Sharing Karier, Psikologi UNJA Tempa Wisudawan Siap Kerja

Hikmawan Firdaus | Rion Nofrianda
Sharing Karier, Psikologi UNJA Tempa Wisudawan Siap Kerja
Koordinator prodi psikologi Universitas Jambi foto bersama calon sarjana (dok.pribadi/Rion Nofrianda)

Menghadapi dunia kerja bukanlah sekadar persoalan mendapatkan pekerjaan, tetapi tentang memahami diri, membangun arah, dan menyiapkan mental untuk menghadapi tantangan kehidupan profesional. Semangat inilah yang mendasari Program Studi Psikologi Universitas Jambi (UNJA) saat menyelenggarakan kegiatan “Persiapan Memasuki Dunia Kerja” pada Kamis (22/05/2025), bertempat di ruang pertemuan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.Acara ini secara khusus ditujukan untuk para calon wisudawan dan wisudawati Psikologi UNJA yang akan segera meninggalkan bangku kuliah dan memasuki dunia nyata: dunia kerja yang kompleks, dinamis, dan menuntut kesiapan menyeluruh baik secara pengetahuan, keterampilan, maupun mentalitas.

Diselenggarakan dengan suasana penuh kehangatan dan antusiasme, kegiatan ini dihadiri Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog, selaku Koordinator Program Studi Psikologi, dan M. Tri Firia Chandra, M.Psi., Psikolog, Ketua Ikatan Alumni Psikologi Universitas Jambi (IAPSI UNJA) sekaligus dosen aktif di program studi yang sama. Kesiapan Karier Dimulai dari Kampus Kegiatan ini menjadi bentuk nyata komitmen program studi dalam menjembatani dunia akademik dan dunia kerja. Bukan hanya membekali mahasiswa dengan teori psikologi di ruang kelas, namun juga memastikan lulusan Psikologi UNJA mampu mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang dimiliki secara efektif di tengah masyarakat.

Dalam sambutannya, Rion Nofrianda menggarisbawahi bahwa kesiapan menghadapi dunia kerja tidak bisa dibangun secara instan. Diperlukan proses refleksi diri, strategi yang jelas, dan pemahaman yang kuat terhadap tantangan yang akan dihadapi setelah lulus.

“Dunia kerja bukan sekadar tentang mencari pekerjaan, tetapi tentang menemukan dan membangun jalan hidup yang bermakna. Melalui kegiatan ini, kami ingin membantu para mahasiswa untuk memahami potensi diri, memperkuat soft skills, serta merancang langkah-langkah konkret dalam pengembangan karier mereka,” ujarnya dengan penuh semangat.

Menurut Rion, banyak lulusan perguruan tinggi yang merasa "kaget" saat memasuki dunia kerja karena selama ini hanya fokus pada nilai akademik. Padahal, yang dibutuhkan di luar sana lebih dari sekadar IPK tinggi. Dunia kerja menuntut kemampuan komunikasi, kerja sama tim, fleksibilitas, dan kecerdasan emosional aspek yang kerap luput dari perhatian mahasiswa selama kuliah.

Perspektif Nyata dari Dunia Kerja Sesi dilanjutkan dengan pemaparan dari M. Tri Firia Chandra, yang hadir dengan perspektif khas alumni dan praktisi psikologi. Dalam paparannya, Tri Firia menekankan pentingnya membangun jejaring, kepekaan terhadap peluang, dan kesiapan untuk terus belajar setelah lulus.

“Sebagai alumni, kami memiliki tanggung jawab moral untuk berbagi pengalaman, membukakan perspektif baru, dan menjadi penghubung antara kampus dan dunia kerja. Mahasiswa perlu sadar bahwa kompetensi akademik harus dilengkapi dengan karakter, jejaring, dan visi jangka panjang,” tutur Tri Firia dengan antusias. Ia juga berbagi kisah pribadi tentang bagaimana ia memulai karier sebagai lulusan baru, jatuh bangun dalam membangun kepercayaan diri, hingga akhirnya menemukan tempat yang tepat sebagai dosen dan konsultan psikologi. Pengalaman ini menurutnya sangat penting dibagikan agar mahasiswa memiliki gambaran nyata tentang proses adaptasi yang akan mereka hadapi.

Menurut Tri Firia, tantangan terbesar lulusan baru bukanlah pada ketiadaan peluang, melainkan ketidaksiapan dalam memanfaatkan peluang yang ada.

“Banyak mahasiswa yang menunggu pekerjaan ideal, tetapi tidak menyiapkan diri untuk menjadi kandidat ideal,” tambahnya.

Ruang Inspirasi dan Refleksi Format kegiatan yang dikemas dalam bentuk sharing session membuat suasana acara terasa hidup dan interaktif. Para peserta tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga aktif bertanya, berdiskusi, bahkan berbagi kegelisahan mereka menjelang kelulusan. Beberapa pertanyaan yang diajukan peserta antara lain berkaitan dengan bagaimana menghadapi rasa takut gagal setelah lulus, strategi menjawab pertanyaan dalam wawancara kerja, hingga kiat menyeimbangkan idealisme dengan realita di dunia profesional. Salah satu peserta, Twenty Fivo, calon warjana Psikologi UNJA, mengaku kegiatan ini memberinya perspektif baru.

“Saya merasa tercerahkan. Selama ini saya hanya fokus menyelesaikan skripsi, tanpa banyak berpikir tentang apa yang akan saya lakukan setelah lulus. Sekarang saya punya arah,” ujarnya.

Tri Firia juga menambahkan bahwa kegagalan pertama setelah lulus bukanlah akhir segalanya. Justru di situlah karakter dan daya tahan seseorang teruji.

“Jangan takut gagal. Jadikan setiap kegagalan sebagai pelajaran dan batu loncatan. Dunia kerja menghargai orang yang tahan banting dan terus belajar,” katanya.

Peran Alumni dalam Menjembatani Dunia Akademik dan Dunia Nyata Kehadiran Ketua IAPSI UNJA dalam kegiatan ini menjadi simbol pentingnya sinergi antara alumni dan institusi pendidikan. Ikatan Alumni bukan hanya wadah silaturahmi, tetapi juga sumber daya strategis dalam memperkuat ekosistem karier bagi lulusan. Dalam diskusi bersama peserta, Tri Firia menyampaikan bahwa IAPSI UNJA siap menjadi mitra bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan pembimbingan, informasi lowongan, bahkan peluang magang dan kerja.

“Alumni bisa jadi mentor, inspirator, bahkan mitra kerja. Jangan ragu untuk menjalin komunikasi. Dunia ini kecil, dan jaringan itu penting,” katanya. Ia juga mengusulkan agar ke depan, program studi secara rutin menggelar kegiatan sejenis, bahkan membuat sistem career mentoring yang lebih terstruktur agar mahasiswa tidak hanya mendapat bekal sesaat, tetapi pendampingan yang berkelanjutan.

Pantauan menunjukkan bahwa kegiatan ini berlangsung dengan antusiasme tinggi. Mahasiswa tampak serius menyimak, mencatat poin-poin penting, dan tidak segan mengajukan pertanyaan meskipun suasana formal. Moderator memandu sesi dengan cakap, menjaga alur diskusi tetap dinamis namun tetap fokus pada isu utama bagaimana menyiapkan diri dengan lebih matang menghadapi transisi dari dunia kampus ke dunia kerja.

Sesi ditutup dengan foto bersama dan pembagian sertifikat kehadiran. Namun yang paling berharga dari kegiatan ini tentu saja adalah bekal wawasan dan semangat yang tertanam di benak para calon wisudawan. Pendidikan untuk Kehidupan Nyata Melalui kegiatan ini, Program Studi Psikologi Universitas Jambi menegaskan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya tentang pencapaian akademik, tetapi juga tentang life readiness. Sebuah konsep yang menempatkan lulusan sebagai insan yang utuh, cerdas secara intelektual, dewasa secara emosional, dan tangguh secara sosial. Koordinator Program Studi Psikologi UNJA menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini akan menjadi agenda rutin yang diperluas skalanya. Bahkan direncanakan adanya kolaborasi lintas prodi dan lintas fakultas agar pengaruhnya lebih luas.

“Kami ingin menjadikan lulusan Psikologi UNJA bukan hanya pencari kerja, tetapi pencipta peluang dan agen perubahan. Pendidikan psikologi harus melahirkan pribadi-pribadi yang reflektif, adaptif, dan kontributif bagi masyarakat,” pungkas Rion.

Melangkah dengan Arah dan Harapan Kegiatan Persiapan Memasuki Dunia Kerja menjadi bukti bahwa Universitas Jambi, khususnya Program Studi Psikologi, tidak berhenti pada tataran teori. Mereka terus berupaya membumikan ilmu dan membekali mahasiswa dengan keterampilan hidup yang nyata dan relevan. Bagi para calon wisudawan yang hadir hari itu, kegiatan ini bukan hanya agenda penutup masa kuliah, tetapi juga titik awal perjalanan hidup yang baru.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak