Banyuwangi
Angklung asal Banyuwangi ini memiliki bentuk yang menyerupai calung. Tapi, nadanya sangat khas budaya Banyuwangi.
- Angklung Bali
Angklung dari Bali ini digunakan untuk mengiringi upacara Ngaben yang dilakukan dari rumah sampai proses kremasi.
- Angklung Gubrag
Angklung gubrag yang tergolong instrumen tua ini berasal dari Kampung Cipining, Digudeg, Bogor. Konon, angklung gubrag mulai ada saat kampung Cipining mengalami paceklik berkepanjangan. Angklung gubrag digunakan untuk menghormati Dewi Padi dan ditampilkan dalam kegiatan menanam padi, mengangkut padi, menempatkan sampai dimasukkan ke lumbung padi.
- Angklung Dogdog Lojor
Dogdog lojor adalah nama sebuah tradisi penghormatan bagi Dewi Padi. Karena digunakan dalam prosesi ritualnya, angklung ini dinamakan demikian. Tradisi dogdog lojor dilakukan oleh masyarakat di Kasepuhan Pancer Pangawin, daerah Kesatuan Adat Banten Kidul.
- Angklung Badeng
Angklung badeng berasal dari Garut. Awalnya alat musik ini digunakan sebagai pengiring ritual menanam padi, tapi saat ajaran Islam masuk ke wilayah ini, angklung badeng digunakan untuk mengiring dakwah.
- Angklung Padaeng
Angklung padaeng diciptakan oleh Daeng Soetisna tahun 1938. Beliau banyak melakukan modifikasi pad struktur batang angklung sehingga menciptakan nada diatonik.
- Angklung Toel
Diciptakan oleh seniman Jawa Barat, Kang Yayan Udjo pada tahun 2008, angklung toel mempunyai rangka yang tingginya mencapai pinggang orang dewasa. Angklung ini dimainkan dengan cara ‘ditoel sehingga angklung bergetar akibat adanya getaran karet di angklung tersebut.
Jadi, angklung merupakan salah satu alat musik tradisional yang sudah populer sampai ke mancanegara. Angklung mempunyai nilai filosofis. Ia dimainkan secara berkelompok, dan menurut karuhun orang Sunda, angklung adalah simbol bahwa manusia harus hidup berdampingan dan bersosialisasi dengan sesama manusia dan alam sekitar.