In A Search For Divine Love: Menikmati Mata dalam Karya Yula

Ayu Nabila | Ayu Nabila
In A Search For Divine Love: Menikmati Mata dalam Karya Yula
Yula Setyowidi (kanan) bersama Nenni Bunga Safitri (kiri) di acara pembukaan "In A Search For Divine Love" pada Sabtu (8/7) di LAV Gallery. [DocPribadi/ LAV Gallery]

Yula Setyowidi (1990), seniman asal pesisir timur pulau Jawa. Lepas menempuh pendidikan seni rupa di Yogyakarta, memutuskan menetap dan turut andil menawarkan gagasannya di antara ruang-ruang dinamis seni rupa.

Yula salah satu seniman tipikal series, jika melihat seluruh karya yang dibuatnya dalam batas rentang waktu tertentu, kita akan menemukan garis-subjek yang dibagi-bagi dalam durasi tertentu.

Ide seri dalam trajektori pengkaryaan diakuinya sebagai “pemuas nafsu,” karena dalam posisi tersebut alam pikirnya selalu terseret ke arah sudut pandang, misalnya ide visual tertentu dengan ketuhanan-sosial-cinta.

Sebagai subjek yang lahir dekat dengan laut, menghadirkan citraan ikan bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipahami, karena hal tersebut cukup terang tanpa tedeng aling-aling.

Kehadiran ikan dalam komposisi artistik yang ditawarkan Yula bukan kali pertama, melainkan kekerapannya atas visual ikan sudah hadir sejak saya mengenalnya 2011 lampau.

Dalam rentang tersebut hampir seluruh karyanya dikerjakan dengan teknik fotografis, dengan proporsi yang terukur, kontur gelap-terang warna yang terkoreksi, juga sapuan kuas yang sangat halus dan telaten.

Rentang tersebut juga ditandainya dengan mengomposisikan objek, teknik fotografis tidak seutuhnya dihadirkan untuk menduplikasi foto yang ditemuinya. Namun, ada upaya membuat puzzle di atas kanvas yang dikerjakannya.

Pengunjung yang tengah menikmati mata Yula dalam "In A Search For Divine Love" di LAV Gallery. [DocPribadi/ LAV Gallery]
Pengunjung yang tengah menikmati mata dalam karya Yula "In A Search For Divine Love" di LAV Gallery. [DocPribadi/ LAV Gallery]

Dalam karya terbaru, Yula mencitrakan mata sebagai objek vokal, mata yang dipinjam (baca: kembangkan) dari seri ikan dan dikomposisi dalam kehadirannya bersama dengan figur-figur deformatif (seri identity).

Menikmati mata dalam karya Yula seperti ulang-alik, melihat diri sendiri sekaligus melihat dan turut merasakan tatapan dari “lawan.” Visual mata yang dicitrakan statis tersurat, sehingga perlu melihat dan merasakan gestur figur-figur, laiknya topeng namun gerak-geriknya membahasakan kesan tersirat.

Tajuk “In A Search For Divine Love” disepakati bersama (LAV Gallery dan Yula) untuk menandai perjalanan Yula mencari zat “Ketakterhinggaan” atau situasi keilahian yang dialaminya sepanjang karier keseniannya. Figur dan Bentuk yang dituangkan dalam kanvas pun karya 3 dimensinya sekadar “kedok” saja.

“Kedok” yang disuguhkan dalam 33 karya (22 karya lukis, 10 karya sketsa, dan 1 reka karya) dikerjakan sepanjang 2018-2023. Seluruhnya merupakan akumulasi pengalamannya berjumpa dengan fakta dan informasi.

Pameran dibuka oleh Nenni Bunga Safitri, pada Sabtu (8/7) pukul 16.00 WIB. Acara pembukaan juga dimeriahkan dengan penampilan Syarif Hidayatullah (srfhth), A.mora.tear-api, dan Alex (akustik).

Kunjungan pameran “IN A SEARCH FOR DIVINE LOVE” dapat dilakukan hingga 6 Agustus 2023 di LAV Gallery, dengan HTM Rp. 10.000 gratis es teh. 

Penulis: Achmad Fiqhi W.D.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak