Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi kembali menginisiasi langkah strategis untuk memperkuat kesejahteraan psikologis para dosennya, khususnya dosen yang berstatus sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), Jum'at (08/08/2025). Melalui kegiatan bertajuk “Pelatihan Kebersyukuran untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja pada dosen PPPK Universitas Jambi”. Jurusan psikologi tersebut menegaskan komitmennya dalam membangun lingkungan kerja yang lebih sehat, reflektif, dan memberdayakan secara emosional.
Pelatihan ini melibatkan para dosen PPPK dari berbagai program studi di lingkungan FKIK Universitas Jambi sebagai peserta utama. Kehadiran mereka tidak hanya sebagai bagian dari kegiatan formal, namun sekaligus mencerminkan kebutuhan nyata akan ruang-ruang pemulihan emosional dan peningkatan kapasitas psikologis yang selama ini luput dari intervensi institusional. Di tengah dinamika kerja akademik yang sering kali menuntut performa tinggi namun tidak selalu diimbangi dengan penghargaan sosial maupun kepastian jenjang karier, pelatihan ini muncul sebagai ruang kontemplatif untuk mengembangkan keterampilan psikologis dalam menghadapi tantangan keseharian.
Sebagai narasumber utama, Darsyam Wiradi, M.Psi., Psikolog, membawakan materi dengan pendekatan yang holistik dan reflektif. Beliau mengajak para peserta untuk melihat kembali perjalanan profesional mereka dari lensa apresiatif. Kebersyukuran, dalam perspektif psikologi positif, bukanlah sekadar ekspresi emosional yang pasif, melainkan sebuah keterampilan psikologis yang dapat dilatih dan dibudayakan. Melalui pelatihan ini, peserta diperkenalkan pada berbagai teknik sederhana namun berdampak, seperti praktik jurnal syukur, teknik “three good things”, serta afirmasi nilai dan makna kerja. Dalam suasana pelatihan yang hangat dan terbuka, para peserta terlihat antusias mengikuti setiap sesi, bahkan beberapa di antaranya menyampaikan pengalaman pribadi tentang bagaimana apresiasi kecil dari mahasiswa atau rekan kerja telah memberi semangat baru dalam menjalani profesi sebagai pendidik.
Ketua tim peneliti sekaligus dosen Psikologi Universitas Jambi, Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari penelitian yang lebih luas untuk mengukur efektivitas pelatihan kebersyukuran dalam meningkatkan kepuasan kerja dosen PPPK. Menurutnya, selama ini isu kepuasan kerja kerap kali dibahas dalam forum-forum formal, namun belum banyak ditindaklanjuti dengan intervensi yang konkret dan berbasis bukti ilmiah. Pelatihan ini menjadi jawaban atas kesenjangan tersebut.
“Kita tahu bahwa dosen PPPK menghadapi tantangan ganda. Di satu sisi mereka dituntut profesionalisme tinggi, namun di sisi lain, status kepegawaian yang kontraktual menciptakan ketidakpastian psikologis. Dalam kondisi seperti ini, pelatihan kebersyukuran hadir bukan untuk mengaburkan realitas, tapi untuk memperkuat daya tahan psikologis agar para dosen tetap mampu menemukan makna dalam pekerjaannya,” ujar Rion.
Ia menambahkan bahwa hasil dari pelatihan ini akan dikaji lebih lanjut melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menilai sejauh mana perubahan persepsi, kepuasan, dan kesejahteraan peserta setelah mengikuti intervensi. Dengan demikian, pelatihan ini tidak hanya menjadi aktivitas sesaat, tetapi merupakan bagian dari upaya sistematis dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih suportif dan memberdayakan.
“Data dan temuan dari kegiatan ini akan kami publikasikan dan rekomendasikan sebagai model intervensi kebijakan di tingkat fakultas maupun universitas,” ungkapnya lebih lanjut.
Kegiatan ini juga tidak lepas dari kerja kolektif tim peneliti yang terdiri dari Fadzlul, M.Psi., Verdiantika Annisa, M.Psi., Beny Rahim, M.Psi., dan M. Tri Firia Chandra, M.Psi. Dengan latar belakang akademik yang beragam namun saling melengkapi, tim ini menyusun desain pelatihan secara terstruktur dan mempertimbangkan dinamika spesifik para dosen PPPK. Penelitian ini mendapatkan pendanaan dari PNBP Fakultas sebagai bentuk dukungan institusi terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia secara holistik, bukan hanya dari sisi kompetensi akademik, tetapi juga dari aspek kesehatan mental dan kepuasan kerja.
Salah satu peserta pelatihan, Ns. Luri Mekeama, S.Kep., M.Kep., menyampaikan kesannya setelah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. Menurutnya, pelatihan ini membuka perspektif baru dalam melihat profesi sebagai dosen bukan semata-mata sebagai kewajiban formal, tetapi sebagai perjalanan yang penuh nilai dan kontribusi. Ia mengungkapkan bahwa refleksi terhadap hal-hal yang patut disyukuri dalam pekerjaan membuatnya kembali terhubung dengan alasan awal ia memilih menjadi tenaga pendidik di dunia kesehatan.
“Saya merasa bahwa selama ini kita terlalu fokus pada hal-hal yang belum tercapai, pada target dan tekanan, sampai lupa bahwa dalam perjalanan ini ada begitu banyak hal baik yang sudah terjadi. Melalui pelatihan ini, saya kembali mengingat bahwa apresiasi mahasiswa, dukungan keluarga, dan bahkan kesempatan untuk terus belajar adalah sesuatu yang sangat berharga. Ini bukan hanya pelatihan, tapi seperti sesi penyadaran yang sangat mendalam,” ujar Luri penuh kesan.
Urgensi pelatihan ini menjadi semakin nyata ketika dikaitkan dengan temuan-temuan terkini dalam bidang psikologi kerja. Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa dosen yang memiliki tingkat kepuasan kerja tinggi cenderung menunjukkan kinerja yang lebih optimal, relasi kerja yang lebih sehat, serta keterlibatan yang lebih kuat dalam aktivitas akademik dan tridarma perguruan tinggi. Sebaliknya, ketidakpuasan kerja yang dibiarkan dapat berujung pada burnout, penurunan motivasi, hingga niat untuk meninggalkan profesi.
Dalam konteks dosen PPPK yang sebagian besar masih dalam fase penyesuaian terhadap lingkungan kerja, status kepegawaian yang berbeda dari dosen tetap, serta tantangan administratif yang kompleks, pelatihan berbasis kebersyukuran ini menjadi sangat relevan. Ia menawarkan pendekatan psikologis yang bersifat solutif, ringan namun mendalam, serta dapat dilaksanakan secara mandiri maupun institusional. Tidak hanya itu, pelatihan ini juga membuka ruang bagi institusi untuk memahami bahwa kesejahteraan dosen bukan hanya tanggung jawab personal, tetapi juga tanggung jawab struktural yang harus dijawab dengan kebijakan berbasis riset.
Dengan pelaksanaan yang tertib dan partisipatif, kegiatan pelatihan ini telah menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali bahwa kesehatan psikologis tenaga pendidik harus menjadi prioritas dalam pengelolaan sumber daya manusia di lingkungan pendidikan tinggi. Universitas tidak bisa hanya mengejar akreditasi dan publikasi, namun perlu memastikan bahwa orang-orang yang bekerja di dalamnya merasa dihargai, dimengerti, dan didukung secara emosional.
Ke depan, tim peneliti berharap bahwa model pelatihan ini dapat direplikasi di fakultas lain, bahkan menjadi program reguler yang diintegrasikan dalam pengembangan kapasitas dosen baru, termasuk sebagai bagian dari orientasi dosen PPPK. Langkah ini diyakini akan menciptakan ekosistem kerja yang lebih manusiawi dan adaptif terhadap tantangan zaman.
Di tengah perubahan kebijakan pendidikan tinggi, desentralisasi anggaran, dan tuntutan reformasi birokrasi, pelatihan ini menjadi contoh nyata bahwa intervensi kecil dengan pendekatan ilmiah bisa berdampak besar. Bukan hanya dalam meningkatkan kepuasan kerja dosen, tetapi juga dalam membentuk budaya organisasi yang lebih inklusif, suportif, dan berdaya tahan tinggi.
Dengan berakhirnya pelatihan, para peserta meninggalkan ruangan tidak hanya dengan materi dan modul di tangan, tetapi juga dengan semangat baru di hati. Semangat untuk mengajar, untuk memberi makna pada pekerjaan, dan untuk tetap bersyukur di tengah segala keterbatasan. Dan dari sinilah harapan akan pendidikan yang lebih bermakna mulai dibangun dari dosen yang sehat jiwanya, kuat komitmennya, dan tulus dalam pengabdiannya.