Serunya Heritage Trailblazer, Jelajah Cagar Budaya Yogyakarta Bersama Komunitas Malam Museum

Sekar Anindyah Lamase
Serunya Heritage Trailblazer, Jelajah Cagar Budaya Yogyakarta Bersama Komunitas Malam Museum
Komunitas Malam Museum "Heritage Trailblazer" (istimewa)

Komunitas Malam Museum sukses mengadakan acara kegiatan bertajuk "Heritage Trailblazer" pada Rabu hingga Kamis, 31 Mei 2023 - 1 Juni 2023 kemarin.

Acara "Heritage Trailblazer" dibuka di hotel PORTA by The Ambarrukmo, Yogyakarta pada Rabu (31/05/2023) malam. Para peserta yang hadir pada acara pembukaan itu terdiri dari buzzer, influencer, sejumlah pemateri dan para tamu undangan.

Kegiatan tersebut dibuka oleh Founder Komunitas Malam Museum yakni Erwin Djunaedi. Pada kesempatan itu, Erwin Djunaedi mulanya memperkenalkan Komunitas Malam Museum dan juga menjelaskan perihal acara "Heritage Trailblazer" yang mereka senggelarakan.

Selama 11 tahun komunitas Malam Museum berkarya di Yogyakarta, acara "Heritage Trailblazer" ini menjadi salah satu kegiatan mereka, sebagai cara untuk memperkenalkan lokasi-lokasi budaya pada generasi muda.

"Di usianya yang sudah 11 tahun ini, kami mencoba untuk terus meng-upgrade kegiatan-kegiatan Komunitas Malam Museum. Kami selalu berupaya untuk menghadirkan banyak kegiatan, yang sifatnya bagaimana membantu museum dan cagar budaya agar tetap dikenal generasi milenial maupun selanjutnya," ungkap Erwin Junaedi saat membuka acara "Heritage Trailblazer".

Selain itu, acara "Heritage Trailblazer" ini rupanya kegiatan perdana Komunitas Malam Museum yang berada di luar museum, mengundang buzzer serta influencer, dan menggandeng sponsor di luar instansi pemerintah. Acara "Heritage Trailblazer" itu dilaksanakan pada Kamis (01/06/2023) di sejumlah lokasi, yakni Candi Sambisari, Candi Sewu, Taman Pintar, dan Ndalem Kaneman.

Erwin Junaedi menyampaikan, dengan menggandeng sejumlah buzzer dan influencer ini diharapkan mampu meramaikan dunia perkontenan dengan warisan budaya yang ada.

Tak hanya itu, Erwin Junaedi juga berharap para peserta mendapatkan ilmu baru perihal cagar budaya dan warisan budaya melalui acara "Heritage Trailblazer".

"Kami berharap teman-teman buzzer dan influencer akan mendapatkan ilmu baru insight terkait dengan warisan budaya," tandas Erwin Junaedi.

Pembukaan dilanjutkan dengan tarian Klana Maja Klasik dari Dinas Pariwisata Yogyakarta. Para penari terlihat sangat luwes dengan segala makna di setiap gerakannya.

Setelah itu, acara "Heritage Trailblazer" dihadiri para pemateri dari Keraton Yogyakarta 'Kawedanan Tandha Yekti' dan Dinas Pariwisata DIY. Para pemateri membagikan tips dan cara mereka membuat konten terkait kebudayaan.

Asal Usul Akun Sosial Media Keraton Yogyakarta

Vinia R. Primawati selaku perwakilan dari 'Kawedanan Tandha Yekti' Keraton Yogyakarta mulanya menceritakan asal usul dimulainya media sosial Keraton Yogyakarta. Usut punya usut, sosial media Keraton Yogyakarta hadir ketika pernikahan Putri Sultan yang ke-4, yakni Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu pada tahun 2013 silam.

Kala itu, media sosial Keraton Yogyakarta digunakan untuk mempublikasikan pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro. Vinia R. Primawati menyebut bahwa banyak orang yang ingin tahu perihal Keraton Yogyakarta yang notabene menjadi 'pakem' kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan bahkan pulau Jawa. Terlebih lagi, sayang sekali apabila akun media sosial Keraton Yogyakarta hanya berhenti begitu saja setelah pernikahan GKR Hayu.

Oleh sebab itu, GKR Hayu berinisiasi untuk memberitahu kegiatan di dalam Keraton untuk mereka yang berada di luar Keraton. Usai diizinkan oleh Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, maka GKR Hayu mulai membuka akun media sosial Keraton Yogyakarta di sejumlah platform.

Sri Sultan Hamengku Buwono X juga memberikan persetujuan divisi dokumentasi resmi sebagai pusat informasi Keraton Yogyakarta dengan nama 'Kawedanan Tandha Yekti'.

Setelahnya, media sosial yang dikelola oleh 'Kawedanan Tandha Yekti' mulai berkembang seiring berkembangnya waktu. Mulai dari ranah Humas Keraton, diadakannya live streaming di YouTube, dan lain-lain.

Setiap konten yang diunggah oleh media sosial Keraton Yogyakarta pun sudah terverifikasi dan bahkan dilakukan riset selama 1-2 bulan.

Pemateri dilanjutkan oleh R. M. Pramadhipta yang menjelaskan perihal fotografi yang dilakukan di dalam Keraton. R. M. Pramadhipta menggunakan metode EDFAT dalam foto jurnalistik untuk mengabadikan setiap momen di dalam Keraton Yogyakarta.

Dalam penjelasannya, R. M. Pramadhipta menyampaikan segala tata cara fotografi di dalam Keraton Yogyakarta yang tak bisa dilakukan secara sembarangan.

Mereka pun harus sudah menyiapkan lokasi untuk memotret sejak awal, lantaran tidak bisa berdiri ketika Sri Sultan Hamengku Buwono X belum beranjak dari singgasananya.

Materi perihal konten budaya dilanjutkan oleh Benny Saptianto selaku Seksi Pelayanan Informasi Pariwisata dari Dinas Pariwisata DIY.

Benny Saptianto menjelaskan bahwa Dinas Pariwisata DIY memiliki dua akun media sosial untuk mempublikasikan kegiatan dan keperluan serta memperkenalkan maupun mempromosikan pariwisata di DIY. Dua akun tersebut yakni @dispardiy dan @visitingjogja.

Acara "Heritage Trailblazer"

Rangkaian acara "Heritage Trailblazer" pada Kamis (01/06/2023) dimulai dengan mengunjungi Candi Sambisari yang terletak di Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, Divisi Heritage Komunitas Malam Museum menjadi edukator seputar sejarah Candi Sambisari yang ditemukan oleh seorang petani yang sedang memacul tanah pada tahun 1966. Usut punya usut Candi Sambisari tersebut digunakan sebagai makam.

Divisi Heritage Komunitas Malam Museum menjelaskan setiap arti di bangunan Candi Sambisari. Bahkan, edukator juga membedah setiap cerita asal usul sosok dewa di setiap sisi candi.

Candi Sambisari sendiri disebut tak memiliki cerita mitologi tersendiri, mengingat lokasi tersebut diperuntukkan sebagai makam.

Perjalanan lalu dilanjutkan ke Candi Sewu yang berlokasi di sebelah utara Candi Prambanan, tepatnya terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Pada kesempatan ini, edukator dari Divisi Heritage Malam Museum menjelaskan bangunan di setiap candi, sejarah, prasasti hingga pola pahatan di bangunan Candi Sewu.

Para peserta acara "Heritage Trailblazer" diajak berkeliling dan bahkan masuk untuk melihat setiap sudut bangunan candi Buddha itu.

Tak sampai di situ saja, peserta juga diajak ke dalam studio untuk tahu bagaimana cara membangun sebuah candi yang melalui proses panjang.

Kelas Workshop

Acara "Heritage Trailblazer" berlanjut dengan kelas workshop membatik di Taman Pintar. Peserta diminta menggambar pola batik di sehelai kain kecil.

Usai gambaran pola telah selesai, peserta kemudian membatik menggunakan canting lalu pola tersebut diwarnai. Tak sampai di situ saja, Komunitas Malam Museum memberikan hadiah kepada dua hasil batik terbaik para influencer.

Setelah itu, peserta diajak ke Ndalem Kaneman untuk belajar cara mewiru jarik Yogyakarta yang diajarkan oleh Artiandari selaku Abdi Dalem Keraton Yogyakarta yang mengurus perihal busana dan tari.

Sebelum diajarkan tata cara mewiru jarik, Artiandari menjelaskan sejarah dan pemaknaan busana keraton Yogyakarta. Hal itu berlanjut kepada busana keseharian keraton Yogyakarta hingga perbedaan busana dengan keratan Surakarta.

Lebih lanjut, setiap peserta dipinjami jarik untuk belajar cara mewiru jarik. Mereka tampak begitu tertarik dan senang ketika workshop tersebut seolah rasa lelah mereka hilang dalam sekejap.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak