Mengutip laman Live Science, NASA menembakkan tiga roket sekaligus pada saat terjadi gerhana matahari cincin. Diketahui, pada Sabtu (14/10/2023) terjadi gerhana matahari cincin. Fenomena alam ini salah satunya dapat disaksikan di wilayah Amerika.
Gerhana matahari cincin terjadi ketika bulan tepat berada di tengah-tengah matahari dan menutupi sebagian besar matahari. Namun, karena bentuk orbit bulan tidak bulat sempurna atau seperti bulat telur, maka menyisakan bagian sisi luar matahari dan pada akhirnya akan terlihat cahaya lingkaran seperti cincin dan biasa disebut dengan gerhana matahari cincin.
Alasan NASA menembakkan roket saat gerhana matahari cincin
Tembakan roket yang dilakukan NASA ini bukan untuk invasi atau penyerangan seperti di adegan film aksI Hollywood. Seperti dilansir laman Live Science, NASA menembakkan tiga roket dengan membawa instrumen ilmiah dengan tujuan untuk mempelajari perubahan yang terjadi di atmosfer Bumi akibat fenomena gerhana matahari cincin.
NASA menyatakan bahwa rencana peluncuran tiga roket ilmiah dari White Sands Missile Range di New Mexico adalah bagian dari misi ilmiah murni untuk mempelajari perubahan di atmosfer bagian atas bumi selama penurunan tiba-tiba di siang hari akibat gerhana matahari cincin yang terjadi pada Sabtu (14/10/2023).
Pada puncak fenomena gerhana matahari cincin akan menyebabkan cahaya matahari terhalang kurang lebih 90%. Pada studi sebelumnya telah diketahui fenomena gerhana matahari akan berdampak pada kondisi Bumi. Dampak tersebut adalah terjadinya perubahan suhu yang cepat, pola angin, dan bahkan perilaku hewan. Hal ini terjadi karena terjadinya perubahan suhu yang sangat cepat ketika Bulan secara cepat menghalangi cahaya matahari.
Namun, dampak gerhana matahari pada atmosfer Bumi belum diketahui. Oleh karena itu, NASA merencanakan menembakkan 3 buah roket yang membawa instrumen ilmiah guna mempelajari perubahan yang terjadi pada atmosfer akibat dampak dari fenomena gerhana matahari.
Pada kondisi normal, saat matahari terbenam pada atmosfer Bumi, banyak elektron bergabung kembali menjadi netral setelah siang hari elektron dari atom membentuk lautan partikel bermuatan. Pada tahun 2017 di Amerika Utara, para Ilmuwan melihat peristiwa yang sama pada atmosfer saat matahari tenggelam, namun dalam versi yang dipercepat, yaitu saat terjadi gerhana matahari. Hasilnya adalah terjadi "riak" di ionosfer seiring terjadinya penurunan suhu dan kepadatan ion dengan cepat, lalu kembali normal setelah melewati puncak gerhana.
Selama gerhana matahari total pada tahun 2017 di Amerika Utara, para ilmuwan menyaksikan versi yang dipercepat dari proses ini terjadi ketika bulan benar-benar menghalangi cahaya matahari selama beberapa saat, menyebabkan "riak" di ionosfer seiring dengan penurunan suhu dan kepadatan ion dengan cepat, lalu bangkit kembali sesaat setelah puncak gerhana.
Kali ini, NASA kembali ingin mempelajari perubahan yang terjadi di udara, yaitu pada atmosfer Bumi akibat terjadinya fenomena gerhana Matahari cincin yang terjadi hari ini, Sabtu (14/10/2023).