Bangun Kesadaran Sosial, Komunitas RETAS UNJA Gelar Edukasi di Lapas Jambi

Hernawan | Rion Nofrianda
Bangun Kesadaran Sosial, Komunitas RETAS UNJA Gelar Edukasi di Lapas Jambi
Foto bersama setelah kegiatan psikoedukasi dukungan sosial pada warga binaan (dok.pribadi/Rion Nofrianda)

Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi menyambut kegiatan psikoedukasi dengan tema dukungan sosial yang diselenggarakan oleh komunitas RETAS Program Studi Psikologi Universitas Jambi, Senin (26/05/2025). Kegiatan ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat yang bertujuan untuk mendukung proses pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), khususnya dalam aspek psikososial.

Acara dibuka oleh Kasi Pembinaan Narapidana dan Kegiatan Kerja (Binadik dan Giatja), Ria Rachmawati, yang mewakili Kepala Lapas Perempuan Kelas IIB Jambi. Dalam sambutannya, Ria menyampaikan apresiasi atas inisiatif yang dilakukan oleh tim dari Universitas Jambi. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat penting untuk memberikan pemahaman tambahan kepada warga binaan terkait pentingnya dukungan sosial dalam menjalani masa pidana.

“Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi bagian dari proses pembinaan yang memberikan dampak positif bagi para warga binaan, terutama dalam hal membangun kesadaran tentang pentingnya saling mendukung dan menjaga kesehatan mental,” ujarnya.

Sementara itu, Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog, selaku dosen perwakilan dari Program Studi Psikologi Unja, menegaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk memperkuat keterampilan sosial dan emosional warga binaan.

“Kami melihat pentingnya memberikan ruang belajar bagi warga binaan agar mereka bisa memahami konsep dukungan sosial, mengenali sumber-sumber dukungan di sekitar mereka, dan pada akhirnya dapat membangun hubungan yang lebih sehat satu sama lain,” ungkap Rion dalam sambutannya.

Kegiatan diawali dengan pretest yang diberikan kepada seluruh peserta untuk menilai tingkat pengetahuan awal mereka mengenai konsep dukungan sosial. Pretest ini bertujuan untuk memberikan gambaran awal tentang sejauh mana pemahaman WBP terhadap pentingnya dukungan sosial dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar lingkungan pemasyarakatan.

Setelah pretest, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh dua narasumber dari Program Studi Psikologi Unja, yaitu Dessy Pramudiani, S.Psi, M.Psi., Psikolog dan Benny Rahim, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Materi yang disampaikan mencakup pengertian dasar tentang dukungan sosial, jenis-jenis dukungan sosial, serta manfaat dukungan sosial dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis. Para narasumber juga mengajak peserta untuk aktif berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai bentuk-bentuk dukungan yang pernah mereka terima maupun berikan.

Dessy Pramudiani dalam penyampaiannya menjelaskan bahwa dukungan sosial tidak hanya datang dari keluarga atau teman dekat, tetapi juga bisa berasal dari sesama warga binaan yang memiliki empati dan kepedulian. Ia menekankan bahwa membangun jaringan sosial yang positif di dalam lapas bisa membantu memperkuat ketahanan mental.

“Dalam kondisi yang penuh keterbatasan seperti ini, dukungan dari orang-orang terdekat sangat berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang. Oleh karena itu, penting untuk saling mendukung satu sama lain,” kata Dessy.

Sementara itu, Benny Rahim menyoroti pentingnya keterampilan komunikasi dan empati dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Setelah sesi materi, peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan berdiskusi secara langsung dengan para pemateri. Beberapa peserta mengungkapkan pengalaman pribadi mereka, termasuk tantangan dalam menjaga hubungan dengan keluarga di luar lapas dan harapan mereka untuk tetap bisa diterima ketika bebas nanti. Sesi tanya jawab berlangsung aktif dan menjadi momen bagi peserta untuk menyampaikan pandangan mereka secara terbuka.

Kegiatan diakhiri dengan post test untuk mengukur peningkatan pemahaman peserta setelah mengikuti seluruh rangkaian psikoedukasi. Selain itu, para warga binaan juga diminta untuk menuliskan pesan dan kesan terhadap kegiatan ini. Sebagian besar peserta mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut memberikan pengetahuan baru dan membangkitkan semangat mereka untuk lebih peduli satu sama lain.

“Saya jadi tahu kalau dukungan itu bisa dari mana saja, termasuk teman-teman di sini. Kalau kita saling bantu, kita bisa sama-sama kuat,” tulis salah satu peserta dalam lembar kesan dan pesan.

Menurut panitia pelaksana, kegiatan ini tidak hanya berhenti pada tahap edukasi, tetapi juga dirancang sebagai awal dari pembentukan peer counsellor di lingkungan lapas. Nantinya, akan dipilih beberapa warga binaan yang menunjukkan minat dan kemampuan dasar untuk dilatih lebih lanjut sebagai pendamping sebaya, sehingga dapat menjadi sumber daya internal yang mendukung keberlanjutan pembinaan psikososial.

Rion Nofrianda menegaskan bahwa tim dari Program Studi Psikologi Universitas Jambi berkomitmen untuk terus mendampingi proses ini.

“Kami berharap ini bisa menjadi program berkelanjutan yang tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek, tetapi juga berkontribusi pada proses reintegrasi sosial warga binaan ketika mereka kembali ke masyarakat,” tutupnya.

Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan lingkungan pemasyarakatan tidak hanya menjadi tempat menjalani hukuman, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran dan pertumbuhan bagi setiap individu di dalamnya. Dukungan sosial yang terbangun melalui pemahaman bersama dan empati antarsesama warga binaan dapat menjadi kekuatan utama dalam menghadapi masa depan yang lebih baik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak