Inovasi Mahasiswa KKN R4 UNTAG SURABAYA: Alat Pemotong Keripik di Desa Dilem

Hernawan | Kelvin Effendy
Inovasi Mahasiswa KKN R4 UNTAG SURABAYA: Alat Pemotong Keripik di Desa Dilem
Alat pemotong kripik secara otomatis yang diserahkan kepada mitra (Doc/KKN R4 UNTAG Surabaya)

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, mahasiswa KKN R4 UNTAG Surabaya, seperti yang dijelaskan oleh Kelvin (perwakilan mahasiswa) dalam wawancaranya dengan jurnalis, telah berhasil mengembangkan sebuah inovasi yang menarik perhatian di Desa Dilem, Mojokerto, Jawa Timur. Kelvin menjelaskan bahwa mereka merancang dan mengimplementasikan alat pemotong keripik singkong secara otomatis, memadukan keahlian teknologi modern dengan kearifan lokal untuk meningkatkan efisiensi produksi.

"Inovasi ini tidak hanya membuka peluang baru bagi pengusaha lokal tetapi juga memperkuat ikatan antara perguruan tinggi dan masyarakat," ujar Kelvin.

Desa Dilem dikenal sebagai produsen kripik singkong terkemuka di wilayah Mojokerto. Proses pembuatan keripik singkong tradisional biasanya melibatkan upaya manual yang memakan waktu dan tenaga.

Dalam konteks ini, mahasiswa KKN R4 UNTAG Surabaya melihat peluang untuk meningkatkan proses produksi dengan menghadirkan teknologi otomatisasi yang tepat. Kelvin menjelaskan, "Dengan memanfaatkan teknologi modern, kami berharap dapat mengurangi beban kerja manual yang selama ini dilakukan oleh para pengrajin kripik singkong di desa tersebut."

Proyek ini diharapkan mampu memberikan solusi atas berbagai kendala yang dihadapi dalam proses produksi tradisional, seperti ketidakseragaman hasil potongan, waktu produksi yang lama, dan risiko cedera kerja.

"Proyek KKN R4 UNTAG Surabaya: Mengapa dan Bagaimana Proyek ini dilaksanakan selama periode KKN R4 UNTAG Surabaya tahun 2023-2024 dengan tujuan utama untuk meningkatkan produktivitas dalam pembuatan keripik singkong," tambah Kelvin.

Mahasiswa terlibat aktif dalam merancang dan membangun alat pemotong otomatis yang mampu memproses keripik singkong secara lebih efisien dan presisi. Alat ini dirancang untuk mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam proses pemotongan, meningkatkan konsistensi hasil produk, dan mengurangi kerja manual yang berlebihan.

Menggunakan sensor dan kontrol otomatis, alat ini mampu mengidentifikasi kualitas buah singkong dan melakukan pemotongan sesuai dengan ketebalan yang diinginkan, sesuai dengan standar industri keripik singkong modern.

Selain itu, Kelvin menekankan bahwa alat ini dilengkapi dengan fitur keselamatan yang memastikan bahwa pengguna tidak akan terluka selama operasi. Dengan desain ergonomis, alat ini juga mudah dibongkar pasang dan dibersihkan, sehingga memudahkan dalam perawatan rutin.

Kelvin juga menyoroti bahwa mahasiswa KKN R4 UNTAG Surabaya memberikan pelatihan kepada para pengusaha lokal mengenai cara penggunaan dan pemeliharaan alat ini, memastikan bahwa mereka dapat memaksimalkan manfaat dari inovasi ini.

"Dampak Positif bagi Masyarakat dan Pengusaha Lokal," demikian Kelvin menjelaskan implementasi alat pemotong otomatis ini telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat Desa Dilem.

"Pertama, pengusaha lokal dapat meningkatkan kapasitas produksi mereka tanpa harus menambah banyak tenaga kerja manual. Ini tidak hanya menghemat biaya produksi tetapi juga meningkatkan keuntungan bersih mereka."

Kedua, Kelvin menambahkan bahwa "para petani singkong juga merasakan manfaatnya karena permintaan singkong untuk produksi kripik meningkat, memberikan insentif tambahan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen mereka."

"Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Masyarakat," lanjut Kelvin, inisiatif ini juga mencerminkan kolaborasi yang positif antara UNTAG Surabaya dan masyarakat lokal. "Melalui program KKN, mahasiswa tidak hanya belajar dan mengembangkan keterampilan praktis mereka tetapi juga berkontribusi langsung pada pengembangan komunitas tempat mereka bertugas."

Kelvin menegaskan bahwa interaksi ini tidak hanya memperkuat hubungan antara universitas dan masyarakat tetapi juga membangun kepercayaan dan keterlibatan sosial yang lebih dalam. "Dalam proses kolaborasi ini, mahasiswa juga memperoleh wawasan berharga tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat setempat."

"Mereka belajar bagaimana menerapkan pengetahuan akademis mereka dalam konteks dunia nyata dan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan bersama," kata Kelvin. Hal ini menciptakan sinergi yang bermanfaat bagi kedua belah pihak dan memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan.

"Tantangan dan Upaya Peningkatan," demikian Kelvin menjelaskan bahwa meskipun kesuksesan yang diraih, proyek ini juga menghadapi beberapa tantangan. "Salah satu tantangan utama adalah dalam hal pemeliharaan dan perbaikan alat, serta pelatihan bagi pengguna baru."

"Mahasiswa KKN terus berupaya untuk meningkatkan desain dan fungsionalitas alat ini agar lebih mudah dioperasikan oleh pengusaha lokal tanpa memerlukan pengetahuan teknologi yang mendalam," tambah Kelvin. Selain itu, Kelvin menyoroti bahwa ada juga tantangan dalam mengadaptasi alat ini untuk berbagai jenis singkong dengan karakteristik yang berbeda.

Untuk mengatasi tantangan ini, Kelvin menjelaskan bahwa mahasiswa bekerja sama dengan petani lokal untuk menguji alat ini pada berbagai jenis singkong dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Pngembangan alat pemotong keripik singkong otomatis oleh mahasiswa KKN R4 UNTAG Surabaya bukan hanya sebuah inovasi teknologi tetapi juga sebuah contoh nyata bagaimana kecerdasan dan semangat kolaborasi bisa mengubah prospek ekonomi lokal.

"Dengan terus mendorong inovasi semacam ini, kita dapat memastikan bahwa teknologi modern tidak hanya menjadi motor pertumbuhan ekonomi tetapi juga alat untuk memperkuat kemandirian dan keberlanjutan komunitas kita," kata Kelvin.

Kelvin menekankan bahwa melihat kesuksesan proyek ini, ada potensi besar untuk mengembangkan lebih lanjut teknologi ini dan menerapkannya pada industri lainnya di berbagai desa di Indonesia.

"Misalnya, alat serupa bisa dikembangkan untuk memproses produk pertanian lainnya seperti ubi, singkong, atau kentang," tambah Kelvin.

Dengan demikian, teknologi ini bisa menjadi model untuk pengembangan industri kecil dan menengah di berbagai wilayah, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan.

"Dalam sebuah dunia yang semakin terhubung secara global dan bergerak dengan cepat dalam hal teknologi," jelas Kelvin. "inisiatif seperti alat pemotong kripik singkong otomatis ini menunjukkan betapa pentingnya adaptasi teknologi dalam mendukung ekonomi lokal yang berkelanjutan."

"Melalui kolaborasi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah lokal, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat," tambah Kelvin.

"Kolaborasi semacam ini juga menunjukkan bagaimana pendidikan tinggi dapat berperan aktif dalam pembangunan masyarakat," lanjut Kelvin. "Mahasiswa tidak hanya menjadi agen perubahan yang membawa teknologi dan pengetahuan ke masyarakat, tetapi juga belajar dan tumbuh bersama dengan komunitas yang mereka layani."

"Dengan terus mendukung dan mendorong inisiatif seperti ini," ujar Kelvin, "kita dapat memastikan bahwa teknologi dan inovasi terus menjadi kekuatan positif yang mendorong perubahan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan."

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak